Gairah cinta sang CEO

Gairah cinta sang CEO

last updateLast Updated : 2025-02-24
By:  Rachel BeeCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
130Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Aku tidak menerima hasil perundingan ini!" Amira Zahra, wanita cantik dan mandiri yang merupakan kekasih dari Keenandra El Pasha terkejut mendengar perjodohan paksa antara kekasihnya dan adik angkatnya yang bernama Aletta. Keenandra dengan lantang berdiri menentang keras perjodohan itu. Ia pun menarik Amira dan mengajaknya pergi dari rumah ayah angkatnya. Mereka berdua sepakat melakukan perjanjian satu sama lain demi mempertahankan kisah cinta yang telah terjalin selama tujuh tahun. "Apa yang kamu inginkan setelah melakukan semua ini padaku?" lirih Amira. "Karena aku takut kehilanganmu. Dengan cara ini, aku masih bisa mengikatmu." "Aku tidak mau! Lepaskan aku!" teriak Amira meraung-raung. Demi terus bersama mereka berdua nekat melakukan hal terlarang hingga membuat salah satu dari mereka menjadi posesif. Sebenarnya, apa isi perjanjian itu? Dan apakah Amira akan menuruti keinginan Keenandra?

View More

Chapter 1

Perjodohan wasiat

"Sudah diputuskan."

Ardiwira menarik napas panjang sejenak lalu mengembuskannya perlahan. Ruangan keluarga itu dipenuhi aura menegangkan sejak satu jam yang lalu. Ada lebih dari lima anggota keluarga berkumpul dengan raut wajah sulit diartikan.

Amira duduk tak jauh dari tempat Ardiwira berbicara saat ini. Tangannya mengepal di atas lututnya yang rapat dengan punggung sedikit membungkuk. Jantungnya berdetak kencang menunggu hasil perundingan keluarga besar Winata tadi malam.

"Jangan mengulur waktu. Semua sudah penasaran," protes Sonia, istri Ardiwira yang sedang berdiri tegap di depan sana.

"Baiklah. Sesuai dengan wasiat dari mendiang tuan El Pasha, beliau menuliskan surat berharga yang menyatakan bahwa cucu pertama keluarga Winata harus menikah dengan cucu pertama keluarga El Pasha. Oleh sebab itu, maka rencana pernikahan Keenandra dan Amira resmi dibatalkan."

Jantung Amira serasa turun dari tempatnya. Kenyataan pahit harus diterimanya saat jati dirinya terkuak di depan publik jika dirinya bukanlah anak kandung keluarga Ardiwira Winata. Termasuk pengumuman surat wasiat yang menurutnya tak adil.

Keenandra yang sejak tadi hanya berdiam diri mendengarkan ocehan mereka ikut merasakan ketidakadilan yang diterima Amira dan dirinya.

Tak tahan dengan ketidakadilan itu, ia pun berdiri dari tempatnya. "Apa!!"

Sorot matanya tajam mengarah pada Ardiwira yang masih berdiri di tempatnya. Jarinya menunjuk ke segala arah, menuding tiap-tiap manusia yang hadir di tempat itu. "Aku tidak menerima hasil perundingan ini!"

"Tidak bisa, ini sudah wasiat dari mendiang kakek." Marina, ibu Keenandra ikut berdiri dari kursinya lalu menarik tangannya dan mengajaknya duduk kembali. "Tenanglah, sayang."

"Ma, Keenan sangat mencintai Amira. Keenan bahkan tidak kenal sama sekali dengan wanita itu," protesnya menunjuk ke arah Aletta yang duduk dekat Sonia, istri Ardiwira.

"Keenan, kamu harus menuruti perintah kakek. Kalau tidak, keluarga kita akan menanggung akibatnya." Marina coba menenangkan putranya dengan mengusap perlahan lengannya. "Mama tahu ini berat, tapi ini semua atas kesepakatan semua pihak."

"Cucu wanita pertama keluarga Winata adalah Aletta bukan Amira. Kau harus menerima kenyataan ini, Keenandra." Bara El Pasha bersuara menjawab kalimat protes dari mulut anaknya.

