"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Noah ketika sejak kejadian Damian datang ke rumah tadi Valerie banyak diam dan mengurung diri di dalam kamarnya.
"Tentu saja aku tidak baik, bayangkan, dalam satu malam aku dihancurkan oleh Ruth dan Damian," jawabnya dengan jujur. "Anda tidak ikut makan malam di bawah?" Valerie yang sejak tadi duduk di balkon dan memandangi langit yang gelap malam itu kemudian menoleh ke arah Noah. "Mereka tidak menganggap ku ada, untuk apa aku makan di bawah. Lagi pula, aku tidak nafsu makan, Noah." "Tapi Anda harus makan." "Untuk apa?" "Agar Anda tidak sakit." Valerie tersenyum kelu. Dia merasa miris karena di dalam satu rumah hanya Noah yang perhatian padanya. Apalagi sejak kejadian batalnya pertunangan antara dirinya dan Damian. Ayahnya yang mudah terbujuk oleh Anne pun mulai tak percaya padanya. "Temui orangtua Damian di bawah," kata Anne saat masuk ke kamar Valerie. "Kamu harus minta maaf secara langsung karena kejadian tadi malam. Karena meski bagaimanapun kamu lah yang membatalkan pertunangan ini." Valerie menghela napasnya. "Apa orang tua Damian tidak tahu mengapa aku membatalkan pertunangan itu?" "Sudah diam dan jangan banyak bertingkah, Valerie! Kamu dan ibumu sama saja! Sama-sama merepotkan!" Anne keluar dari kamar Valerie meninggalkan perasaan muak pada hati Valerie. Dia tak peduli jika Anne dan Ruth menghinanya, tetapi dia tak ingin mendengar penghinaan dari mereka berdua untuk ibunya. "Sebaiknya Anda keluar, dan katakan yang sebenarnya pada orang tua lelaki itu, Nona." "Kamu juga berpikir begitu, Noah?" Noah mengangguk. Setelah mendapatkan saran dari Noah akhirnya Valerie turun untuk menemui orang tua Damian. Mereka berdua terlihat baik-baik saja bahkan bisa tertawa dengan Ruth dan juga Anne. Namun senyum dan tawa itu berubah ketika mereka melihat bayangan Valerie muncul di antara mereka berempat. "Saya minta maaf atas kejadian tadi malam, om, tante," kata Valerie. Dia melihat ke arah Ruth yang bersikap sopan di depan ayah ibunya. Bahkan wajah licik itu dia sembunyikan dengan baik di bawah senyumnya yang sok polos. "Kamu tau kan, Valerie berapa kerugian yang kamu hasilkan karena masalah ini," kata ibu Damian. "Tak hanya itu, Damian juga harus menerima ejekan dari koleganya karena pertunangan itu dibatalkan olehmu," lanjutnya. "Tapi... " Valerie sengaja memotong kalimat ibu Damian. " Apakah tante tidak ingin tahu mengapa saya membatalkan pertunangan itu?" Wajah Ruth tiba-tiba pucat, pun dengan Anne. "Seharusnya tante tahu, jika Damian diam-diam masih menjalin hubungan dengan Ruth selama ini. Bagaimana saya bisa meneruskan pertunangan itu jika saya melihat dengan jelas kalau tadi malam saya melihat Ruth dan Damian berciuman di depan kamar hotel." "Cukup Valerie!" tegur Anne. "Kamu tidak bisa membuat alasan seperti itu! Kamu mengkambinghitamkan kakakmu hanya karna mereka berdua pernah berpacaran." "Aku tak percaya kalau kamu tega menuduhku seperti itu, Valerie," tambah Ruth dengan wajah yang menyedihkan. Valerie tak dapat berkata-kata karena Anne dan Ruth benar benar pembohong yang ulung. Dan yang lebih miris adalah ibu dan ayah Damian tidak berkata apa-apa setelah Valerie menjelaskan alasan seperti itu. "Aku lebih suka kalau kamu mengakui kesalahanmu, Valerie. Tidak melemparkan kesalahan pada kakakmu yang tidak tahu apa apa." Kali ini ayah Damian yang berkata. Karena sudah tidak ada gunanya lagi dia ada di sana, akhirnya Valerie memutuskan untuk pergi dari hadapan mereka berempat. "Mau ke mana kamu, Valerie!" panggil Anne. Tapi Valerie tidak mendengarkan ibu tirinya, dia langsung pergi keluar dari rumah itu diikuti oleh Noah di belakangnya. "Aku tidak tahu kalau Valerie ternyata memiliki sifat pembangkang seperti ibunya," komentar