Share

Part. 26

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 11:39:34

Perselingkuhan terjadi bukan hanya karena ada kesempatan ataupun niat dari pelakunya, tapi juga karena ada duit lebih.

Selain dari yang disebutkan di atas, ketidakpekaan dari pasangan juga perlakuan tanpa perasaan bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Cuman, apa pun alasannya. Tak ada yang bisa dibenarkan dari sebuah perselingkuhan.

Maka dari itu cintailah pasanganmu, sebelum dia dicintai pasangan orang. Lah?

***

"Kartu ini aku simpan, ya! Kamu pakai yang baru, semua nomor keluargaku sudah dimasukkan ke kontak."

Masih lekat dalam ingatan, ketika Nyonya Intan mengatakan perkara ponsel dan privasinya tepat sehari setelah dia siuman.

Karena saat itu pikiranku dipenuhi dengan aura positif yang kadang aur-auran, tak ada yang berani kutanyakan tentang alasan ia menggantinya.

Hanya cicak di dinding dan perabotan di kamar itu juga Tuhan yang tahu apa sebenarnya yang Nyonya Intan sembunyikan. Tentang email yang diganti, akun medsos yang di-log out, bahkan game cacing yang tak luput dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 27

    Mendengar ocehanku mata Tuan Stevan terpejam, setelahnya dia menghela napas panjang. "Oke. Sekarang tolong temani dulu Betrand, aku mau ngobrol dengan Brian tentang bisnis sebentar." "Oke." Tuan Stevan pun berlalu menuju taman, diikuti Tuan Brian yang masih saja melirik-lirik ke arahku. Hanya dari tatapannya aku bisa menggambarkan banyak yang ingin lelaki itu katakan, tapi terhalang keadaan. Lagian lu jadi laki cuma berani dari belakang, sih, Tong. Padahal, kan lebih enak maen dari depan. Aih, lu ngomong ape sih, Milah? Sepeninggal upin dan ipin yang tidak seiras itu, aku berjalan mengendap menghampiri Betrand yang sedang sibuk dengan tablet berukuran sepuluh inci di pangkuannya. Bocah dengan bibit unggul itu tampak belum mengindahkan kehadiranku di belakang dan asik main panjang-panjangan cacing. "Bertrand ... main sama Thalia, yuk!" Eh, salah intronya. Emangnya ini keluarga Onsu. Ini pan keluar As--eit, nggak boleh diterusin. Bocah berumur tujuh tahun itu menoleh sedikit dem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 28

    "Kak, apa nggak coba aja kepala Intan di-rontgen? Siapa tahu ada saraf yang kejepit," celetuk Tuan Brian tiba-tiba saat kami tengah menikmati pizza di ruang keluarga. Sembarangan saraf kejepit. Pola pikir situ aja yang sempit.Lagian kalau beneran di-rontgen, aku malah prihatin sama mesinnya. Entar tiba-tiba error karena isi kepalaku kotor semua. Jujur, ya. Baru kali ini aku udah malu-maluin diri, tapi rasanya malah nggak malu-malu banget. Melihat ekspresi Tuan Brian tadi entah kenapa justru malah jadi kepuasan tersendiri. Sementara ekspresi Tuan Stevan-- sungguh aku tak peduli. Yang penting Betrand cekikikan sampai berkali-kali. Buktinya kurang dari dua jam nih bocah udah nemplok aja di pangkuan macam anak Kangguru. "Nggak perlu. Setidaknya dengan bertindak gila begitu, dia terlihat lebih hidup."Mon, maaf, Tuan. Itu pujian atau hinaan? Kok, berasa nggak ada bedanya.Dipikir Nyonya Intan mayat berjalan?Tapi, bener juga, sih. Sebelas dua belaslah. Hobi ngelamun, jarang ngomong, l

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 29

    Di tengah perjalanan menuju resto, kegiatanku hanya sibuk scroll toktok sambil sesekali buka yusup liat pelajaran tentang table manner. Walaupun dalam hati terdalam sebenarnya kepengen banget bikin Tuan Brian illfeel, tapi sialnya ada rasa hati tak tega kalau harus liat Tuan Stevan malu. Entah sejak kapan perasaan respect ini muncul, aku pun tak tempe. Untuk hari ini, mari kita tinggalkan sikap kampunganmu, Milah. jadilah Nyonya Intan dari segi penampilan dan wawasan. Saat tengah asik nonton tata cara pake serbet ala horang kaya, tiba-tiba notifikasi dari si hijau nongol di pojokan. Tertera nama Milah di sana, yang artinya pesan itu berasal dari Nyonya Intan. [ Mil, kemarin untuk pertama kalinya Saeful ajak aku jalan keluar naik motor. Kesan pertama yang bisa kunilai darinya adalah dia lelaki yang hangat. Obrolan kita juga nyambung dan nggak monoton. Ternyata dia penyuka musik-musik klasik dan lumayan pintar dalam bisnis. Katanya Saiful juga yang memegang keuangan bisnis Ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 30