Amira diam, menundukkan wajahnya yang sejak tadi telah berubah sendu. Tanpa ada suara, ia menangis dalam diam. Lututnya bergetar menahan pilu mendengar rencana pernikahan kekasihnya dan Aletta, adik angkatnya. Entah, ia harus menerima atau tidak. Jikalau ia menolak pun, rencana itu akan tetap terlaksana.

Keenandra menoleh ke arah Amira yang tak melayangkan protes sedikitpun. Kekasihnya itu mungkin saja bingung harus bereaksi seperti apa. Ia tak bisa melawan, kekuatannya kecil. Bahkan untuk mengeluarkan suara, mungkin ia akan dibungkam oleh mereka yang berkuasa.

Tanpa berkata apapun, Keenandra menarik tangan Amira hingga tersentak dan hampir terjatuh. Amira membelalakkan matanya berusaha menarik tangannya lagi.

"Ayo kita pergi dari sini." Keenandra nekat mengajak Amira pergi dari rumah itu. Tangan Amira digenggamnya erat, tak peduli pergelangan tangannya memerah. Ia berjalan cepat menyeret tangan Amira hingga langkahnya terseok-seok.

"Keenan, berhenti!" Marina berlari mengejar Keenandra yang terus berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah.

"Masuk!" Keenandra memaksa Amira masuk ke dalam mobilnya. Amira hanya berdiri di depan pintu dan itu membuat kemarahan Keenandra meluap. "Masuk, Amira! Jangan buat aku marah."

"Lepaskan! Lepaskan aku, Keenan!" teriak Amira memohon. "Ibumu berteriak." 

"Aku tidak peduli. Cepat masuk!"

Takut, Amira pun masuk ke dalam mobil dengan perasaan bercampur aduk. Di satu sisi ia tak tega melihat Marina berteriak di luar jendela mobil tapi di sisi lain, Keenandra telah membuat nyalinya menciut. Mata merah pria itu, serta gertakan yang tadi dilayangkan padanya, membuat dirinya terpaksa menuruti keinginan pria itu.

"Keenandra, berhenti!" Marina terus berteriak dari luar jendela mobil. Tak peduli, Keenandra menyalakan mesin mobil dan berlalu pergi dari rumah itu hilang menuju jalan besar.

***

Keenandra menghentikan mobilnya tepat di basement apartemen pribadinya. Lagi-lagi ia menarik tangan Amira dan kembali berjalan cepat menuju lift pribadi menuju ke unit apartemennya.

Amira sebenarnya takut dengan perubahan wajah Keenandra yang semakin menyeramkan. Namun apa daya, tangannya digenggam erat seolah tak ingin dilepaskan.

"Masuk!" perintahnya.

"K-keenan. A-aku..."

"Jangan buat aku marah, Amira." Keenandra memaksa Amira masuk ke dalam apartemennya. Setelah Amira masuk, satu kakinya menendang pintu hingga tertutup.

Amira terlonjak kaget mendengar pintu ruangan apartemen ditutup kasar oleh Keenandra. Matanya membola melihat sosok yang berdiri di depan pintu dengan aura hitam dan tatapan menusuk. Berkali-kali Amira menelan salivanya, takut pada sosok itu.

"K-keenan. Apa maksud kamu membawa aku kemari?" suara Amira terdengar mengiba. Keenandra kembali menarik tangan Amira dan menyeretnya hingga ke kamar tidur lalu menghempaskan tubuh mungil itu ke atas ranjang. "K-keenan. Ini bukan seperti kamu yang biasanya. A-aku mau pergi dari sini."

Keenan dengan cepat mengunci pintu kamarnya. Perlahan berjalan menuju ranjang tempat Amira terduduk dan memojokkannya hingga diam tak berkutik. Menatap mata Keenandra yang seakan berkobar dengan amarahnya yang dalam, Amira hanya bisa merapalkan doa dalam hati.

Rasanya, Amira ingin kabur dari hadapan sosok itu dan meminta bantuan. Namun sayang usahanya sia-sia karena Keenandra semakin membuat tubuhnya terpojok.

"Amira, aku mencintaimu. Aku tidak bisa menikah dengan wanita lain."

"Tapi mereka tak bisa mengubah semuanya. Ini sudah takdir. Pergilah, aku relakan kamu dengannya."

"Semudah itu? Kamu menyerah semudah itu?" Keenandra semakin mendesak Amira, merapatkan tubuhnya hingga kekasihnya terperangkap di sudut dekat meja samping ranjang.

