“Jangan pernah menyesalinya...”
Moreno lalu menenggelamkan wajah pada wajah cecilia. Ia melumat habis bibir Cecil yang terasa manis bagaikan madu.
Moreno mulai merakus dan egois. Ia berpikir bahwa apa yang terjadi malam ini akan disesali oleh Cecil esok hari. Tapi ia tak peduli dengan itu.
“Kamu tahu, apa yang membuat aku kacau hari ini?” tanya Moreno saat ia sudah menarik bibirnya dari atas bibir Cecil.
Sengaja ia membuat jarak antara wajah mereka demi bisa melihat bagaimana ekspresi Cecil saat mendengar jawabannya nanti.
“Apa?” jawab Cecil tak sabar ingin Moreno kembali melanjutkan serangannya.
Moreno mengangkat tangannya. Ia belai wajah Cecil yang sangat mirip dengan Rania, tapi saat ini Moreno tidak sedang menganggapnya Rania.
“Hari ini aku merasa kacau karena ulahmu. Karena kamu mengatakan siapa itu Dito dan apa yang sudah dilakukannya terhadap dirimu!” jawab Moreno.
“A
Mau sehebat apa pun Cecilia berusaha, tetap saja bukan hal yang mudah untuknya bisa mengingat apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Moreno.Selain tanda merah yang mewarnai sekujur tubuhnya tak ada lagi yang bisa Cecilia jadikan petunjuk.“Semalam aku pasti sudah menggodanya. Dan pria mana pun mana tahan kalau aku goda?! Benar-benar sangat memalukan!” umpat Cecil menyesali kebodohannya.“Seharusnya semalam itu aku tidak mabuk agar aku tidak melakukan kesalahan yang fatal seperti ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan. Bagaimana aku akan bisa bertemu dengan Pak Moreno setelah apa yang aku lakukan padanya tadi malam.“Tapi tunggu, kenapa Pagi ini Pak Moreno terlihat sangat manis? Dia menyapaku dengan begitu lembut seperti seseorang yang tidak sedikit pun merasa terganggu dengan kehadiranku di kamarnya.”Cecilia terus saja bicara sendiri sambil memantaskan dirinya di depan cermin.Cecilia sangat
“Rania... kembalilah padaku! Jangan pergi dari hidupku. Aku tak bisa hidup tanpa dirimu.” Seorang pria terus meracau di dalam sebuah kamar hotel. Pria itu tampaknya sudah sangat mabuk hingga ia tak sadarkan diri. Kedua bola matanya terpejam tapi mulutnya terus memanggil-manggil nama seorang wanita.“Siapa Rania?” gumam Cecilia wanita yang malam ini di tugaskan untuk melayani tamu yang kata bosnya adalah tamu super spesial untuknya.Bahkan karena saking sepesialnya tamu itu, Cecilia sampai diberi bonus hingga tiga kali lipat untuk pekerjaannya malam ini.Nama pria itu adalah Moreno Dava Mahendra. Ia adalah seorang Duda beranak satu. Putri kecilnya baru berusia lima tahun. Dan istrinya meninggal tepat di hari putrinya itu dilahirkan. Tentu saja itu merupakan pukulan hebat baginya. Hingga sering kali Moreno melakukan hal yang hampir saja menghilangkan nyawanya karena saking tak sanggupnya ia menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.Meski ia adalah seorang duda, tapi ia adalah duda yang
Perlahan kedua bola mata itu terbuka. Sang pemilik pupil mengerjap-ngerjapkannya agar pandangannya bisa lebih jelas.Ketika mata indahnya telah terbuka sempurna dan pandangannya sudah jelas, ia pun termangu melihat apa yang ada di depan matanya. Seorang wanita berparas sangat cantik ada di hadapannya. Tubuhnya yang indah hanya berbalut selimut saja mengingatkan Moreno akan malam-malam panasnya ketika masih bersama dengan istrinya.Untuk sesaat Moreno terdiam. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Rania...” lirihnya di dalam hati. “Bukan!! Dia bukan Rania. Rania-ku sudah tiada” tegas Moreno pada dirinya sendiri. “Tapi siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Rania,” tanya Moreno di dalam hati.Hawa dingin seketika menghampiri Cecilia ketika ia sudah mengakhiri panggilan dengan Mami Susan –maminya Moreno.Tatapan yang ia dapatkan dari pria yang semalam bercinta dengannya benar-benar tatapan yang super dingin dan tajam bagaikan pedang yang menghunus jantung.“Anda sudah ban
Cecilia menggelengkan kepalanya dan memutar tubuhnya hendak pergi meninggalkan Moreno yang ia anggap sedang bermain lelucon.“Tunggu dulu! Kamu mau ke mana?” tahan Moreno. “Kita belum selesai bicara. Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu. Mau tidak mau kamu sudah terseret dalam kasus jebakan yang telah rekan saya buat. Dan gara-gara kamu menerima panggilan dari mami saya, kamu juga sudah membuat kesalah pahaman yang sangat besar di dalam keluarga saya.”“Terserah, saya tidak peduli! Saya tak tahu soal jebakan yang sudah rekan bisnis Anda buat untuk Anda. Dan untuk masalah panggilan dari mami Anda. Saya menjawabnya karena takut ada hal penting yang ingin dia sampaikan. Bahkan sebelum menjawabnya saya sudah mencoba untuk membangunkan Anda. Tapi Anda tidak bangun-bangun!” seru Cecilia.“Bukan hanya itu saja masalahnya. Masalahnya adalah wajah kamu! wajha kamu yang sangat mirip dengan istri saya yang membuat semuanya kian sulit. Putri saya sudah terlanjur bertemu dengan kamu. D