    [ Nya, kirimin nama jenis-jenis bunga yang cocok buat acara aniv. Si Brian banyak tanya minta digaplok mulutnya. ] Pesan via si hijau itu kukirim pada Nyonya Intan di sela-sela bersolek di depan kaca. Sekali lagi, waktu memang bisa berjalan lebih cepat kalau tak diharapkan. Mau tak mau dengan terpaksa aku tetap harus mengantar adik kandung Tuan Stevan itu untuk mengunjungi Toko Bunga Nyonya Intan tepat di sebelah Tanah Abang. Toko yang kuketahui sudah buka sejak dua tahun lalu itu didirikan karena kecintaan Nyonya Intan pada bebungan, juga kegabutannya sebab duit nggak habis tujuh turunan. Berbagai bunga tersedia di sana, mulai dari Bunga mawar, melati, bunga bangke, bunga bank, sampai bunga desa. Canda. Intinya semua bunga-bunga yang bisa tumbuh di iklim tropis Indonesia itu tersedia walaupun Nyonya Intan harus mengeluarkan kocek lebih karena beberapa bunga di-impor dari luar. Pesanan bunga di tokonya juga bisa dibuat beragam. Bukan hanya terpatok untuk hiasan, ditanam, karanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 31

    "Sudah siap?" tanya Brian--sekarang aku memanggilnya tanpa embel-embel 'Tuan'. Bodo amatlah, lagian dia bukan majikanku. Liat aja, nih orang tak bikin makin illfeel pokoknya entar. "Iye." "Mau ke mana dulu kita?" tambahnya setelah mobil mulai berjalan meninggalkan pelataran. "Ya, langsung ke tokolah. Emang mau ke mana lagi?" Pake nanya ke mana dulu segala, udah macam pasangan yang mau kencan. "Ya siapa tahu kamu mau makan atau nonton dulu gitu." Dia nyengir tanpa dosa. Idih ... fix, ya nih laki ngajak pergi bukan karena urusan bunga doang, tapi emang dasarnya mau cari kesempatan dalam keenakan. "Nggak. Udah kenyang makan angin tadi." "Kenapa kamu ketus sekali, Intan. Apa salahku?" "Karena kamu banyak omong, Brian! Bisa diem nggak? Kepalaku pusing karena kebanyakan begadang sambil striming." "Oh, oke." Raut wajahnya seketika berubah masam. Lelaki dengan setelan khas anak muda kekinian itu terlihat sibuk menyetir sekarang. Oke, saatnya untuk memberi anak muda ini pencerahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 32

    Ketika mobil yang dikendarai Brian berhenti di depan pelataran, kulihat Tuan Stevan sudah berdiri dengan berpangku tangan sembari menyandarkan tubuh di depan pintu.Alas kaki berbulu yang dikenakannya tampak bergoyang-goyang sesuai ketukan. Kegiatan yang biasa dia lakukan bila sudah menunggu terlalu lama. "Kamu duluan!" Kuberi Brian isyarat dengan dagu agar ia keluar lebih dulu. "Kamu aja yang duluan. Dia, kan suamimu kenapa harus takut?" protesnya. "Lah, pan dia juga abangmu kenapa mesti kikuk?" balasku tak mau kalah. Brian mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan dengan kesal. Lalu kembali menatapku. "Ya sudah, kita turun barengan."Kuhela napas sejenak, kemudian mengangguk setuju."Oke."Akhirnya kami turun bersamaan, kuapit tangan Brian dengan kepala menunduk guna menghindari tatapan laser Tuan Stevan yang mungkin bisa saja membunuh tanpa menyentuh. Udah kayak santet. "Tangan!" cetusnya tiba-tiba saat kami melintas di hadapannya. Sadar akan hal itu, bergegas kulepask

