Share

Diancam

Perlahan kedua bola mata itu terbuka. Sang pemilik pupil mengerjap-ngerjapkannya agar pandangannya bisa lebih jelas.

Ketika mata indahnya telah terbuka sempurna dan pandangannya sudah jelas, ia pun termangu melihat apa yang ada di depan matanya.

Seorang wanita berparas sangat cantik ada di hadapannya. Tubuhnya yang indah hanya berbalut selimut saja mengingatkan Moreno akan malam-malam panasnya ketika masih bersama dengan istrinya.

Untuk sesaat Moreno terdiam. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Rania...” lirihnya di dalam hati. “Bukan!! Dia bukan Rania. Rania-ku sudah tiada” tegas Moreno pada dirinya sendiri. “Tapi siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Rania,” tanya Moreno di dalam hati.

Hawa dingin seketika menghampiri Cecilia ketika ia sudah mengakhiri panggilan dengan Mami Susan –maminya Moreno.

Tatapan yang ia dapatkan dari pria yang semalam bercinta dengannya benar-benar tatapan yang super dingin dan tajam bagaikan pedang yang menghunus jantung.

“Anda sudah bangun?” tanya Cecil pada Moreno yang seketika membuyarkan lamunan lelaki itu. “Maaf... Saya terpaksa menerima panggilan masuk dari ibu Anda. Saya pikir pasti ada hal penting yang ingin di sampaikan olehnya hingga ia menelepon sampai puluhan kali.”

“Kamu harus bertanggung jawab!!” Seru Moreno.

“Tanggung jawab? Untuk apa?”

“Untuk apa yang sudah terjadi dan akan terjadi!!” tegas Moreno.

Setelahnya Moreno bangkit dari posisinya. Tubuhnya yang tak polos seutuhnya membuat Moreno tak canggung untuk menjauh dari dari ranjang.

Lalu, Moreno memunguti pakaiannya dan memakai kembali satu persatu pakaiannya itu. Setelah selesai memakainya ia pun kembali mendekati Cecil dan menghujani Cecilia dengan banyaknya pertanyaan tentang bagaimana mereka bisa tidur bersama di kamar ini.

Moreno terus mendesak dan memojokkan Cecil untuk mengaku. Hingga akhirnya Moreno merasa yakin kalau Wilson –rekan bisnis yang selalu merasa iri padanyalah yang sudah menjebaknya.

Kini Moreno tak bisa hanya tinggal diam. Dia harus membuat rencana Wilson tidak berhasil. Ia tak akan membiarkan Wilson menggapai mimpinya yang ingin merusak reputasi Moreno dengan cara membuat Moreno terlihat seperti seorang bajingan yang hobinya tidur dengan wanita murahan.

Bukan hanya mengancam akan melaporkan Cecil pada polisi, tapi Moreno juga akan menyeret rumah bordil dan pemiliknya jika sampai Cecil tak mau menuruti perintahnya.

Tak ingin menjadi penyebab masalah bagi orang lain. Bagi Tuan Tanu yang sudah seperti ayahnya dan rumah bordil yang sudah seperti rumahnya, Cecilia pun hanya pasrah mengikuti kemauan Moreno.

***

Setelah dipaksa dan diancam akan dilaporkan kepada polisi atas tuduhan penjebakan, Cecilia pun akhirnya setuju untuk ikut bersama dengan Moreno.

Moreno tahu apa yang harus dilakukan agar rencana licik Wilson tidak berhasil sekaligus menutup mulut maminya yang terus ribut menyuruhnya untuk mencari istri lagi.

Ya... rencanya Moreno akan menikahi Cecilia. Ia akan mengubur masa lalu Cecil agar tidak ada siapa pun yang tahu termasuk maminya sendiri. Sehingga saat Cecil menjadi ibu dari putrinya tak akan ada orang yang meragukan integritasnya.

“Ren....! Kamu habis dari mana sih? Dari semalam Mami coba buat hubungin kamu, tapi enggak bisa!”

“Maaf Ma, semalam Reno...._” kalimatnya sengaja dibiarkan menggantung. Ia menoleh ke arah Cecil yang membuat Cecil merasa canggung ditatap oleh Moreno dan juga maminya.

Mami Susan tersenyum saat ikut menoleh ke arah Cecil. Sepertinya ia mengerti dan merasa sangat senang sekali karena putranya semalam tak bisa dihubungi dan Cecil-lah yang menjadi alasannya.

Tapi, kemudian mami Susan seakan dibuat terkejut ketika ia lebih dalam menatap wajah Cecil yang begitu mirip dengan almarhum menantunya.

