Share

Story 4

"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Noah ketika sejak kejadian Damian datang ke rumah tadi Valerie banyak diam dan mengurung diri di dalam kamarnya.

"Tentu saja aku tidak baik, bayangkan, dalam satu malam aku dihancurkan oleh Ruth dan Damian," jawabnya dengan jujur.

"Anda tidak ikut makan malam di bawah?"

Valerie yang sejak tadi duduk di balkon dan memandangi langit yang gelap malam itu kemudian menoleh ke arah Noah.

"Mereka tidak menganggap ku ada, untuk apa aku makan di bawah. Lagi pula, aku tidak nafsu makan, Noah."

"Tapi Anda harus makan."

"Untuk apa?"

"Agar Anda tidak sakit."

Valerie tersenyum kelu. Dia merasa miris karena di dalam satu rumah hanya Noah yang perhatian padanya. Apalagi sejak kejadian batalnya pertunangan antara dirinya dan Damian. Ayahnya yang mudah terbujuk oleh Anne pun mulai tak percaya padanya.

"Temui orangtua Damian di bawah," kata Anne saat masuk ke kamar Valerie.

"Kamu harus minta maaf secara langsung karena kejadian tadi malam. Karena meski bagaimanapun kamu lah yang membatalkan pertunangan ini."

Valerie menghela napasnya. "Apa orang tua Damian tidak tahu mengapa aku membatalkan pertunangan itu?"

"Sudah diam dan jangan banyak bertingkah, Valerie! Kamu dan ibumu sama saja! Sama-sama merepotkan!"

Anne keluar dari kamar Valerie meninggalkan perasaan muak pada hati Valerie. Dia tak peduli jika Anne dan Ruth menghinanya, tetapi dia tak ingin mendengar penghinaan dari mereka berdua untuk ibunya.

"Sebaiknya Anda keluar, dan katakan yang sebenarnya pada orang tua lelaki itu, Nona."

"Kamu juga berpikir begitu, Noah?"

Noah mengangguk.

Setelah mendapatkan saran dari Noah akhirnya Valerie turun untuk menemui orang tua Damian. Mereka berdua terlihat baik-baik saja bahkan bisa tertawa dengan Ruth dan juga Anne.

Namun senyum dan tawa itu berubah ketika mereka melihat bayangan Valerie muncul di antara mereka berempat.

"Saya minta maaf atas kejadian tadi malam, om, tante," kata Valerie. Dia melihat ke arah Ruth yang bersikap sopan di depan ayah ibunya. Bahkan wajah licik itu dia sembunyikan dengan baik di bawah senyumnya yang sok polos.

"Kamu tau kan, Valerie berapa kerugian yang kamu hasilkan karena masalah ini," kata ibu Damian.

"Tak hanya itu, Damian juga harus menerima ejekan dari koleganya karena pertunangan itu dibatalkan olehmu," lanjutnya.

"Tapi... " Valerie sengaja memotong kalimat ibu Damian. " Apakah tante tidak ingin tahu mengapa saya membatalkan pertunangan itu?"

Wajah Ruth tiba-tiba pucat, pun dengan Anne.

"Seharusnya tante tahu, jika Damian diam-diam masih menjalin hubungan dengan Ruth selama ini. Bagaimana saya bisa meneruskan pertunangan itu jika saya melihat dengan jelas kalau tadi malam saya melihat Ruth dan Damian berciuman di depan kamar hotel."

"Cukup Valerie!" tegur Anne. "Kamu tidak bisa membuat alasan seperti itu! Kamu mengkambinghitamkan kakakmu hanya karna mereka berdua pernah berpacaran."

"Aku tak percaya kalau kamu tega menuduhku seperti itu, Valerie," tambah Ruth dengan wajah yang menyedihkan.

Valerie tak dapat berkata-kata karena Anne dan Ruth benar benar pembohong yang ulung. Dan yang lebih miris adalah ibu dan ayah Damian tidak berkata apa-apa setelah Valerie menjelaskan alasan seperti itu.

"Aku lebih suka kalau kamu mengakui kesalahanmu, Valerie. Tidak melemparkan kesalahan pada kakakmu yang tidak tahu apa apa." Kali ini ayah Damian yang berkata.

Karena sudah tidak ada gunanya lagi dia ada di sana, akhirnya Valerie memutuskan untuk pergi dari hadapan mereka berempat.