ibu Damian. "Anda akan dihukum lagi jika keluar rumah, Nona Valerie," cegah Noah ketika Valerie pergi dari rumah. "Aku tidak peduli. Lagi pula ayahku tak akan pernah percaya padaku." "Tapi saya percaya dengan Anda." Valerie tersenyum sinis. "Tapi hal itu tidak dapat merubah apapun, Noah." Ketika Valerie hendak masuk ke dalam mobil. Fredison dengan mobilnya memasuki pelataran rumah. Dia bergegas turun dan menghampiri Valerie. "Ternyata kamu memang mengabaikan hukumanku, Valerie ," geram Fredison. "Karena ayah juga mengabaikan ku, aku juga akan mengabaikan ayah mulai dari hari ini!" Valerie melepaskan tangannya dari cengkeraman ayahnya. Tetapi tenaga ayahnya lebih kuat dari Valerie, hingga membuat gadis itu terpelanting dan terjatuh di atas lantai. Noah hendak menolong Valerie tapi dilarang oleh Fredison. "Untuk kali ini, biarkan dia berdiri sendiri Noah, jangan bantu dia," kata Fredison dengan tegas. Dua orang muncul dan menarik kedua lengan Valerie secara paksa. Mata Valerie membulat terkejut dengan perintah ayahnya yang meminta kedua orang itu membawa Valerie ke rumah terpencil di mana biasanya Fredison menghukum Valerie. Noah hendak ikut mereka berdua tapi dilarang oleh Fredison. "Kamu tetap diam di rumah, Noah. Valerie harus dihukum karena sudah memberontak padaku," kata Fredison lalu dia masuk ke rumah dengan sikap yang tenang. Sementara itu Noah bingung apakah dia harus diam saja ataukah mengejar mobil yang membawa Valerie ke rumah terpencil itu. Valerie memberontak, mencoba untuk melepaskan dirinya dari kedua bawahan ayahnya. Namun, hal itu sama sekali tidak dapat mengubah apa-apa. Mobil semakin menjauh dari rumah, dan Noah tidak mengejarnya. "Lepaskan aku!" ujar Valerie dengan marah. "Kalian tidak bisa sembarangan menyentuhku!" Kedua lelaki itu melepaskan tangan Valerie. Valerie untuk sesaat bersikap tenang tapi dia mencoba kabur dengan membuka pintu mobilnya. Valerie memiliki kenangan yang buruk dengan rumah terpencil itu. Rumah di tengah hutan yang dulunya adalah rumah ibunya sebelum meninggal. Setelah ibunya meninggal, Valerie kerap dihukum di sana dan dikunci dari luar untuk introspeksi diri. Tapi, alih alih introspeksi diri, Valerie merasa bersedih karena teringat ibunya meninggal di sana sendirian tanpa ditemani siapapun. Kedua lelaki yang membawa Valerie memasukkan gadis itu ke dalam kamar di rumah tersebut. Valerie tak berkutik, dia sudah tak bisa berbuat apa-apa. Meminta tolong pun percuma karena rumah itu jauh dari pemukiman warga. "Kami akan mengantarkan makan pada Anda jika sudah waktunya tiba." "Aku tak butuh makan," sahut Valerie. Dia tidur di atas kasur. Meski tak pernah ditinggali lagi, tapi rumah itu selalu dibersihkan oleh pembantu yang bertugas membersihkannya dua hari sekali. Valerie menghadap ke arah jendela yang sudah digembok dari luar. Mustahil baginya keluar dari sana apalagi ada yang menjaga kedua orang tadi di luar rumah. "Sebenarnya siapa anak tiri di rumah itu? Kenapa aku yang diperlakukan seperti anak tiri? Aku bukan cinderella, tapi kenapa aku harus memiliki ibu dan kakak tiri seperti mereka?" Valerie terus berpikir hingga dia mengantuk dan jatuh tertidur di atas kasur. Hingga sebuah ketukan pintu membuat Valerie langsung terbangun. "Noah?" tanya Valerie."Noah, bawa kembali Valerie malam ini," perintah Fredison malam itu. Noah pun segera berangkat ke rumah terpencil untuk menjemput Valerie. Dia yang paling tahu bagaimana perasaan Valerie setiap kali dihukum di dalam rumah itu. Ketika sampai di rumah terpencil, Noah tidak menemukan siapapun di sana. Kedua penjaga yang seharusnya berjaga tidak ada di dalam rumah. Lampu di dalam rumah mati dan seluruh barang yang ada di sana berantakan. "Nona Valerie!" Noah bergegas masuk ke dalam rumah, mencari kamar Valerie untuk memastikan bahwa keadaan gadis itu baik baik saja. Akan tetapi, saat melihat pintu kamar Valerie terbuka Noah terkejut. Apalagi Valerie dalam keadaan tak sadarkan diri di atas ranjang. "Nona Valerie! Nona Valerie!" Noah mencoba untuk membangunkan Valerie yang tubuhnya lemas tak berdaya. Namun, dia tak menyadari jika ada orang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya hingga tak sadarkan diri. Valerie merasakan kepalanya pusing, seingatnya tadi malam ada yang mengetuk pint
