Share

Bab 21

“Kakek, jangan khawatir.” Aku mengambilkan sepotong tahu untuk Kakek, lalu berkata dengan lembut, “Dia nggak akan bisa menindasku.”

Lagi pula, kami akan segera bercerai.

Seusai makan, Kenneth menemani Kakek bermain catur di halaman belakang. Sementara itu, aku menyeduhkan teh dengan santai di samping mereka.

Kenneth sangat jago bermain catur. Setelah disekak sekali lagi, Wulio pun memelototinya dan berkata dengan marah, “Kamu kira kamu lagi hadapi orang luar? Kenapa kamu sama sekali nggak sisakan jalan keluar untuk kakekmu ini?”

“Iya, iya,” jawab Kenneth sambil tertawa.

Setelah Kenneth mengalah, Wulio baru merasa gembira. Dia pun tertawa ceria, lalu berkata dengan maksud tersirat, “Nak, kamu harus ingat. Keluargamu dan orang luar itu beda.”

Aku menuangkan teh untuk Kakek dan berkata, “Kakek, nih minum teh lagi.”

“Oke!” jawab Wulio. Setelah minum teh, dia berkata dengan senang, “Andaikan kalian tetap seharmonis ini, aku pasti bisa segera gendong cicit.”

Begitu mendengar ucapan itu, aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status