“Siapa?” tanyaku dengan bingung.Dia tertawa mengejek, lalu menjawab, “Stephen.”Aku menatapnya dengan kening berkerut karena benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkannya. Kemudian, aku bertanya, “Kenneth, apa kamu datang untuk menangkap basah aku berselingkuh?”Sebenarnya, tindakannya lebih mirip maling teriak maling.Setelah mendengar ucapanku, mata Kenneth menjadi agak kelam. Setelah itu, dia menggigit bibirnya dan menjawab, “Bukan.”“Jadi, buat apa kamu kemari?”Kenneth tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya menunduk dan wajahnya terlihat sangat sedih. Angin malam tiba-tiba bertiup dan membuatku merinding. Aku pun berkata dengan tidak berdaya, “Kalau kamu nggak mau jawab, aku tutup pintunya ya.”Setelah itu, dia baru menjawab dengan suara pelan, “Aku kangen sama kamu.”Kata-kata itu langsung membuat jantungku berdebar tidak karuan. Kenneth pernah mengucapkan kata-kata romantis terhadapku. Namun, dia biasanya hanya mengucapkan kata-kata itu untuk menggodaku.Dulu, aku sangat
Suasananya terasa mencekam dan hatiku juga terasa tegang. Aku sepertinya masih berharap dia menjelaskan sesuatu.Namun, setelah hening sejenak, Kenneth hanya bertanya dengan dingin, “Apa kamu begitu terburu-buru untuk bercerai?”Tekanan yang kurasakan membuatku seolah-olah hampir tidak bisa bernapas. Aku menatap cahaya lampu yang menusuk mata dan mengedipkan mata beberapa kali. Sehancur apa pun hatiku, aku tetap melontarkan jawaban yang kejam itu.“Iya.”Aku harus bercerai dengannya sebelum perutku makin besar. Aku tidak akan mempertaruhkan anakku.Kenneth tidak lagi berbicara. Kemudian, terdengar suara pintu ditutup yang nyaring. Aku merasa seperti sudah kehilangan seluruh tenagaku dan langsung duduk bersandar di lemari sepatu sambil menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Hatiku seketika terasa hampa dan dipenuhi dengan rasa sakit tak terkendali.Malam ini, untuk yang pertama kalinya setelah aku hamil, aku tidak bisa tidur meskipun sudah berusaha keras. Angin musim gugur yang b
"Hanya itu? Kamu nggak menyukainya sedikit pun?" tanyaku sambil mengangkat alis."Ya, hanya itu. Hm, ada sedikit." Setelah menjawab, Lauren tersenyum sinis dan meneruskan, "Tapi, apa gunanya suka? Ibuku juga menyukai ayahku waktu menikah. Tapi, mereka tetap bisa berkelahi. Mana ada perasaan yang abadi di dunia ini?"Sebenarnya aku tahu Lauren tidak percaya pada cinta. Setelah bisnis ayahnya gagal, ayahnya mulai minum-minum, berjudi, memukul istri dan anak.Sejak saat itu, ibu Lauren menghilang dan membiarkan putrinya hidup dengan ayah yang tidak bisa diandalkan itu. Hampir setiap hari, Lauren dipukul.Aku khawatir Lauren sedih, jadi mengubah topik pembicaraan. Aku tersenyum dan bertanya, "Kalau begitu, kenapa kita bisa bersahabat sampai bertahun-tahun?"Lauren mengerlingkan matanya dan menyahut, "Siapa yang menangis di atap waktu musim dingin sambil memohon kepadaku supaya nggak bunuh diri?"Begitu mengungkit hal ini, aku mengelus hidung dengan malu. Lauren duduk di atap hari itu. Aku
Saking kesalnya, aku sampai tidak bisa menahan tawa. Kenneth terlalu memanjakan wanita ini, makanya dia berani bersikap begitu lancang dan tidak tahu malu.Aku menyunggingkan bibir, lalu mengejek, "Kamu anggota Keluarga Horgana? Seingatku, margamu bisa diubah juga karena diminta Ayah. Kakek juga nggak mengizinkanmu masuk ke kartu keluarga, 'kan?""Itu berarti, mobil ini memang milikku. Soalnya aku istri sah Kenneth." Aku melontarkan setiap kata dengan tegas. Ketika melihat ekspresi Solana berangsur masam, aku merasa sangat puas.Solana menggertakkan gigi dan membentak, "Kalian sudah mau bercerai!""Tapi, kami belum sah bercerai. Itu artinya, aku tetap istri sahnya, 'kan?" balasku sambil tersenyum sinis."Dasar nggak tahu malu!" Solana naik pitam. Dia memelototiku dan menghardik, "Cepat cerai kalau memang sudah mau cerai! Ngapain kamu terus mendekati Kenneth!""Gimana bisa kamu menyimpulkan kalau aku yang mendekatinya?" sindirku."Maksudmu?" Solana seperti mendengar sesuatu yang sulit d