"Kalau begitu, kita akan menikah hari ini juga. Dan bersiaplah untuk pindah ke rumah saya.”“Apa? Hari ini?” tanya Cecil.“Iya, saya tak ingin membuang waktu lebih lama. Karena sudah pasti orang yang menjebak saya saat ini sudah mulai menyusun rencana untuk menyebarkan foto atau video kita.“Saya harus sudah punya senjata untuk melawan. Dan senjata yang paling ampuh itu adalah pernikahan.“Image saya tidak akan rusak bila kamu itu adalah istri saya. Semua orang akan mengatakan apa yang terjadi antara kita itu sah-sah saja.“Jadi pulanglah dulu dengan diantar oleh sopir saya. Dan bersiaplah untuk saya jemput nanti malam.“Saya tidak bisa mengantar kamu. Saya harus mengurus identitas masa lalu kamu agar tidak diketahui oleh banyak orang dan malah akan menjadi boomerang buat saya nantinya.”Cecilia tak punya pilihan lain. Ia hanya bisa menuruti apa pun yang disuruhkan oleh Moreno pada dirinya.Cecilia bahkan tak memikirkan bagaimana sikap ayahnya yang sudah menganggap dirinya sebagai AT
Perasaan terkejut masih memenuhi seluruh diri Cecilia. Bukan karena perkataan Moreno yang kasar saja ia merasa terkejut, tapi keadaan di dalam kamar Moreno-lah yang jauh lebih mengejutkan baginya.Di setiap dinding kamar itu terpampang nyata foto Rania –almarhum istri Moreno yang wajahnya hampir mirip dengannya. Di sana terukir banyak kenangan yang tak mungkin bisa dengan mudah dilupakan oleh Moreno akan cintanya pada almarhum sang istri.Dari layar televisi yang begitu besar, berputar video kenangan tentang indahnya pernikahan mereka. Sepintas saja, Cecilia tahu kalau rumah tangga Moreno dan almarhum istrinya itu dipenuhi dengan kebahagiaan.Moreno yang sangat mencintai istrinya dan istrinya yang begitu sangat mencintai Moreno –mampu Cecilia lihat dengan sangat jelas dari sedikit saja penggalan video yang tengah berputar di dalam kamar Moreno.“Maafkan saya!” ucap Moreno pada Cecilia setelah Reina diperiksa oleh dokter dan kembali tidur.“Enggak apa-apa, Pak! Saya yang seharusnya m
“Kalau Mami bisa mencarikan wanita yang akan mampu menggantikan posisi Cecilia di hati Reina, silakan! Bawa dia ke hadapan Reno dan saat itu juga Reno akan menyuruh Cecilia untuk pergi! Tapi jika Mami tak bisa mendapatkannya, maka Cecilia akan tetap di sini meski dia adalah seorang mucikari sekali pun!”Diam, itulah yang dilakukan oleh mami Susan. Ia baru akan mencari dan belum yakin akan bisa menemukan wanita yang cocok dengan Reina seperti Cecilia.“Aku sayang sama Reina dan satu-satunya alasan kenapa aku masih bertahan dengan hidupku hingga sampai saat ini adalah dia. Dan mungkin untuk ke depannya juga begitu. Kalau ada apa-apa dengan Reina, maka akan ada apa-apa juga dengan diriku!” tegas Moreno.Mendadak tenggorokan mami Susan terasa sangat kering. Lidahnya menjadi kelu dan suaranya tercekik di kerongkongan. Ingatan akan lima tahun lalu pun kembali berputar di dalam benaknya.Lima tahun lalu, tepatnya saat Reina baru saja dilahirkan yang bertepatan juga dengan kepergian istrinya.
“Abang?!”Jessica tampak sangat bahagia. Kedua bola matanya berbinar, hatinya bersorak dan jantungnya bertalu-talu ketika melihat lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama -datang menjemputnya.“Hai Jess....! Maaf ya nunggu lama!” ungkap Moreno. “Kalau tahu Abang yang jemput aku di sini, walau harus nunggu seabad pun aku rela, Bang!” ucap Jessica pelan.“Kenapa Jess?”“Hah?” “Eng-enggak apa-apa kok, Bang!” jawab Jessica gugup. “Abang sedikit telat pasti karena jalanan ibukota yang selalu macet kan?”Moreno mengangguk lalu menyuruh sopir untuk membawakan barang-barang Jessi yang sudah seperti mau pindah rumah.Setelah koper dari tangannya diambil alih oleh sopir Moreno, Jessika yang kegirangan karena dijemput oleh Moreno pun langsung saja mengaitkan tangannya tanpa ragu ke tangan Moreno.Dengan kelakuan sok manja Jessi bergelayut pada lelaki yang tak bisa menepis tangan Jessi tersebut.Moreno masih menghargai permintaan dari almarhum mantan kekasihnya yang berna