"Keenan, aku tahu di mana posisiku. Aku—"

Keenandra mengangkat wajah Amira hingga berhadapan dengannya. Nafasnya menyapu setiap inci kulit Amira karena jarak yang terlalu dekat. Kesempatan ini digunakan oleh pria itu  untuk lebih mendekatkan lagi wajahnya hingga bersentuhan.

Keendra menciumnya. Mencium bibir Amira dan melumatnya.

"Aku mencintaimu, Amira."

"Lepaskan aku, Keenan. Kita harus berpisah." Amira mendorong dada Keenandra yang membuatnya sesak. Pria itu tak peduli. Ia semakin memojokkan Amira dan dengan satu tangannya ia berhasil membuat kekasihnya terhempas ke tengah ranjang.

"Berpisah? Secepat itu berpisah? Aku tidak mau, Amira."

Keenandra menarik kaki Amira hingga mendekat padanya. Amira melawannya dengan memberikan satu tendangan pada kaki Keenandra tapi itu tak cukup kuat. Keenandra malah terkekeh melihat reaksi kekasihnya.

"Kamu, jangan gila Keenan!" Amira ketakutan. Keenandra tampak berbeda malam ini. "Jangan mendekat!" teriaknya.

"Amira, bagaimana kalau kita buat jalan pintas sebelum aku menikah dengannya?" Keenandra menyeringai.

"Apa maksudmu?" Amira semakin ketakutan dengan perubahan wajah Keenandra yang semakin aneh.

"Kamu akan tahu nanti."

Keenandra mendekat, tangannya mencengkram bahu Amira memaksakan sebuah ciuman yang teramat kasar. Ciuman yang menuntut dan penuh nafsu. Tak pernah Amira merasakan hal ini sebelumnya, ini yang pertama kali Keenandra lakukan padanya.

"Lepas!" Amira melawan. Ia berusaha melepaskan tangan Keenandra yang masih mencengkeram bahunya. Namun tak disangka, tangan itu berpindah ke belakang kepalanya dan kini menekan bibirnya untuk memperdalam ciuman. "Ummpphh..."

Amira seharusnya melawan lagi, berteriak dan menolak perlakuan Keenandra. Namun yang dilakukan oleh tubuhnya adalah kebalikannya. Bibirnya mendesah lirih menikmati ciuman itu dan tergeletak pasrah tak berdaya.

Keenandra mengambil kesempatan itu dengan melucuti cepat pakaian yang dikenakan Amira hingga tak bersisa. Dengusan napas penuh nafsu terdengar di telinga Amira saat Keenandra mendekat dan berbisik.

"Amira, aku mencintaimu. Maaf, aku harus melakukan ini padamu."

Amira merasakan lembutnya sentuhan Keenandra, rasanya seperti melayang. Ia bahkan tak bisa menghitung seberapa banyak dirinya merapalkan nama kekasihnya itu. Keenandra semakin bersemangat mencumbui Amira hingga keduanya hanyut terbawa kenikmatan yang sulit diucapkan.

Di saat Amira mulai terbawa sentuhan Keenandra, gadis itu tanpa sadar mendongak dan mendesahkan nama Keenandra yang terus menerus mengecupi lehernya.

"Ahh..Keenan.."

"Kamu tahu, mengapa aku terus mempertahankanmu?" Amira menggelengkan kepalanya sambil menahan nyeri yang tiba-tiba menyergapnya. "Karena kamu berbeda. Aku bisa terus jatuh cinta padamu setiap hari."

Keenandra menurunkan sedikit tubuhnya. Lututnya bertumpu pada sisian ranjang. Tak lupa ia mengangkat tubuh Amira dengan satu tangannya dan memindahkannya di tengah dengan satu bantal bertumpu pada punggungnya.

"Apa yang kamu inginkan setelah melakukan semua ini padaku?" lirih Amira. Keenandra tak begitu menghiraukan, ia sibuk mencari posisi yang nyaman di atas tubuh Amira. "Eungh...kenapa kamu melakukan ini padaku! Mengapa?"

"Karena aku takut kehilanganmu. Dengan cara ini, aku masih bisa mengikatmu."

"Aku tidak mau! Lepaskan aku!" teriak Amira meraung-raung.

"Tidak Amira. Aku akan berhenti setelah kamu berhasil mengandung anakku."

Amira memukul dada Keenandra yang semakin menghentakkan tubuhnya lebih keras. "Lepaskan aku! Aku tidak mau!"

"Kamu harus mau sayang. Kamu harus mau," paksa Keenandra.

"Aku tidak...Mmphh.."

"Maafkan aku Amira. Aku janji, tak akan pergi darimu."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
VBeytha
Semangat Aletta, up terus thor! Seru ini, gasss
2024-02-15 20:27:44
0
130 Chapters
Perjodohan wasiat
"Sudah diputuskan." Ardiwira menarik napas panjang sejenak lalu mengembuskannya perlahan. Ruangan keluarga itu dipenuhi aura menegangkan sejak satu jam yang lalu. Ada lebih dari lima anggota keluarga berkumpul dengan raut wajah sulit diartikan. Amira duduk tak jauh dari tempat Ardiwira berbicara saat ini. Tangannya mengepal di atas lututnya yang rapat dengan punggung sedikit membungkuk. Jantungnya berdetak kencang menunggu hasil perundingan keluarga besar Winata tadi malam. "Jangan mengulur waktu. Semua sudah penasaran," protes Sonia, istri Ardiwira yang sedang berdiri tegap di depan sana. "Baiklah. Sesuai dengan wasiat dari mendiang tuan El Pasha, beliau menuliskan surat berharga yang menyatakan bahwa cucu pertama keluarga Winata harus menikah dengan cucu pertama keluarga El Pasha. Oleh sebab itu, maka rencana pernikahan Keenandra dan Amira resmi dibatalkan." Jantung Amira serasa turun dari tempatnya. Kenyataan pahit harus diterimanya saat jati dirinya terkuak di depan publik ji
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more
Pernikahan yang tak diinginkan
Kain halus berbalut manik berkilauan bagai kristal itu terpasang apik di tubuh Aletta, adik Amira yang akan menikah dengan salah satu pria terbaik di kota ini. Pria yang telah lama menjadi kekasih Amira dan kini harus tersematkan namanya di atas kertas bersanding dengan Aletta. Pria itu bernama Keenandra. Pria yang telah menemani Amira selama tujuh tahun terakhir. Ia tak direstui menikah dengan Amira karena satu hal yang membuatnya tak bisa menerima kenyataan itu hingga hari ini. Amira bukanlah anak kandung pasangan Ardiwira dan Sonia. Kenyataan pahit itu diperparah dengan kehadiran Andrinof, kakak sepupunya yang ternyata mencintai Amira. Hari ini, hari bahagia pernikahan Keenandra dan Aleeta dan Amira datang sebagai tamu bukan sebagai keluarga pendamping. "Mira, nanti kamu masuk lewat pintu belakang ya. Om sama tante akan lewat gapura depan. Awas, jangan lewat di sebelah sana," Sonia dengan gaya khasnya memberi peringatan pada Amira. Wanita cantik itu hanya menunduk dan menganggu
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more
Kesalahan malam pertama
Menyesal, Keenandra menyesal telah meninggalkan Amira yang membutuhkannya saat itu. Mengapa pula ia langsung terlibat dalam perjodohan yang seharusnya tak terjadi di kehidupannya. Melihat kesedihan di wajah Amira tadi, ia yakin bahwa wanita yang dicintainya itu masih sangat mengharapkan dirinya. Takdir begitu bodoh telah menghancurkan semua yang ia miliki. Pukul sebelas malam, Keenandra baru masuk ke dalam kamar tidur menyusul Aletta yang telah lebih dulu masuk. Tak ada yang istimewa, Keenandra hanya melihat ruangan putih yang telah dihias dengan bunga dan wewangian parfum yang menusuk hidung. Begitu ia masuk, Aletta yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu kamar mandi tiba-tiba datang dan melonjak memeluk pinggang Keenandra dari belakang. Bibirnya tersenyum. Sedikit berjinjit, ia berbisik di telinga Keenandra. "Sayang, aku sudah tunggu dari tadi. Kamu lama banget. Aku—" "Panggil aku kak." Keenandra melepas tangan yang melilit pinggangnya, menghempasnya ke bawah. "Kita tidak pe
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more
Saingan baru
Pukul sepuluh pagi, Keenandra sudah berada di kantornya setelah berdebat cukup panjang dengan Aletta yang marah saat dirinya menyinggung tentang hubungannya dengan Amira. Istrinya itu terus saja memaksa dirinya untuk menerima kenyataan jika tak seharusnya ada nama orang lain hadir dalam pernikahan mereka. Tak ingin melewatkan waktu berharganya, Keenandra memilih menyibukkan dirinya dengan bekerja. Sebelum ia memulainya, seseorang yang tak diharapkan muncul membuang sia-sia eksistensinya di dunia pekerjaan. "Pertemuan dengan estetique group tidak dibatalkan kan?" tanyanya tanpa basa-basi ataupun ucapan selamat pagi. Seseorang yang tak diharapkan itu duduk di kursi putar tepat di depan Keenandra yang masih sibuk membuka surelnya. "Jangan karena masalah pribadi, jadinya—" "Aku cukup profesional, Andrinof Sebastian." Keenandra menggertak pria itu, pria yang tak disukainya sejak kedatangannya enam bulan yang lalu. Andrinof menyeringai puas. Selama ini, ia paling senang dalam urusan men
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more
Perkenalan dengan sepupu Keenandra
Berapa aku harus membayar?” ketus Amira. Andrinof menggelengkan kepalanya. Tersenyum perlahan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah kertas persegi empat berbentuk seperti kartu. Amira kembali mengernyitkan dahinya. Satu lembar kartu nama ia pegang dan ia baca. Amira menggumam pelan menyebutkan nama lengkap Andrinof. “Andrinof Sebastian, wakil direktur SUN TV. Ingin mengajukan kerjasama? Tapi sepertinya anda salah sasaran.” Andrinof tertawa. Terburu ia meneguk lemon tea dan menelan semua makanan yang ia kunyah. “Aku ada tampang marketing? Aku kasih kartu nama ini supaya kamu bisa tahu siapa aku dan pekerjaan aku. Ah, sorry aku manggilnya aku-kamu,” tutur Andrinof. Amira merapatkan bibirnya, berpikir sejenak maksud ucapan Andrinof yang seakan ingin sekali dikenal olehnya. “Jangan judes gitu dong. Senyum, lebih cantik.” Andrinof menarik pinggiran bibir Amira hingga naik beberapa senti. Amira menepis tangan Andrinof lalu memasukkan kartu nama itu ke dalam dompetnya. “M
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more
Mengabaikan perasaan
Keenandra membanting kasar pintu mobil, meluapkan segala amarah yang menerpa dirinya di hari ini. Kesal dan emosinya yang meluap seakan tak cukup untuk menambal masalah yang merundungnya dari hari ke hari. Senyumnya hilang. Tepat saat ia memasuki kamar tidurnya hingga Aletta yang sedang duduk merias diri ikut terjungkal dari kursinya karena ulah sang suami. “Kak Keenan sudah pulang?” tanya Aletta Ia melepas masker di wajahnya lalu terburu menghampiri suaminya yang berdiri di depan lemari pakaian miliknya. “Siapkan air hangat. Aku mau mandi,” ujarnya ketus. Aletta mengangguk. Ia pun berlari memasuki kamar mandi dan segera menyiapkan bak mandi untuk suaminya. Ini sudah tugas Aletta setiap hari sebagai istri yang baik. Namun belum sampai lima menit, Keenandra berteriak hingga Aletta hampir terjungkal kembali. “Cepat!! Aku mau mandi.” “Iya, sebentar.” Aletta menjawab teriakan Keenandra. Tak sabar, ia memaksakan dirinya sendiri masuk ke dalam kamar mandi dengan keadaan bertelanjang dada
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more
Tidak sama sekali
Andrinof tersenyum bahagia melihat balasan pesan dari Aletta yang baru saja diterimanya. Dirinya seperti tertimpa durian yang amat sangat besar. Kali ini bukan buah, melainkan jalan menuju kehidupan cinta yang lebih cerah, pikir Andrinof. "Sedang apa kau?" Andrinof terkesiap mendengar suara berat Keenandra yang baru saja masuk ke dalam ruangan besarnya. Cepat-cepat ia menyembunyikan ponselnya ke dalam laci meja lalu tersenyum lebar yang mengundang kecurigaan dari Keenandra. "Aku butuh daftar siapa saja yang akan datang meeting bersama estetique kosmetik besok." Andrinof mengernyitkan dahinya. Seketika tangannya sibuk membuka notebook yang bertuliskan jadwal pertemuan selanjutnya dengan salah satu tekanan bisnis mereka. "Bukannya lusa?" tanya Andrinof memastikan. Ia masih mencari jadwal penting untuk pertemuan yang Keenandra bicarakan. "Jadwalnya dimajukan. Ini sangat urgent." "Siapa yang berani memajukan jadwalnya?" tanya Andrinof dengan alis yang menukik tajam. "Sekretaris Amir
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more
Jangan coba-coba mendekatinya
Amira menggerutu cantik di pagi hari yang seharusnya membuatnya tertawa. Tidak, ini sulit. Cuaca pagi hari yang terlihat muram membuatnya resah karena harus bergelut dengan waktu agar tak terjebak macaetnya Jakarta. Tapi, membayangkan itu semua ia harus menghela napas kuat-kuat karena ia paling benci dengan kemacetan. Ingin sekali Amira menundukkan dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya sambil menikmati film romantis sepanjang hari. Hanya saja, alarm dan panggilan dari sekretarisnya memaksanya bangkit dari sana untuk memulai aktivitas rutinnya. “Pukul berapa pertemuan dengan TV SUN?” teriak Amira menjawab panggilan dari loudspeaker ponsel yang sengaja ia setting. Omong-omong, ia sedang mandi saat ini. “Pukul satu siang. Mereka tetap memaksa perpanjangan kontrak dengan kita kali ini,” jawab sekretaris cantik Amira yang bernama Citra. Sekretaris yang merangkap asisten pribadinya juga. “Apa alasannya?” tanya Amira.Tangannya sibuk mengoleskan krim pelembab di seluruh t
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more
Tidak setuju vs pemaksaan
Pertemuan siang itu berjalan dengan lancar. Pihak Amira dan pihak Keenandra selaku salah satu klien penting yang sering memakai jasa dan produk milik perusahaan Amira, terus memaksa si pemilik menandatangani kontrak yang seharusnya berakhir tiga bulan lagi. Entah apa yang pria itu inginkan, ia malah sengaja meminta hak eksklusif khusus untuk perusahaannya. "Bukankah sepuluh tahun itu termasuk kontrak jangka panjang? Setahu saya, kita semua sudah sepakat mengakhiri kontrak di tahun kelima lalu—" "Tidak!" Keenandra menghentikan pertanyaan yang diajukan oleh Amira. Seluruh peserta rapat tiba-tiba membungkam mulutnya, terasa seperti seseorang sedang mengkomandoi mereka tanpa aba-aba. Suara Keenandra terasa mengintimidasi. Amira tak bisa berkata apa-apa setelah mendengarnya. Seakan semua harus disetujuinya tanpa perlu membantah. "Apa-apaan ini?" gumam Andrinof berbisik pada asistennya yang berada di sampingnya. "Saya yang memutuskan semua perihal kontrak kerja sama. Anda sebagai pemil
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more
Sakit hati suami tak pulang
Amira tak dapat menyembunyikan rasa kantuknya akibat malam panjangnya yang berakhir panas di atas ranjang bersama Keenandra. Pria itu berhasil memaksanya setelah mengantarkannya pulang dari kantor. Seolah tak ada kepuasan, Keenandra terus menerus memaksa Amira melayani nafsunya semalam penuh. Akibatnya, kini Amira harus absen kerja. Kepalanya pening, tulang di sekujur tubuhnya pun terasa nyeri. Satu jam yang lalu Keenandra izin pulang ke rumah setelah mendapatkan sarapan paginya. Tinggallah Amira yang masih bermalas-malasan di atas sofa ruang tengah sambil menggenggam makanan ringan yang tadi ia ambil dari dapur. Sedang asiknya menonton film kesukaan, atensinya teralihkan oleh suara bel pintu. Jelas ini bukan Keenandra ataupun Citra sekretarisnya. Amira pun beranjak sambil berteriak dari dalam rumah. "Ya, sebentar." "Selamat pagi, kak Amira." sapaan lembut menyapa indera pendengaran Amira. Bibirnya pun menyunggingkan senyum menawan untuk tamu yang menyapanya di pagi ini. "Boleh ak
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status