Mungkin orang yang aku tunggu juga tidak akan datang.Si gadis juga sangat pintar. Dia bertanya dengan tersenyum, “Kak, apa kamu lagi tunggu seseorang?”“Iya.”“Temanmu pasti terjebak macet di jalan. Saat ini jalan menuju stadion sangat padat.”Mungkin dia bisa melihat ekspresi kecewa di wajahku. Dia berjalan mendekatiku, lalu memiringkan kepalanya. “Aku temani kamu untuk tunggu bersama.”“Kamu nggak ke dalam?”“Aku nggak berhasil mendapatkan tiket.” Dia mengangkat-angkat pundaknya sembari mencemberutkan bibirnya. Dia kelihatan kecewa dan juga tidak berdaya.Aku pun tersenyum tipis. “Kalau begitu, kamu temani aku untuk menunggunya.”Kenneth tidak akan datang. Aku juga bukan sedang menunggunya. Aku hanya ingin menunggu kapan diriku akan menyerah nantinya.Aku menunggunya selama 1 jam hingga pintu masuk stadion tidak ramai lagi. Tanganku yang menggenggam ponsel itu juga sudah kedinginan. Suara pengumuman batas waktu memasuki stadion terdengar. “Jasmine.” Tiba-tiba terdengar suara hangat
“Nggak apa-apa, aku nggak bakal tertawain kamu, kok.”Aku menepuk-nepuk pundak Stephen, lalu mengalihkan topik pembicaraan dengan tersenyum. “Ternyata kamu juga suka sama Eason. Kamu nggak pernah bilang dulu.”Stephen melihat ke sisi panggung. Nada bicaranya agak datar. “Namanya juga ketularan.”“Dia juga suka?”“Emm, dia suka dengar lagu Eason sewaktu kuliah dulu.”“Kebetulan sekali.” Aku tersenyum. “Aku juga suka dengar lagu Eason sewaktu kuliah dulu.”Ujung bibir Stephen melengkung ke atas. Dia membalas, “Iya, kebetulan sekali.”Kami duduk di area VIP dengan lokasi pandang yang sangat bagus. Tidak ada yang menghalangi di seluruh acara. Seiring dengan terdengarnya alunan musik familier di telinga, penyanyi menampakkan diri di atas panggung. Suasana seketika semakin memanas. Terdengar suara jerit dan nyanyian para penggemar. Berbeda dengan penggemar pada umumnya, aku dan Stephen hanya duduk sambil mendengar saja.Masa lalu sudah berlalu lama. Sekarang semuanya bagai film yang diputar
Tidak lama lagi?Aku semakin penasaran lagi, ingin mengorek gosip itu sampai tuntas. Hanya saja, aku merasa tidaklah sopan untuk bertanya terlalu banyak. Jadi, aku terpaksa menahan rasa penasaranku.Setiap lagu yang dinyanyikan dalam konser malam ini adalah lagu yang aku simpan dalam daftar laguku. Selesai mendengar, aku masih merasa belum puas. Apalagi ketika melihat penyanyi mundur dari panggung, aku masih merasa semuanya bagai mimpi saja. Aku duduk di bangku sembari mengamati orang-orang yang mulai meninggalkan stadion. Tiba-tiba hatiku terasa sangat amat hampa.Hingga saat ini, aku masih menggenggam ponselku. Namun, aku tidak mendapat pesan ataupun panggilan dari Kenneth. Saat aku sedang melamun, Stephen juga sangat menghormatiku. Dia tidak mendesakku sama sekali, melainkan hanya menunggu di samping saja.Ketika aku tersadar dari lamunanku, kami baru mengikuti langkah yang lain, berjalan meninggalkan stadion.Meskipun ada sekuriti yang mengatur ketertiban, tetap masih ada yang ber
Seiring dengan menyalanya lampu di dalam mobil, Kenneth pun terbangun. Dia yang diganggu itu merasa sedikit marah. Satu detik kemudian, dia memalingkan kepalanya, lalu berpapasan dengan tatapanku.Kali ini, Kenneth baru menyingkirkan rasa marahnya. “Apa konser sudah berakhir?” Dia berlagak layaknya tidak terjadi apa-apa saja. Seolah-olah masalah dia membohongiku, apalagi menemani Solana selama 2 hari ini, hanyalah ilusiku saja.Aku sudah capek, tidak ingin bersandiwara lagi. “Semalam orang yang kamu lihat di rumah sakit itu aku. Kenneth, waktu itu aku berdiri sekitar 10 meter darimu. Salah, seharusnya lebih dekat lagi. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, suamiku sedang khawatirin wanita lain.”“Aku juga mendengar kamu mengaku di hadapan suster bahwa kamu itu suaminya. Jadi, ketika kamu telepon aku semalam, aku tahu kamu lagi bohongin aku.”Ujung bibirku sedikit berkedut. Aku menatapnya sembari melanjutkan, “Oh, iya, dia juga lagi hamil. Dia hamil anak kalian, ‘kan?”Setiap kata-k