Aku ingin tertawa melihat tingkah Kenneth ini, tetapi wajahku sangat sakit. Aku bertanya balik, "Memangnya kamu memberiku kesempatan bicara tadi?"Setiap kali ada masalah yang berkaitan dengan Solana, pria ini pasti terlihat sangat panik."Jasmine ...," panggil Kenneth."Sudahlah, dia menunggumu di mobil," selaku karena tidak ingin berbicara dengannya lagi. Sesudah itu, aku naik ke mobil.Ketika aku ingin menutup pintu, tangan besar Kenneth tiba-tiba menahan pintu. Dia berkata, "Kalau bisa, sembunyikan luka di wajahmu. Jangan sampai Kakek tahu. Kalau nggak, Kakek pasti ...."Setiap patah kata yang dilontarkan Kenneth bak jarum yang menusuk hatiku. Aku tidak memiliki keberanian untuk mendengarnya lagi, jadi langsung menutup pintu mobil secara paksa.Mataku berkaca-kaca. Aku langsung memalingkan wajah karena tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan Kenneth. Kemudian, aku menginjak pedal gas dan pergi.Begitu tiba di gerbang perusahaan, Lauren tiba-tiba meneleponku. Aku berdeham dan me
Aku tersenyum dan mencari tempat duduk, lalu menyesap teh yang dibawa oleh pelayan. Harum, segar, dan manis. "Kakek selalu memberi kami barang terbaik.""Pantas saja Ayah begitu menyayangimu. Mulutmu manis sekali!" ucap Christy sambil tersenyum menggoda.Aku pun menyunggingkan senyuman dan tidak berbicara lagi. Setelah mengobrol sesaat, Norman menyuruh kami semua untuk makan.Kakek duduk di kursi utama. Gunnar, Christy, dan adik sepupu duduk di sisi kanannya, sedangkan Kenneth, aku, ayah mertuaku, dan Solana duduk di sisi kiri.Terlihat jelas siapa yang posisinya lebih penting di sini. Solana tidak akan berani berkomentar meski merasa tidak puas.Solana berani mencari masalah denganku di luar, tetapi tidak akan berani macam-macam kalau di kediaman lama. Sekalipun aku bercerai dengan Kenneth, dia tetap harus tunduk kepadaku kalau di tempat ini. Kakek yang memberiku kepercayaan diri seperti ini.Aku mengunyah dengan pelan. Tiba-tiba, Christy mengambilkan lauk untukku dan berkata, "Jasmin
"Ya." Aku mengiakan dan duduk di samping. Ketika bertatapan dengan mata Kakek yang tajam, aku merasa sangat gelisah.Di ruang kerja yang luas ini, hanya ada aku, Kakek, dan Paman Norman yang sedang menyeduh teh. Sesuai dugaanku, Kakek langsung bertanya, "Kalian tetap mau bercerai?"Jantungku seolah-olah berhenti berdetak. Karena Kakek sudah tahu semua, aku tidak berniat untuk merahasiakan apa pun lagi. Aku membalas, "Ya ... gimana Kakek bisa tahu?"Kakek menghela napas, tetapi tidak marah karena kebohonganku. Dia berkata, "Kamu ini wanita mandiri dan keras kepala. Aku tahu kamu selalu memandang Kenneth, tapi hari ini kamu sama sekali nggak meliriknya."Kakek terdengar sangat menyayangkan pernikahan ini. Setelah mendengarnya, aku kehabisan kata-kata. Benar, kita tidak bisa menyembunyikan perasaan kepada seseorang. Meskipun mulut tidak berbicara, mata bisa berbicara.Kakek saja bisa menilai, tetapi Kenneth malah mengira aku menyukai pria lain. Aku menunduk untuk menyembunyikan kegetirank
Wulio berkata dengan ekspresi sedih, "Memang seperti yang kamu lihat. Keluarga Horgana bersalah kepada Lily. Aku yang nggak mendidik anakku dengan baik."Ibu mertuaku yang sudah meninggal punya nama yang sangat bagus, Lily. Mendengar ucapan Wulio, aku sangat terkejut. Ternyata, Lily bukan meninggal karena distosia. Dia didorong dari tangga saat hamil 10 bulan. Orang yang mendorong Lily adalah ibu tiri Kenneth.Pikiranku menjadi kacau. Padahal, Winda menganggap Kenneth seperti anak kandungnya sendiri dan menjadi lumpuh total demi menyelamatkan Kenneth. Winda sangat menyayangi Kenneth, tetapi kenapa dia malah mencelakai ibu kandung Kenneth? Hal ini sedikit tidak masuk akal.Sebelum aku menemukan jawabannya, Wulio bertanya, "Kamu nggak paham kenapa Winda sangat menyayangi Kenneth?"Aku menyahut, "Iya."Wulio mencibir dan menjelaskan, "Winda melakukannya hanya demi keuntungan. Semua itu triknya. Setelah ibu Kenneth meninggal, ayah mertuamu yang bodoh itu terus meminta untuk menikahi Winda.