Ternyata semua ini bukan ilusiku belaka, juga bukan salah paham. Bahkan, suamiku sendiri juga menganggap hubungan kami menjadi sebuah hubungan gelap. Dari tadi Kenneth mempertanyakan hubunganku dengan Stephen. Sekarang dia malah menyembunyikanku di dalam ruangan, tidak mengizinkanku untuk keluar. Konyol sekali!“Semuanya nggak seperti yang kamu pikirkan.” Kenneth mencengkeram pundakku. Aku spontan melangkah mundur sembari menatapnya. Padahal aku tidak ingin menangis, tetapi air mata malah menetes di pipiku. “Jangan sentuh aku!” Pikiranku sungguh kacau saat ini.“Jasmine, kamu jangan berpikir sembarangan. Aku hanya nggak berharap ….”“Tok, tok, tok ….” Suara ketuk pintu memotong ucapan Kenneth.Sepertinya Solana masuk ke setiap ruangan demi untuk memergoki Kenneth dan aku. Jika tidak, dia tidak akan selambat ini.“Tunggu aku pulang. Aku akan beri penjelasan kepadamu.” Sebelum Kenneth keluar ruangan, dia meninggalkan kalimat ini.Saat aku tersadar dari bengongku, suasana di luar ruangan
[ Tentu saja boleh! Dengar-dengar kamu pergi bareng Kenneth. Apa yang terjadi? Apa dia menindasmu lagi? ]Lauren mengirim emotikon marah kepadaku. Belum sempat aku membalas pesannya, tiba-tiba muncul notifikasi panggilan dari Lauren. Aku pun langsung memutuskan panggilan.[ Aku baik-baik saja. Aku lagi di mobil. Kita bicarakan lagi setelah pulang nanti. ]Sepanjang perjalanan, Stephen menyadari suasana hatiku sangat tertekan. Dia pun terdiam, tidak sengaja mencari topik pembicaraan. Dia memberiku ruang untuk mencerna masalahku.Sebelum menuruni mobil, aku membuka sabuk pengaman. “Kak Stephen, kamu jangan keberatan dengan ucapannya tadi, ya.”Stephen menghentikan mobilnya, lalu berkata dengan nada bercanda, “Apa kamu nggak sadar? Kamu nggak ucapin terima kasih lagi hari ini.”Aku menggigit bibirku. “Tapi hari ini seharusnya aku ….”“Aku bukan lagi mengingatkanmu untuk berterima kasih kepadaku.” Stephen menyela ucapanku, lalu berkata dengan suara lembut, “Sesama teman nggak usah bersikap
Aku menebak seharusnya Lauren sedang telepon dengan Samuel. Saat ini, Lauren masih belum selesai meluapkan emosinya.“Iya, iya, Solana itu hamil! Jasmine itu wanita berhati baja yang bisa kalian sakiti sesuka hati kalian.”“Heh! Oke, aku harap Kenneth nggak menyesal nanti.”“Semua itu juga akibat dari perbuatannya sendiri!”“Awas! Jangan harap aku bantu kamu untuk bujuk Jasmine. Aku setuju Jasmine cerai sama dia!”…Aku menarik napas dalam-dalam, lalu duduk di samping jendela. Aku mengirim pesan kepada Nelly.Nelly langsung membalas.[ Kak Jasmine, kamu sudah tahu, ya …. Iya, itu masalah kemarin sore. Ayahnya Pak Kenneth datang, lalu membawa Bu Solana ke ruang kerja presdir. ][ Maaf, aku masih nggak tahu bagaimana menceritakan masalah ini kepadamu. Apa hubunganmu dengan Pak Kenneth baik-baik saja? ]Hatiku spontan terasa lara. Saat aku berencana untuk membalas pesan Nelly, tiba-tiba Lauren membuka pintu kamar. Dia tersenyum padaku berlagak tidak terjadi apa-apa. “Jasmine, kamu lagi ng
Jadi, biaya pengobatan di Rumah Sakit Sentana jauh lebih tinggi daripada rumah sakit pada umumnya. Itulah alasannya tidaklah banyak yang mengantre saat ini.Saat menunggu dipanggil, aku merasa ada sesuatu yang mengalir dari bagian bawah tubuhku lagi. “Lauren, bantu aku beli pembalut, ya.”“Pendarahan lagi?” Lauren merasa tegang. Dia langsung berdiri. “Aku pergi beli dulu. Kalau kamu ada apa-apa, segera hubungi aku, ya. Sudah dengar belum? Kalau aku masih belum kembali setelah kamu selesai konsultasi, kamu duduk tunggu aku di sini. Jangan ke mana-mana!”“Iya.” Aku mengangguk dengan lemas.Sebelumnya, selain mual, aku tidak merasa ada yang beda dengan kondisi sebelum mengandung. Sekarang aku malah merasa sangat capek, tidak memiliki tenaga sama sekali.“Nomor 36, Jasmine Noman. Silakan ke ruangan nomor 3.”Aku segera memasuki ruangan, lalu menyerahkan hasil pemeriksaan kepada dokter. “Dok, tadi aku tiba-tiba pendarahan.”“Pendarahan?” Dokter menunduk untuk membaca hasil pemeriksaan. Raut