Tak ada pilihan lain bagi Valerie, dia harus keluar dari rumah itu karena tidak ada satupun orang yang menginginkannya termasuk ayahnya sendiri. Dia akan mengerti jika Ruth dan Anne membencinya. Tapi mengapa ayahnya sama sekali tidak membelanya dan malah mengusirnya? Valerie terus berjalan hingga malam. Tapi tak ada satu tanda dia menemukan Noah. Di sisi lain hatinya, ia merasa kasihan pada Noah karena sudah dipukuli oleh pesuruh ayahnya. Tapi di sisi lain, dia juga kesal pada lelaki itu karena sama sekali tak dapat menjelaskan mengapa mereka ia bisa ada di kamar itu dan apa yang dia lakukan tadi malam. "Kamu ada di mana Noah?" gumam Valerie. Gerimis pun turun, Valerie berlari kecil berteduh di salah satu toko yang sudah tutup. Dia melihat jalanan di depannya. Sepi dan tak ada orang yang melewatinya. la sendiri tak tahu mengapa berjalan dan melewati jalan itu. Hingga tanpa sadar dia melihat sekelompok orang berjalan ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak. Awalnya Valerie ingin men
Mendengar ajakan menikah dari Noah, tentu saja membuat Valerie terkejut. la tidak pernah membayangkan sebelumnya jika akan dilamar oleh pengawal pribadinya sendiri. Itu pun bukan atas dasar cinta melainkan rasa bersalah. "Noah, sepertinya kamu terlalu terburu-buru dengan keputusan itu," tolak Valerie dengan suara nada yang rendah agar tidak menyakiti Noah. "Belum tentu aku hamil, jadi... sebaiknya jangan mengambil langkah terlalu jauh." "Kalau Anda mau seperti itu, baiklah. Saya tidak akan memaksa," katanya kemudian berdiri dari kursinya. Dia membereskan semua makanan dan membuang sisa makanan ke dalam tempat sampah. "Noah," panggil Valerie. "Ya?" "Aku ingin bekerja. Aku akan bekerja, karena aku tidak bisa terus tinggal di rumah ini denganmu." Meski tidak tahu apakah nantinya dia akan segera mendapatkan pekerjaan atau tidak. Tapi Valerie harus memikirkan caranya agar tidak terlalu lama tinggal di rumah Noah dan menyusahkan lelaki itu. "Anda bisa melakukan semua yang Anda inginka
"Aku sedang keluar kota sekarang, kita bicarakan nanti setelah aku di rumah," kata Noah di ujung telepon. "Keluar kota? Oh, baiklah kalau begitu." Valerie menutup teleponnya. Kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat bayangan Ruth dan Damian ada di parkiran. Rasanya dia ingin merobek bayangan mereka berdua, tapi dia harus menahannya sedikit lebih lama. Valerie masih memiliki sedikit rasa dengan lelaki brengsek itu. Meski sudah dikhianati dan dipermalukan berkali-kali. Padahal tak ada yang bisa diandalkan dari Damian, tapi mengapa dia harus sebegitu menyukai Damian? Apakah karena dia adalah cinta pertama nya? "Aku harus pulang sekarang," gumam Valerie. Dia keluar dari kafe seperti orang bodoh. Ketika di jalan, dia mendengar suara mesin mobil menghampirinya. Dia pun melirik ke samping, rupanya ada Damian dan Ruth di dalamnya. "Wah kasian sekali, di mana memang pengawalmu? Dia meninggalkanmu ya?" ejek Ruth. "Mau ku antar? Aku mau tau di mana tempat yang kamu sebut rumah," ejek Rut