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 33

    Kurang dari dua belas jam sejak adegan sosor menyosor kemarin malam, aku dapati diri terbangun dalam keadaan linglung. Aneh, tapi nyata. Seperti mimpi, tapi ini beneran terjadi. Mencoba pasrah, tapi rasanya seperti menghianati diri sendiri. Dahlah Milah. Lupain, lupain, lupain. Anak perawan nggak boleh banyak pikiran. Anggap aja itu terjadi diluar kuasamu. "Kak, Betrand mau tinggal di sini bareng Kak Intan, boleh, ya?" Suara celotehan Betrand di depan pintu ruang pakaian Tuan Stevan, seketika menarikku dari lamunan tentang kejadian kemarin malam. Lelaki yang tampak sudah berpakaian rapi dengan celana katun hitam dan kemeja biru itu berjongkok untuk menyejajarkan tubuh dengan adiknya. Aku yang sejak tadi berdiri di ambang pintu kamar sembari menggenggam sebuah kotak makan pun, mulai melangkah menghampiri keduanya dan berhenti di belakang Betrand. Tatapanku dan Tuan Stevan bersirobok. Aku tanya ada sorot tanya yang tersirat di sana. Dengan mantap, kuanggukan kepala sebagai t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 34

    Satu bulan, dua hari sudah aku dan Nyonya Intan bertukar jiwa. Selama itu tak ada hal yang paling kutakuti selain kenyataan bahwa salah satu dari keluarga kami ada yang menyadari.Selain tragedi ini tak masuk akal, menjelaskannya sampai mulut berbusa pun mana bisa mereka percaya?Contohnya si Brian sompret. Saat ini lelaki dengan boxer yang tidak bisa menutup sempurna paha berbulunya itu masih menatapku dengan sorot mata yang sama tajamnya bahkan setelah kami pindah ke ruang TV, duduk berhadapan di atas sofa empuk berwarna cokelat.Beberapa kali dia mengatakan bahwa aku adalah sejenis jin ganjen yang sedang gabut hingga iseng bersemayam di tubuh Nyonya Intan sampai berminggu-minggu dengan tujuan tertentu.Lebih parahnya lagi dia sempat baca doa yang kuketahui sebagai doa makan bukannya doa pengusir setan. Setelah dipikir-pikir ternyata ada yang lebih absurd daripada aku."Jawab! Atau aku sembur sekarang."Astagfirullah Gusti. Helep me.Si Brian udah nggak waras lagi. Padahal kemarin k

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 45

    Aku masih mengingat betul hari itu. Hari ketika hidupku berubah dalam sekejap. Intan, majikanku yang dulu kucemburui karena kehidupannya yang sempurna, tiba-tiba bertukar jiwa dengan seseorang sepertiku. Awalnya aku berpikir semua yang terjadi hanyalah sebuah mimpi, mana mungkin pembokat sepertiku bisa menjalani kehidupan sebagai seorang nyonya besar dengan suami setampan Tuan Stevan, ya walaupun kelakuannya rada-rada membagongkan. Seolah masih dalam ingatan saat dia kami berpisah persimpangan jalan. “Kita jalani apa yang sudah ditakdirkan Tuhan,” katanya. “Aku butuh kebebasan, Milah. Dan kamu butuh kesempatan.” Dan begitulah semua takdir kampret ini berjalan. Tak ada yang tahu tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang, saat Nyonya Intan yang menghuni tubuh ndesoku tiba-tiba hilang kabar dan aku yang kebingungan dengan tubuh ini yang tiba-tiba serapuh kerupuk kena aer. *** Pagi ini, aku duduk di ruang keluarga dengan segelas kopi di tangan, menatap daftar kegiatan yan

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 44

    "Udah dapet kabar tentang Milah? Kok akhir-akhir ini dia susah dihubungin, yak?" Aku bertanya pada Tuan Stevan yang baru saja masuk ke ruang kamar dengan segelas air putih di tangan. Lelaki itu menggeleng pelan, lalu meletakkan gelas tersebut di atas meja di hadapan, kemudian duduk di sampingku dalam sofa panjang berwarna hitam. "Belum. Terakhir dia menghubungi sekitar dua minggu lalu, mengatakan tentang rencana pernikahannya dan Saiful, juga memutuskan mengakhiri kontrak kerja kita." Aku tertegun. Bingung harus melakukan apa. Komunikasi dengan Nyonya Intan benar-benar terputus kini. Waktu semakin mengerucut, hanya tinggal hitungan minggu sampai waktu yang ditentukan. Aku tak menyangka ternyata seratus hari bisa terasa sesingkat ini, apalagi setelah dua minggu terakhir kuhabiskan hanya dengan berbaring di atas ranjang. Setelah tragedi pingsan di resto hari itu. Dokter datang tiap seminggu dua kali sepanjang dua pekan ini. Obat-obatan juga selang infus seolah menjadi konsumsi seha