Kenneth yang bersikap dingin dan terus menunduk untuk memainkan ponselnya itu tiba-tiba melihat ke sisiku. Aku sungguh kehabisan akal. Pada akhirnya, aku terpaksa berjalan keluar ruangan.Raut Kenneth tidak sedingin sebelumnya. Dia bertanya dengan suara lembut, “Kenapa kamu ke rumah sakit?”Sikapnya sungguh berbeda drastis dari sikap dinginnya terhadap Solana tadi. Aku yang dulu mungkin akan merasakan rasa sayang dari diri Kenneth. Namun, berbeda dengan sekarang. Semuanya terasa bagai hinaan untukku.Tanpa menunggu jawaban dariku, Solana melirik layar di depan pintu ruangan dokter. Tiba-tiba dia tersenyum. “Kenapa kamu datang ke tempat seperti ini? Jangan-jangan kamu tertular penyakit kelamin? Penyakit itu hanya bisa tertular oleh orang yang memiliki hubungan nggak sehat.”Solana sengaja membesarkan suaranya. Alhasil, orang-orang di sekitar menatapku dengan tatapan risi. Aku justru merasa lega. Ketika pandanganku menyapu layar, aku baru menyadari mungkin karena pergantian sif, nama do
Tidak jauh dari tempatku berada, aku mendengar suara seseorang yang lumayan familier. Kemudian, terlihat ayah mertuaku yang memakai kacamata hitam dan kemeja bermotif bunga. Sangat jelas bahwa dia baru kembali dari berlibur dengan wanita cantik. Dia memang adalah seorang lelaki buaya darat sejak dia masih muda dulu.Solana menatapnya, lalu berkata sambil menangis, “Ayah ... akhirnya kamu pulang juga. Huhuhu .... Aku hampir mati karena ditindas.”“Kenneth menindasmu?” tanya Geofrey. Dia menaruh kacamatanya di atas kepala, lalu menatap Kenneth dan berkata, “Aku sudah bilang berulang kali. Kamu harus jaga Solana baik-baik. Aku baru pergi berlibur beberapa hari, kenapa dia malah masuk rumah sakit?”...Aku tidak mau menambah keributan. Jadi, aku ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi. Tiba-tiba, ayah mertuaku itu menyadari keberadaanku dan bertanya sambil tersenyum puas, “Jasmine, kamu juga datang?”“Ayah,” sapaku. Meskipun dia bukanlah seorang ayah yang baik di mataku, aku tetap ha
Hatiku langsung tenggelam. Aku sama sekali tidak berani menatap Kenneth, juga takut dokter itu akan mengatakan sesuatu. Jika hal itu terjadi, aku benar-benar tidak bisa berkutik lagi.Aku pun terlebih dahulu berkata, “Dok, hari ini, dia bukan datang menemaniku, melainkan menemani wanita lain memeriksakan kandungannya.”Kenneth menjawab dengan suara yang lembut dan berat, “Aku bukan sengaja datang menemaninya.”“Tapi, kamu tetap datang, ‘kan?” tanyaku. Aku tidak ingin mempermasalahkan apa penyebabnya lagi. Seperti saat menangkap basah seorang suami berselingkuh, tidak akan ada wanita yang peduli kenapa suaminya tidur dengan wanita lain. Intinya, suami mereka telah mengkhianati mereka. Mau itu karena mabuk atau memang memilih untuk berselingkuh, apakah ada yang berbeda? Semuanya sudah terjadi. Tidak peduli apa pun alasannya, hal itu tetap tidak dapat dipungkiri. Kenneth tidak bisa membantah. Dia hanya bertanya dengan tatapan tajam, “Kamu masih belum jawab, kenapa kamu datang ke rumah s
Kenneth bertanya dengan terkejut, “Kamu ... sudah tahu masalah di perusahaan?”“Emm, aku baru tahu hari ini.” Aku ingin berlagak tidak peduli, tetapi sama sekali tidak memiliki energi untuk melakukannya. Aku bertanya, “Tekadmu sudah bulat, ‘kan?”Kenneth tidak mungkin rela membiarkan Solana ditindas. Sesuai dugaan, Kenneth menjawab dengan ekspresi agak dingin, “Janinnya kurang sehat dan dia nggak boleh merasa tertekan. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Setelah dia merasa baikan, aku nggak akan membuatmu tersakiti lagi.”Aku pun terdiam. Setelah berusaha menahan keinginan untuk menangis, aku menatap Kenneth dengan kecewa dan bertanya, “Bagaimana kalau aku juga hamil dan situasiku lebih parah darinya?”Setiap menit dan detik aku berdiri di sini, aku bisa merasakan rasa sakit di perutku dan kelembapan di bagian bawah tubuhku. Namun, suamiku malah mengatakan kekasihnya tidak boleh tertekan sehingga hanya bisa menyakitiku. Apa itu artinya aku memang terlahir untuk disakiti?Tubuh Kenneth lang