Namun, Pamela malah terkekeh. "Aku nggak mengerti. Kalau aku meninggalkan Tuan Agam, Nona Kalana akan kembali ke sisinya. Tapi kamu nggak takut ditinggalkan olehnya kalau dia sudah bosan?" tanya Pamela.Mendengar ucapan Pamela, ekspresi Kalana menjadi sombong, bercampur dengan rasa simpati yang agak menghina. "Pamela, aku berbeda denganmu," kata Kalana.Pamela bertanya, "Oh ya? Beda apanya?"Kalana menjawab, "Aku memiliki latar belakang keluarga yang setara dengan Agam, orang tua yang mencintai dan menyayangiku, seorang kakak yang akan mendukungku apa pun yang terjadi dan seorang adik yang melindungiku. Kalau kamu? Nggak ada satu pun anggota keluargamu yang memberimu muka, 'kan?"Senyuman di wajah Pamela seketika menghilang. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Ternyata kamulah yang mencari Keluarga Alister dan memberi tahu mereka perihal aku menikah ke Keluarga Dirgantara," kata Pamela.Kalana tidak mengelak, dia berkata, "Benar, itu aku!"Dengan sangat tenang, Pamela berkata, "Jadi, kam
Kalana menurunkan kembali bajunya. Setelah merapikan dirinya, dia baru mengangkat kepalanya dan menatap Pamela dengan tatapan simpati, tetapi juga provokatif."Agam nggak bilang ke kamu, 'kan, kalau kami punya anak? Sekarang, kamu masih berani bilang kalau kamu percaya padanya?" tanya Kalana.Pamela memicingkan matanya dan bertanya, "Pada umur berapa kamu mengandung? Di mana anakmu sekarang?"Karena Pamela mulai menanyakan hal-hal spesifik, Kalana menebak bahwa Pamela pasti mulai memercayai ucapannya, jadi dia pun tersenyum kecil dan menjawab, "Bukankah kamu bilang kamu percaya pada Agam? Kamu bisa tanyakan hal-hal ini padanya! Tapi, kutebak, kalaupun kamu menanyakannya pada Agam, Agam juga nggak akan mengakuinya, dia nggak akan memberitahumu kebenarannya."Pamela terlihat benar-benar penasaran. Dengan alis terangkat, dia berkata, "Baiklah, kuanggap kamu nggak bohong. Kalau kalian sudah punya anak, kamu mencintainya, dia juga mencintaimu, kenapa kalian nggak langsung menikah saja?""Se
"Hah?" Pamela seketika merasa kebingungan. Dia menatap Kalana yang sedang bersandiwara sambil berbaring di lantai seakan-akan dia sedang menatap seseorang dengan penyakit jiwa ....Pada saat ini, Jason yang baru berjalan keluar dari vila langsung menerjang ke arah mereka. Dia seketika mendorong Pamela yang berdiri di sisi Kalana sambil bertanya dengan nada dingin, "Pergi sana! Apa yang mau kamu lakukan pada Kalana?!"Sebelum Pamela bisa menjawab, Jason sudah bergegas membungkukkan badannya dan membantu Kalana untuk berdiri dengan sangat sedih."Kalana, ada apa? Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Jason.Bagaimanapun, kekuatan seorang pria jauh lebih besar daripada kekuatan wanita. Sekuat apa pun Pamela, dia tetap saja hampir jatuh karena dorongan Jason!Pamela mundur dengan terhuyung-huyung dan mencoba untuk berdiri dengan teguh. Namun, dia menginjak jalan berbatu yang dibuat khusus untuk vila ini. Dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, sehingga dia seketika tergelincir dan terjatuh ke k
Begitu Pamela berjalan memasuki ruang tamu vila itu, orang-orang yang sedang mengobrol dengan penuh semangat pun menatap ke arahnya dengan tatapan aneh ...."Siapa ini? Kenapa dia masuk seperti ini?""Dia sengaja basah-basahan untuk menggoda kita, ya?""Siapa yang bisa dia goda dengan pakaian denim yang biasa itu?!""Tapi, apakah kalian nggak merasa bahwa dia sangat cantik?""Siapa yang membawanya ke sini? Kenapa kita nggak pernah melihatnya sebelumnya?"Sambil mengamati dan menilai penampilan Pamela, orang-orang itu menebak-nebak identitasnya ....Setelah berjalan memasuki vila itu, Pamela sama sekali tidak memedulikan tatapan orang-orang itu. Dia hanya ingin mencari Derry, pemilik vila ini, untuk meminjam pakaian ganti yang bersih.Namun, Derry yang mengatakan bahwa dia mau pergi ke kamar mandi malah tidak kunjung kembali. Bayangan pria ini juga tidak terlihat di lantai pertama vila ini. Bukankah hari ini hari ulang tahunnya? Ke mana perginya pria ini?Saat Pamela sedang melihat ke s