Kenneth menyipitkan matanya. Dia menatapku dengan tersenyum. “Cari masalah?”Jelas-jelas senyumannya kelihatan seperti biasa. Namun, hatiku malah terasa dingin. Sepertinya jika aku menantangnya lagi, dia akan mencekik leherku.“Iya, nggak boleh?” Hanya saja, aku masih tidak ingin mengalah.Kenneth yang menunjukkan raut dingin pun mendengus. Saat hendak membalas, tiba-tiba ponselnya berdering. Solana! Nama itu langsung terlintas di benakku. Mungkin inilah yang dinamakan indra keenam seorang wanita. Panggilan itu memang dari Solana.Kenneth menekan-nekan keningnya. Dia tidak menjawab, tetapi bunyi dering ponsel masih tidak berhenti. Seandainya Kenneth tidak ingin mengangkat, dia memiliki seribu satu cara untuk memutuskan panggilan Solana. Namun, kelihatan sekali dia tidak ingin melakukannya.“Ken, kamu lagi di mana? Kenapa kamu masih belum kembali? Anak di dalam perutku ingin makan kue stroberi. Cepat beliin, ya!”Ruangan di dalam mobil sangat kecil. Suara lembut Solana terdengar sangat
“Max, jalan! Antar Bu Jasmine ke rumah.” Seusai berucap, Kenneth pun menutupi pintu mobil.Max segera memasuki mobil. “Maaf, Bu.”Pintu mobil dikunci.Aku hanya bisa melihat Kenneth berjalan memasuki mobil pengawal. Sepertinya kedua mobil bergerak bersamaan. Namun, saat melewati lampu lalu lintas, kedua mobil bergerak ke 2 arah yang berbeda. Kedua mobil ini sungguh mirip dengan kisah aku dan Kenneth. Kami bukan orang yang sejalan.Tenagaku bagai sudah terkuras saja. Aku duduk lemas di tempat duduk dengan perasaan kalut. Ada apa denganku? Bukannya bagus aku bisa merestui hubungan Kenneth dengan Solana? Kenneth, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?Max mengendarai mobil sembari mengamati raut wajahku. Dia berkata dengan perlahan, “Bu, sebenarnya kamu nggak perlu ribut dengan Pak Kenneth. Kamu itu istrinya. Kamu nggak usah masukin Solana ke dalam hati.”“Max.” Aku menurunkan jendela mobil, membiarkan angin mengembus wajahku. Aku menggigit bibirku. “Apa kamu juga merasa aku mesti bersy
Aku spontan tersenyum. Kalau Kenneth akan bertanggung jawab terhadapnya, kenapa Solana mencariku lagi? Bukannya dia seharusnya mencari Kenneth?Solana mengusap perutnya. “Kalian mesti segera proses perceraian kalian. Jangan sampai anakku nggak bisa buat kartu keluarga nantinya.”“Kalau begitu, kamu pergi desak Kenneth sana.” Aku melepaskan jaketku, lalu menggantungnya. Kemudian, aku mengambil botol semprot kecil untuk menyemprot tanaman hijau yang kuletakkan di depan jendela.Berhubung Kenneth tidak bersedia untuk mengakhiri hubungan kami, aku juga tidak buru-buru. Biarkan Solana saja yang mendesak Kenneth.Solana mendengus dingin. “Kamu jangan bermain trik seperti ini, deh. Dari depan, kelihatannya nggak peduli akan apa pun. Tapi di belakang, kamu malah nggak bersedia untuk lepasin Ken.”“Sebenarnya aku juga memahamimu. Kamu itu anak yatim piatu. Tentu saja kamu nggak bersedia untuk melepaskan Keluarga Horgana yang bisa membuatmu hidup tanpa beban. Semua itu wajar, kok. Tapi, Jasmin
Aku berbaik hati untuk memberinya petunjuk. “Kalau kamu nggak berharap anakmu menjadi anak haram, kamu pergi cari Kenneth sana. Suruh dia untuk segera bercerai denganku. Apa kamu mengerti? Jangan bikin onar di sini lagi. Nanti kalau sampai kamu keguguran di sini. Kamu malah kekurangan 1 senjata untuk bisa menikah dengan Kenneth.”Kemudian, aku melihat ke sisi asistennya. “Bawa bosmu keluar sana.”Solana mengentakkan kakinya tanda dia merasa gusar. Hanya saja, mungkin dia merasa apa yang kukatakan cukup masuk akal. Itulah sebabnya dia berjalan pergi. Ternyata petunjuk yang kuberikan cukup berguna juga.Mengenai bagaimana aku bisa mengetahuinya, semuanya karena aku mendapat panggilan dari Kenneth pada sore harinya.“Apa yang kamu katakan? Kenapa kamu memancing emosinya?” Begitu panggilan terhubung, Kenneth pun langsung bertanya.Aku menghentikan pekerjaanku. “Nggak ngomong apa-apa. Dia mendesakku untuk bercerai. Jadi, aku suruh dia buat cari kamu.”Nada bicara Kenneth terdengar gusar. “A