Keesokan harinya, Noah benar benar mengurus perihal pernikahan mereka berdua. Tidak perlu acara yang mewah, Noah dan Valerie kini sudah sah menjadi suami istri di mata hukum. "Aku tidak percaya kalau aku akan menjadi istri orang lain," gumam Valerie ketika berada di mobil. Noah yang mendengarnya tidak berkomentar. "Tunggu sebentar Noah!" Noah langsung menghentikan mobilnya. "Ada apa?" "Aku ingin makan itu, boleh kan?" Noah melihat restoran cepat saji yang mereka lewati. Tanpa menunggu lama, Noah langsung memutar stir dan mengarahkan ke area drivethru. "Jangan pesan terlalu banyak. Makanan cepat saji tidak baik untuk bayimu," kata Noah. "Iya iya." Namun tetap saja Valerie memesan makanan cepat saji itu cukup banyak. Dia memakan di mobil dan menjatuhkan beberapa remahan di mobil Noah. Noah hanya meliriknya, tapi Valerie tahu jika lelaki itu tidak senang dengan sikapnya saat ini. "Aku akan membersihkannya, aku janji," kata Valerie. "Oh ya kemarin kamu keluar kota ngapain?" "
Setelah dia mendapatkan kabar baik, Valerie pun memberitahu pada Raya jika dirinya diterima bekerja perusahaan yang direkomendasikan olehnya. "Wah selamat! Aku masih di lobi menunggumu, bagaimana kalau kita merayakannya!" "Boleh, aku akan turun sekarang." Mereka berdua pun pergi ke sebuah restoran. Namun, mereka tidak menduga jika akan bertemu dengan Ruth dan kedua temannya di sana. "Apa kita pindah saja?" tanya Raya. Dia tahu raut wajah Valerie berubah saat melihat Ruth. "Tidak. Kita akan makan di sini. Ini bukan restoran mereka." Valerie pun masuk dengan Raya. Duduk di meja yang agak jauh dari mereka bertiga. Tapi, bukan Ruth namanya jika tidak membuat keributan dengan Valerie. Dia dengan kedua temannya lalu menghampiri meja Valerie dan Raya dan mengolok-olok mereka berdua. "Ray, harusnya kamu lebih pandai memilih teman, bagaimana bisa kamu makan di sini dengan teman miskin mu ini ," ejek Ruth. "Benar, dia tidak akan mampu membayar makanan di restoran ini. Kenapa kamu mengaj
Valerie sore itu sedang menyiapkan makan malam untuk Noah. Tapi ketika mendengar suara mesin mobil Noah masuk ke pekarangan rumah mereka, Valerie tiba tiba saja meninggalkan dapur untuk menyambut suaminya tersebut. "Noah! Aku mendapatkan pekerjaan!" kata Valerie dengan ceria. "Pekerjaan apa?" tanya Noah. Dia melepaskan jasnya kemudian duduk di sofa. Valerie iku duduk di sofa yang berbeda dengan Noah. "Menjadi asisten, kupikir aku bisa menjadi desainer di perusahaan itu. Tapi ternyata mereka hanya membutuhkan asisten." Noah diam, kemudian bertanya. "Teman Raya?" "Iya, kupikir itu lebih baik kan daripada aku menganggur." Valerie yang melihat ekspresi wajah Noah saat ini sebenarnya agak takut. Karena Noah yang dia kenal sebelumnya berbeda dengan yang dia lihat sekarang. "Sampai kapan kamu akan bekerja? Bagaimana kalau mereka tahu kamu hamil?" "Uhm... itu... aku akan berhenti sebelum perutku membesar," kata Valerie dengan percaya diri. Tapi setelah melihat wajah Noah, Valerie menja
Sepulang kerja, Valerie menelpon Noah agar tidak menjemputnya karena dia ada urusan lain. Menggunakan taksi, Valerie kemudian pergi ke rumah orangtuanya. Meski dia malas, tapi dia ingin mengambil desain miliknya. Namun, ketika dia hendak masuk ke rumah. Para pelayan rumah itu mencegah Valerie masuk ke dalam karena larangan dari majikan mereka. "Aku cuma mau mengambil barangku!" "Tapi Nyonya dan Tuan melarang kami untuk membiarkan Anda masuk," kata pelayan itu. Valerie melirik ke sekitarnya. Fredison dan Anne tidak ada di rumah karena mobil mereka tak ada yang terlihat. "Aku hanya ingin masuk sebentar," desak Valerie. Lalu munculah Ruth dari dalam dengan wajahnya yang angkuh. "Biarkan dia masuk," kata Ruth. Dia masih kesal lantaran dia diusir oleh petugas keamanan kemarin di depan Valerie. Mau tak mau pelayan pun membiarkan Valerie masuk. Ruth memberikan kode pada pelayan agar membuntuti Valerie dan mengunci kamarnya. Valerie yang sudah ada di dalam kamar kemudian mencari-cari