"Mau ke mana kamu, Valerie!" panggil Anne.

Tapi Valerie tidak mendengarkan ibu tirinya, dia langsung pergi keluar dari rumah itu diikuti oleh Noah di belakangnya.

"Aku tidak tahu kalau Valerie ternyata memiliki sifat pembangkang seperti ibunya," komentar ibu Damian.

"Anda akan dihukum lagi jika keluar rumah, Nona Valerie," cegah Noah ketika Valerie pergi dari rumah.

"Aku tidak peduli. Lagi pula ayahku tak akan pernah percaya padaku."

"Tapi saya percaya dengan Anda."

Valerie tersenyum sinis. "Tapi hal itu tidak dapat merubah apapun, Noah."

Ketika Valerie hendak masuk ke dalam mobil. Fredison dengan mobilnya memasuki pelataran rumah. Dia bergegas turun dan menghampiri Valerie.

"Ternyata kamu memang mengabaikan hukumanku, Valerie ," geram Fredison.

"Karena ayah juga mengabaikan ku, aku juga akan mengabaikan ayah mulai dari hari ini!"

Valerie melepaskan tangannya dari cengkeraman ayahnya. Tetapi tenaga ayahnya lebih kuat dari Valerie, hingga membuat gadis itu terpelanting dan terjatuh di atas lantai.

Noah hendak menolong Valerie tapi dilarang oleh Fredison.

"Untuk kali ini, biarkan dia berdiri sendiri Noah, jangan bantu dia," kata Fredison dengan tegas.

Dua orang muncul dan menarik kedua lengan Valerie secara paksa. Mata Valerie membulat terkejut dengan perintah ayahnya yang meminta kedua orang itu membawa Valerie ke rumah terpencil di mana biasanya Fredison menghukum Valerie.

Noah hendak ikut mereka berdua tapi dilarang oleh Fredison.

"Kamu tetap diam di rumah, Noah. Valerie harus dihukum karena sudah memberontak padaku," kata Fredison lalu dia masuk ke rumah dengan sikap yang tenang.

Sementara itu Noah bingung apakah dia harus diam saja ataukah mengejar mobil yang membawa Valerie ke rumah terpencil itu.

Valerie memberontak, mencoba untuk melepaskan dirinya dari kedua bawahan ayahnya. Namun, hal itu sama sekali tidak dapat mengubah apa-apa. Mobil semakin menjauh dari rumah, dan Noah tidak mengejarnya.

"Lepaskan aku!" ujar Valerie dengan marah. "Kalian tidak bisa sembarangan menyentuhku!"

Kedua lelaki itu melepaskan tangan Valerie. Valerie untuk sesaat bersikap tenang tapi dia mencoba kabur dengan membuka pintu mobilnya.

Valerie memiliki kenangan yang buruk dengan rumah terpencil itu. Rumah di tengah hutan yang dulunya adalah rumah ibunya sebelum meninggal. Setelah ibunya meninggal, Valerie kerap dihukum di sana dan dikunci dari luar untuk introspeksi diri. Tapi, alih alih introspeksi diri, Valerie merasa bersedih karena teringat ibunya meninggal di sana sendirian tanpa ditemani siapapun.

Kedua lelaki yang membawa Valerie memasukkan gadis itu ke dalam kamar di rumah tersebut. Valerie tak berkutik, dia sudah tak bisa berbuat apa-apa. Meminta tolong pun percuma karena rumah itu jauh dari pemukiman warga.

"Kami akan mengantarkan makan pada Anda jika sudah waktunya tiba."

"Aku tak butuh makan," sahut Valerie.

Dia tidur di atas kasur. Meski tak pernah ditinggali lagi, tapi rumah itu selalu dibersihkan oleh pembantu yang bertugas membersihkannya dua hari sekali.

Valerie menghadap ke arah jendela yang sudah digembok dari luar. Mustahil baginya keluar dari sana apalagi ada yang menjaga kedua orang tadi di luar rumah.

"Sebenarnya siapa anak tiri di rumah itu? Kenapa aku yang diperlakukan seperti anak tiri? Aku bukan cinderella, tapi kenapa aku harus memiliki ibu dan kakak tiri seperti mereka?"

Valerie terus berpikir hingga dia mengantuk dan jatuh tertidur di atas kasur.

Hingga sebuah ketukan pintu membuat Valerie langsung terbangun.

"Noah?" tanya Valerie.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status