  • Hasrat Terpendam Majikanku   PoV Intan : Masa Lalu Milah & Stevan

    Emak terdiam. Aku tak tahu apa yang beliau pikirkan saat ini. Tatapannya beralih ke arah lain."Oh, ya udah atuh." Emak meraih remote di atas meja yang kubeli sekitar dua minggu lalu satu set dengan kursi dan rak TV. "Tapi kamu udah pastiin undang mereka nanti, kan?" sambungnya kemudian." .... "Aku tak menjawab. Entah kenapa kalau bertemu dengan tubuhku lagi, aku takut jiwa kita tiba-tiba kembali tertukar di saat belum siap meninggalkan semuanya."Nanti Milah pikirkan lagi, ya, Mak."Bingung harus menjawab apa, aku memilih menghindar. Beranjak untuk masuk ke kamar. Namun, sebelum sempat aku bangkit dari kursi di samping Emak, sebuah cekalan tangan membuat langkahku tertahan."Mil ... kamu teh beneran nggak apa-apa? Dari hari ke hari, kok Emak khawatir. Perasaan kalau dilat-liat kamu makin beda. Mau dibilang kayak anak orang, tapi da kamu emang anak Emak sama Bapak."Aku terdiam. Jujur, bingung harus menjawab apa. Pertanyaan seperti ini sudah sering diajukan Emak, Bapak, Ahmad, bahka

  • Hasrat Terpendam Majikanku   PoV Intan : Tak Ingin Kembali

    "Neng, Milah! Hei, kok ngelamun?"Sebuah tepukan pelan, seketika menarikku dari lamunan masa lampau. Keping demi keping kenangan yang semula datang sekelebatan, tiba-tiba tersusun kembali menjadi satu ingatan yang utuh, hingga mengakibatkan nyeri di ulu hati.Perjalanan hidup selama dua puluh lima tahun yang sering kali orang anggap sebagai kesenangan dunia, nyatanya hanya bisa membuatku merana. Vonis mati yang sudah dokter tetapkan setelah seratus hari, seolah menambah nyeri sakit yang tak terperi.Pada akhirnya aku hanya bisa pasrah akan keadaan. Dan memilih mengembalikan semuanya pada takdir Tuhan.Di saat aku sudah mulai menyerah akan kehidupan yang kupikir berakhir tanpa tujuan, ternyata sekali lagi Tuhan beri aku kesempatan untuk bertahan. Kesempatan itu datang kala aku meminta suatu kemustahilan dari sisa-sisa harapan setelah krisis kepercayaan. Akhirnya permintaan itu terlontar tanpa sadar di hadapan gadis remaja yang menurutku bisa memandang dunia dari sudut yang berbeda. Si

  • Hasrat Terpendam Majikanku   PoV Intan : Vonis Dokter

    "Kenapa kamu nggak mau kemo?"Berlian bertanya saat kami memulai perjalanan menuju perusahaan Papa yang letaknya tak jauh dari restoran Mama. Jadi, bisa disimpulkan mereka akan ada di satu tempat yang sama saat makan siang seperti ini."Kemo walaupun akurasi kesembuhannya tinggi tapi hal itu menyebabkan beberapa perubahan pada fisikku, Lian. Sekali lagi, sebenarnya aku nggak ingin kalian tahu tentang penyakitku."Berlian terdiam. Sembari memperhatikan jalan di depan sesekali tatapannya beralih padaku."Apa ada cara pengobatan lain?"Kualihkan pandangan ke luar jendela. Menatap hiruk-pikuk kota dengan segala kepadatannya."Ada. Operasi transplantasi sumsum tulang belakang.""Ya, terus kenapa nggak dilakuin?" tanyanya lagi."Selain biayanya milyaran, sangat sulit untuk menemukan jenis pasangan sumsum yang cocok. Mungkin semua akan lebih mudah bila penderita punya kembar--" Sontak aku terdiam ketika mengatakan kalimat itu dengan tanpa sadar.Berlian terbungkam, begitu pun denganku. Beber