Sementara orang-orang yang sedang bergosip itu adalah para pendamping wanita yang dibawa oleh teman-temannya Derry. Di antaranya, ada artis populer, selebritas internet dan ada juga beberapa putri dari keluarga kecil yang lebih terkenal.Suara orang-orang yang bergosip itu membuat orang yang mendengarnya sangat tidak nyaman. Andra mengernyit dan melirik sekilas ke orang-orang itu dengan kesal. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Lala, di sini ramai dan bising. Ayo ikut aku ke lantai atas, supaya kamu bisa mengeringkan rambutmu dengan handuk!""Baik, terima kasih," kata Pamela.Pamela menerima niat baik Andra dengan tenang karena dia tidak ingin berdiri di tempat ini sambil digunjingkan oleh orang-orang itu. Tempat ini sangat berisik, jadi dia pun mengikuti Andra ke lantai atas .......Sambil naik tangga dengan pelan, Andra mengamati Pamela yang berada di sampingnya. Ekspresinya jahat seperti biasanya, tetapi tatapannya terlihat seperti penuh pikiran. "Lala, Agam di mana? Kenapa dia
"Terima kasih."Sikap Pamela selalu santai, jadi dia tidak memedulikan detail seperti ini. Dia menerima handuk itu dan mengelap air kolam yang tersisa di wajahnya, lalu mulai menyeka rambutnya yang basah ....Andra tersenyum sambil menatap Pamela dengan tatapan lembut. Dia tidak menggoda Pamela seperti setiap mereka bertemu beberapa kali sebelumnya. Dia berkata dengan penuh perhitungan, "Lala, istirahat dulu di sini. Nanti, aku akan membiarkan Kiara, sekretarisku, membawakan baju ganti untukmu.""Baik! Terima kasih, Andra si Baik Hati!" kata Pamela.Pamela juga tidak bermaksud untuk membiarkan Andra tetap berada di dalam kamar. Bagaimanapun, jika seorang pria dan seorang wanita berada di kamar yang sama, hal ini tidak bagus dipandang orang lain. Sekarang, Pamela juga sudah menikah, jadi dia tahu dia harus menghindari kecurigaan ini.Mendengar panggilan "Andra si Baik Hati", Andra tersenyum dengan tidak berdaya dan berkata, "Lala, kalau kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, pan
Tangan itu bukan tangannya Andra.Kiara tercengang. Dia mengangkat kepalanya dan melihat wajah tuan muda Keluarga Dirgantara yang dingin dan tajam di hadapannya!Aura pria yang tiba-tiba muncul ini terlalu kuat, hingga tanpa disadari, Kiara mundur selangkah sambil berkata, "Pak ... Pak Agam!"Ekspresi Agam cuek. Dia membuka bungkusan itu dan melirik sekilas ke isinya. Baju di dalam memang masih baru, masih ada labelnya, jadi bisa membantu Pamela mengatasi masalah mendesak ini untuk sementara!Andra menatap Agam sambil tersenyum dan berkata, "Agam, akhirnya kamu datang juga."Agam sedikit menganggukkan kepalanya sambil berkata dengan serius, "Iya, istriku di mana?""Dia di dalam. Sekujur tubuhnya basah kuyup, aku khawatir dia akan masuk angin, jadi aku membawanya ke kamar tamu untuk mengelap dirinya," jawab Andra."Terima kasih, Andra," kata Agam sambil agak memicingkan matanya yang dingin. "Tapi, lain kali, sebaiknya jangan membawa istri orang lain ke kamar sesukamu, nggak ada yang mem
Saat Agam berjalan memasuki kamar tamu itu, Pamela sedang berdiri di sisi ranjang dengan posisi membelakangi pintu kamar, sambil mengelap tubuhnya dengan handuk.Pamela membuka kancing bajunya, tetapi dia tidak melepas bajunya, dia membiarkan bajunya tergantung dengan longgar di bahunya.Dari belakang, terlihat tulang belikatnya yang indah, bagian leher dan bahunya yang ramping, punggungnya yang putih dengan jelas ....Di rumah, Agam tidak memiliki kesempatan untuk melihat pemandangan seperti ini dengan jelas.Namun, gadis ini malah melepaskan kancing bajunya tanpa mengunci pintu. Jika pada saat ini orang yang memasuki ruangan ini bukan Agam, melainkan adalah pria lain, misalnya Andra, bukankah Pamela akan dilihat oleh orang lain?Sambil memikirkan hal ini, Agam mengernyit dan menggertakkan giginya, wajahnya yang dingin pun menggelap.Mendengar seseorang memasuki ruangan, Pamela juga tidak menoleh, dia hanya berkata, "Nona Kiara, tolong letakkan bajunya di lemari di samping pintu, ya.
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen