Gairah Terlarang CEO

Gairah Terlarang CEO

last updateLast Updated : 2023-07-26
By:  Menook We  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
12Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sean Abelard. Seorang CEO yang gemar berganti wanita cantik. Bersumpah pada diri sendiri tidak akan menikah dan selamanya menikmati tubuh gadis muda nan jelita. Hingga suatu hari, wanita berkuncir kuda dengan make up sederhana hadir dan selalu bersama Sean Abelard setiap hari. Dia adalah Sandra Adira. Lalu, kenapa imajinasi terliar dari hasrat terpanas seorang Sean Abelard justru menginginkan wanita itu? Terobsesi untuk menaklukan dan mencicipinya di atas ranjang! Padahal, Sandra Adira sudah memiliki cincin pertunangan di jari manisnya. Hanya dalam waktu enam bulan ke depan, ia akan menjadi istri orang. Sebuah Gairah Terlarang sang CEO yang entah berakhir dengan senyuman atau ... kesedihan. Apa yang harus Sean Abelard korbankan demi hasratnya kepada Sandra Adira? Apa yang akan Sandra Adira lakukan ketika mengetahui bahwa ia sudah berada di dalam cengkeraman Sean dan tidak ada jalan keluar? Apakah hati satu sama lain akan berubah menjadi cinta suci? Ataukah ... cinta memang tidak harus memiliki?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Ebony Black

"Rapikan ranjang itu dengan sempurna. Ganti spreinya dengan sprei ebony black." Suara bariton menitahkan. Menunjuk ranjang besarnya yang tampak berserakan. Jauh sekali dari kata rapi karena tiga ujung sprei tersingkap hampir ke tengah. Membulatkan kedua mata wanita cantik di depannya."Ya?" spontan Sandra. Wanita cantik nan polos yang baru saja diterima kerja sebagai asisten pribadi dengan gaji tinggi. "Eb-ebony Black?" batin Sandra. Kondisi tubuhnya sudah semakin bergetar tak karuan. Karena sikap dingin Sean yang tak pernah menunjukkan keramahan, membuatnya ketakutan."Apa itu Ebony Black?" Sandra masih membatin.Namun hanya mendapatkan lirikan tajam dari Sean yang masih berdiri tegap di hadapannya, mengintimidasi."I-Iya." Gugup Sandra, lebih baik bicara iya saja, meskipun ia sama sekali tak mengerti mengenai warna apa yang dimaksud oleh Sean. "Ebony black?" apa itu?" lagi lagi Sandra membatin, tak berani bertanya. Beberapa kali meremas jemari tangannya sendiri."Pastikan kamar sela

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters

Bab 1. Ebony Black

"Rapikan ranjang itu dengan sempurna. Ganti spreinya dengan sprei ebony black." Suara bariton menitahkan. Menunjuk ranjang besarnya yang tampak berserakan. Jauh sekali dari kata rapi karena tiga ujung sprei tersingkap hampir ke tengah. Membulatkan kedua mata wanita cantik di depannya."Ya?" spontan Sandra. Wanita cantik nan polos yang baru saja diterima kerja sebagai asisten pribadi dengan gaji tinggi. "Eb-ebony Black?" batin Sandra. Kondisi tubuhnya sudah semakin bergetar tak karuan. Karena sikap dingin Sean yang tak pernah menunjukkan keramahan, membuatnya ketakutan."Apa itu Ebony Black?" Sandra masih membatin.Namun hanya mendapatkan lirikan tajam dari Sean yang masih berdiri tegap di hadapannya, mengintimidasi."I-Iya." Gugup Sandra, lebih baik bicara iya saja, meskipun ia sama sekali tak mengerti mengenai warna apa yang dimaksud oleh Sean. "Ebony black?" apa itu?" lagi lagi Sandra membatin, tak berani bertanya. Beberapa kali meremas jemari tangannya sendiri."Pastikan kamar sela
Read more

Bab 2. Posisi Yang Salah

Dentuman keras di jantung Sandra. Sama sekali tak berani menggerakkan tubuhnya sedikitpun, berusaha untuk mempertahankan posisi badannya yang tak nyaman."Diam!"Kata itu seolah menghipnotis pikiran Sandra, bersamaan dengan kalimat Aga, sang bodygoard dari bos besarnya ini kembali terngiang di telinga."Jangan pernah membantah apapun ucapan Bos Sean. Atau kamu akan menyesalinya." Pesan Aga menekankan.Memejamkan kedua mata Sandra dalam, sembari menundukkan kepalanya tak kalah dalamnya. Semoga lelaki di depannya ini tak beniat macam macam, "Kenapa harus jatuh dengan posisi begini, sih. Sial! benar benar sial!" batin Sandra, posisi yang tak baik untuk ia sekarang, beberapa kali membuatnya melirik ke arah kulit putihnya yang terbuka."Jangan berani bergerak!" kembali Sean memperingatkan.Sama sekali tak tak tahu tentang gejolak rasa di dada Sandra. Jantungnya bertalu talu tak karuan. Takut, cemas, dan juga....malu."Angkat kepalamu itu, kenapa menunduk seperti itu?" kembali suara Sean t
Read more

Bab 3. Surat Perjanjian

“Jangan menggerakkan bagian tubuh kamu sedikitpun, Sandra. “Oke? atau aku akan,” lanjutnya menggantung, kini mengulaskan senyuman seringainya, sedikit mencondongkan kepalanya ke telinga Sandra. “Atau kamu akan menyesalinya.” Sean kembali berbisik.Membiarkan harum napas hangatnya menerpa kulit telinga asisten pribadi barunya, kian meremangkan tubuh Sandra diantara ketakutannya yang medera.“Kamu paham?” masih Sean yang bersuara. Kembali memandang Sandra dengan tatapan tegasnya, menganggukkan perlahan kepala asisten pribadinya.“Iy-iya.” jawab Sandra terbata, membuatnya menahan napas. Hatinya takut sekali. Sama sekali tak berani melawan ataupun membantah, demi untuk keselamatan nyawa yang harus dia jaga.Seiring dengan bergeraknya jari telunjuk Sean di atas bibir Sandra. Entah kenapa kini ia dibuat tertarik oleh keranuman bibir milik Sandra. Merah merona. Alami dan pastinya..."Shit!" umpat Sean. Kian mempercepat debaran di jantungnya. Hatinya berdebar? “Ada apa ini? Kenapa jadi berdeb
Read more

Bab 4. Surat Perjanjian (2)

Rasa lemas dan juga lunglai menguasai tubuh Sandra. Menghilangkan seketika rasa semangat yang tadinya sempat membara, disaat memiliki harapan yang begitu sangat besar. Bahwa ia akan mendapatkan penghasilan besar, yang akan bisa dia gunakan untuk biaya pengobatan sang ibu angkat. Namun kini menguap begitu saja. Asa menghilang bersamaan dengan datangnya ketakutan terhadap Sean. Bos barunya yang begitu sangat menakutkan. Menekan dengan suara keras dan juga lantang, hingga membuatnya tak nyaman. Ingin sekali keluar untuk mencari pekerjaan baru yang bisa membuat hatinya tenang. “Ingat,” lemah Sandra, selepas membaca salah satu klausul di dalam surat perjanjian pekerjaan yang kini sedang dia buka. Bahwa ia, tak boleh keluar ataupun mengundurkan diri dari pekerjaan selama satu tahun ke depan. Atau dia harus mengganti rugi, membayar denda senilai sepuluh kali lipat dari total penghasilannya dalam satu tahun. Dimana tiap bulannya dia akan mendapatkan gaji sebesar sepuluh juta rupiah. 10 kal
Read more

Bab 5. Bisakah Beradaptasi?

"Jadi aku harus berangkat dan pulang jam berapa?" tanya Sandra. Sesaat sebelum dibuat terhenyak, ia tercekat, mendengar jawaban. "Menginap disini. Hari sabtu siang setelah memastikan keperluan Bos Sean tersedia kamu boleh pulang, dan harus kembali lagi di hari minggu sebelum pukul dua belas siang." "Peraturan apa itu?" sahut Sandra. Sungguh hatinya tak menyangka. "Dan gaji kamu akan dinaikkan dua kali lipat. Menjadi dua puluh juta di setiap bulannya." *** Ayunan langkah gontai Sandra. Baru saja memasuki kembali pintu kamar Sean yang dia buka, segera dia tutup kembali agar bisa meluruhkan tubuhnya segera di atas lantai. Sebentar saja. Agar bisa sedikit saja menguraikan ketakutan yang mendera. Sungguh tubuhnya masih lemas, ditekan kuat oleh tingginya nada suara sentakan dari Sean. Juga tatapan tajam yang selalu menghujamnya, dan terlebih lagi berubahnya jam kerja secara tiba tiba. Bagaimana bisa seperti ini? ia tak memiliki jam pulang kerja setiap harinya? dan baru boleh pulang d
Read more

Bab 6. Fokus Sandra! Fokus!

Cepatnya degupan di jantung Sandra. Selepas membulatkan kedua matanya sempurna, namun kini harus dibuat memberingsut mundur oleh nyalangnya tatapan tajam milik Sean yang telah menegakkan kepala."Ke-kenapa saya harus membuka kancing kemeja Anda?" tanya Sandra terbata. Memberanikan diri demi untuk sebuah harga diri yang harus dia jaga. Bagaimana bisa ia dititahkan oleh Bos galaknya ini membuka kemeja?Bukankah itu artinya ia akan melihat Sean bertelanjang dada? terhenyak sudah hatinya Sandra. Antara takut dan juga tak terima, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sebuah gejolak rasa di dalam dada."Kamu menolaknya?" sengit Sean."Saya bukan istri Anda. Jadi saya nggak pantas membuka kancing kemeja Anda," Berusaha untuk tetap bisa berdiri tegak di atas kakinya yang gemetar. Namun malah dibuat ketakutan oleh senyuman seringai yang tercipta di bibir Sean. Seram sekali."Klausul nomor sepuluh. Pihak kedua tidak diperbolehkan membantah apapun perintah dari Pihak pertama." Ucap Sean meng
Read more

Bab 7. Dor!

"Sandra!" "Sa-saya, Bos." Menegakkan kepalanya cepat, menurunkan tangannya tak kalah cepat. "Buatkan aku secangkir kopi," "Baik Bos." Seiring dengan ayunan langkah kaki Sean, masuk ke dalam kamar mandi. Kembali menciptakan helaan napas lega di bibir Sandra yang terdiam, sudah mulai bisa mengendalikan degupan di jantungnya yang telah berangsur normal. Meluruhkan tubuhnya perlahan, akan duduk berjongkok di atas dinginnya lantai kamar. Sedangkan Sean yang terdiam. Tampak menghela napasnya pelan tepat di samping bathup marmer hitam mengkilat. Tak kunjung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalamnya, sedikit menggerakkan bahunya perlahan, menikmati tiap tarikan di ototnya. "Lucu." Gumam Sean tersenyum tipis. Sambil memegangi salah satu lengannya yang tak nyaman. Entah kenapa tak bisa melupakan gurat wajah polos Sandra yang memucat dan tampak ketakutan. Hanya karena sentakan, juga ketegasannya di dalam berbicara. Membuatnya tak sengaja mengulaskan senyuman di bibirnya. "Shit!" umpa
Read more

Bab 8. Scorpion

Memejamnya kedua mata Sean. Menghindari muncratnya darah merah segar dari dahi penyusup yang berhasil dia lumpuhkan. Roboh seketika."Aisss," gumamnya lirih. Memasang wajah jengahnya, sembari mengusap muncratan darah di pipi dan juga hidungnya. "Tikus satu ini ya," gumamnya kesal. "Apa kamu nggak tahu gimana perihnya punggungku ini kalau dibuat mandi?" sungguh ingin sekali kembali menembak tepat di jantung pria pengganggunya yang telah kehilangan nyawa.Namun dia urungkan. Lebih memilih untuk mempertahankan sisa empat peluru di dalam pistol revolvernya, daripada harus membuangnya begitu saja ke tubuh penyusup yang begitu sangat tak disukainya.Sama sekali tak mengetahui tentang gemetarnya tubuh Sandra di dalam dapur. Ia masih menutup telinganya takut, sembari duduk berjongkok di bawah meja tempat dia meletakkan kopi untuk Bosnya. Akibat terdengarnya suara tembakkan, memekakkan telinga."Apa itu tadi?" gumam Sandra. Masih belum berani menurunkan bekapan tangan di telinga, mengedar
Read more

Bab 9. Pingsan (2)

"Ah! Suara pekikan Sandra yang tersentak. Terkena cipratan kopi tepat dibagian dadanya. Akibat gerakan tak hati hati dari tangannya sendiri. "Panas!" Sandra meritih.Bersamaaan dengan berdirinya Sean, mengambil alih cepat nampan dari tangan Asisten barunya yang sedang mengibas ngibaskan baju di bagian depan."Lap sama tisu," reflek Sean. Menghilangkan sikap tenangnya seketika, mengarahkan tiga lembar tisu yang baru saja diambilnya ke dada Sandra."Aaah!" pekik spontan Sandra memundurkan langkahnya. Akibat kondisi hatinya yang tersentak, menerima sentuhan Sean di buah dadanya."Ng-ngapain Anda?" semakin kencang sekali degupan di jantung Sandra, kian bertalu tak karuan. "Kenapa Anda menyentuh itu saya?" entah apa yang terjadi di dirinya sekarang. Berani sekali ia melayangkan protesnya."Itu?" gumam Sean, mengerutkan keningnya."Ini!" Sandra menunjuk dadanya sendiri."Buah dada?" sahut Sean. Mengartikan kalimat 'itu' Sandra dengan begitu entengnya. Sama sekali tak mempertimbangkan ras
Read more

Bab 10. Apa Yang Bos Lakukan?

“Ngapain kamu?” protes Sean. Menghentikan cepat gerakan tangan Aga yang akan menyingkap rok Sandra. “Ini Bos.” Ragunya jawaban Aga. Menunjukkan minyak kayu putih di tangan, selepas membalurkan minyak tersebut di telapak kaki, juga tangan Sandra. “Kenapa minyak itu?” Sean mengedikkan kepala. "Mau di balurkan disana," jawab Aga, sambil menunjuk perut wanita yang tengah pingsan di depannya. “Mau kamu balurkan ke perutnya?” tersentaknya hati Sean, membulatkan mata. “Iya, Bos.” Aga pun membenarkan. Mencebikkan bibir Sean, meyaut begitu saja minyak kayu putih di tangan Aga. “Mau kamu buka itu rok dia? Terus kamu lihat bagian dalamnya?” sengitnya suara Sean. Mempercepat degupan di jantung Aga.“Itu Bos," bingung Aga. "Itu apa?" kejar Sean. "Itu yang buat saya ragu," jawab Aga. Tak ingin dianggap melakukan pelecehan kepada wanita yang tak sadar. "Keluar sana," usir Sean. "Kemana Bos," pertanyaan bodoh Aga, kemudian menganggukkan kepalanya pelan, melihat dinginnya kedua sorot mata S
Read more
DMCA.com Protection Status