  • Hasrat Terpendam Majikanku   PoV Intan : Awal Semuanya

    Setiap orang bisa memilih seperti apa jalan hidupnya. Tapi, jelas tak ada yang bisa memilih seperti apa dan di mana ia ingin dilahirkan.Berlian dan aku lahir dalam keluarga berada dengan kedua orangtua yang sama-sama pengusaha. Sampai saat ini Papa masih sibuk mengurus bisnis Tour and Travel di bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW) sementara Mama sibuk dengan bisnis kulinernya.Sejak kecil kami memang sudah biasa ditinggalkan bersama baby sitter maupun asisten rumah tangga. Tanpa pengawasan orangtua akhirnya kami tumbuh dengan pola pikir yang jauh berbeda. Gelimang harta yang sudah dijejali sedari balita, tak lantas membuat kami puas menikmati dunia. Ada beberapa saat di mana kami juga membutuhkan kasih sayang dari mereka sebagai keluarga.Hal itulah yang memicu pemberontakan kami dalam menanggapi cara pengasuhan mereka. Berlian tumbuh menjadi anak yang pembangkang dengan penampilan yang bisa dibilang sederhana, bebas, bahkan terkesan berantakan. Saudara kembaraku itu bahkan menghambur

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 39

    "Aamiin!" Genggaman Tuan Stevan di pergelangan tanganku, melerai pelukan kami. Kutatap lelaki yang tampak begitu tampan dengan turtleneck berwarna cerah yang dipadupadankan dengan jas gelap tersebut dengan pandangan yang sudah memburam. "Sebentar, ya, Ma!" Tuan Stevan tiba-tiba menarik tanganku mendekati tiang pembatas bertilas kaca, sebelum sempat aku menampar pipi sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi atau halusinasi. Oh, ayolah. Ini bukan negeri dongeng. Atau sekadar mimpi seorang jomblo. Kenapa aku harus merasa sebaper ini? Tanpa sadar aku juga sudah mengabaikan Brian yang duduk di samping Betrand dengan tangan melambai-lambai. Kami berhenti di dekat pohon cemara buatan. Cahaya temaram dari lampu tumblr yang sengaja dipasang mengelilingi spot restoran membuat suasana semakin terasa intens. Apalagi saat Tuan Stevan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. "Mulanya mungkin kamu dan aku memang saling membenci, kita juga dipersatukan dengan cara yang berbeda

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 38

    Bicara tentang cinta, kasih, dan rindu. Jujur aku tak bisa menjelaskanya dengan menggebu-gebu, karena pada kenyataannya ketiga hal itu tabu bagiku. Mungkin terkesan aneh, langka, dan ambigu. Intinya aku memang tak pernah peduli atau lebih tepatnya memilih mengabaikan ketiga perasaan itu. Kenapa? Ya, nggak apa-apa. Hidup, kan nggak melulu tentang cinta, perasaan, dan cowok idaman. Wabil khusus untuk anak gadis sepertiku yang tumbuh dalam keluarga yang perekonomiannya pas-pasan. Jangankan buat beli kuota biar bisa pedekatean sama lawan jenis di sosmed. Buat ongkos berangkat sekolah aja aku masih kudu bantu angkutin Buah Tin ke dalam truk. Sembilan belas tahun aku hidup, dengan seluruh waktu yang habis terkuras hanya untuk melakukan siklus berulang dari mulai bangun nimba sumur, berangkat sekolah, jadi kurir makanan biar bisa jajan, sampai pulang bantu Emak di perkebunan. Jadi, mana ada waktu buat mikirin cecintaan! Nahkan ngegas. Maaf. Terbawa perasaan. Karena ngomongin cinta

  • Hasrat Terpendam Majikanku   Part. 37

    "Sudah selesai?" "Aarrghh ... Sett--" Aku terlonjak dan nyaris mengumpat saat melihat Tuan Stevan sudah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Jantung terasa akan melompat dari rongganya, ketika menyadari tatapannya sudah beralih menuju ponsel di genggaman tanganku. Bergegas aku memasukan benda pipih itu ke kantong celana. Berusaha memasang ekspresi tenang padahal aslinya tegang kebangetan. "Maaf kelamaan. Habis pup aku sekalian bersihin WC tadi," kilahku, berharap Tuan Stevan percaya setelah melihat jejak-jejak air yang sengaja kusemprotkan dari shower tadi. Tuan Stevan sempat memicingkan mata curiga, setelahnya dia kembali melunak. Aku cukup lega melihat ekspresi yang semula dingin itu kembali bersahabat. "Ah, iya. Aku mau minta maaf. Tadi pihak bank sudah konfirmasi kalau ternyata mereka salah alamat. Laporan kartu kredit itu seharusnya untuk Intan Perdana, bukan Intan Pertiwi," tuturnya dengan raut penuh sesal. Abcdfhjk. Ingin rasanya kuberkata kasar, mengobrak-abrik da

DMCA.com Protection Status