“Reno.... Apa dia?”

“Bukan Mam... Hanya kebetulan mirip saja!” potong Reno –ia sudah bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran maminya.

“Kamu harus jelaskan ini sama Mami! Mami enggak bisa kamu tikung seperti ini.”

Moreno mengerti kenapa maminya merasa ditikung olehnya. Moreno sendiri pun merasa Tuhan telah menikung dirinya dengan menakdirkannya bertemu dengan Cecil yang wajahnya sangat mirip dengan Rania.

“Mama....” di tengah percakapan, suara lirih Reina yang terdengar di telinga berhasil mengalihkan perhatian semuanya.

“Mama...” lirihnya lagi dengan tangan terulur ke arah Cecil.

Sesuai dengan apa yang sudah Moreno prediksikan. Dirinya yang sangat mengenali Rania saja hampir salah mengenali Cecil. Bahkan maminya juga demikian.

Dan tentu saja Reina yang sangat merindukan ibunya dan hanya bisa menatap fotonya yang terpajang di dinding kamarnya juga akan langsung menganggap kalau Cecil itu adalah ibunya karena wajah Cecil yang sangat mirip dengan wajah Rania.

Cecilia menoleh ke arah Moreno. Melihat anggukan kepala dari Moreno, Cecil pun akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri gadis kecil yang mengira dirinya adalah mamanya.

“Sayang... Kamu sakit apa?” tanya Cecil dengan sangat lembut.

Bukannya menjawab pertanyaan Cecilia, Reina justru malah ingin Cecil memeluknya.

“Mama... Kenapa Mama baru pulang sekarang? Kenapa Mama kerjanya lama sekali?”

Moreno memang masih merahasiakan tentang kematian istrinya pada sang putri. Sakit yang di derita oleh Reina-lah yang menjadi alasan dari kebohongannya.

Moreno tak ingin Reina sedih apalagi tak punya semangat untuk hidup karena tak memiliki ibu. Oleh sebab itulah ia terpaksa berbohong pada putrinya dan baru akan jujur saat Reina sudah besar nanti.

“Reno... Mami mau bicara!”

Mami Susan lalu menarik Moreno untuk pergi ke luar. Ia ingin mendengar cerita tentang Cecilia secepatnya. Ia tak ingin mati penasaran karena Moreno yang tiba-tiba datang membawa wanita mirip dengan almarhum istrinya.

Moreno pun mengikuti langkah maminya setelah ia memberi isyarat pada Cecil untuk menjaga putrinya.

Moreno mulai mengarang cerita tentang hubungannya dengan Cecilia saat cecaran pertanyaan dilayangkan oleh maminya. Ia mengaku bahwa Cecilia itu adalah kekasihnya yang akan dia nikahi.

Moreno mengatakan ia telah jatuh cinta pada Cecil karena Cecil yang mirip Rania. Dan Cecil jugalah yang menjadi alasan Moreno selama ini selalu menolak untuk dijodohkan.

Ceklek...

Suara pintu terbuka itu mengalihkan perhatian Moreno yang sedang mengarang bebas tentang hubungannya dengan Cecilia.

“Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Reina?” tanya Moreno khawatir.

“Dia sudah tidur lagi. Apa boleh saya pulang sekarang?”

“Pulang? Kamu mau langsung pulang tanpa mau menyapa calon mami mertua kamu?” seru mami Susan.

“Mam-mami mertua?!” Cecilia tampak bingung dan gugup dengan apa yang diucapkan oleh mami Susan.

“Mam... Nanti lagi aja! Reno tadi udah bilang kan kalau hari ini akan ada hal penting yang akan Reno dan Cecilia lakukan. Jadi kami harus pergi dulu untuk mengurus semuanya.”

“Tapi janji ya? Kalian akan kembali lagi ke sini nanti malam dengan kabar bahagia yang akan sangat menyenangkan saat didengar Reina?!”

“Pasti Mam! Reno bisa memastikannya.”

Seusai karangannya mendapat nilai hampir sempurna dari maminya. Moreno pun membawa Cecil untuk pergi dari rumah sakit tempat Reina dirawat.

Namun belum sampai mereka ke halaman parkir, Cecilia yang sudah sangat penasaran dengan apa yang telah dikatakan oleh Moreno pada maminya menghentikan langkahnya.

“Ini sebenarnya ada apa sih? Saya beneran enggak ngerti sama sikap ibu Anda terhadap saya!”

“Kamu akan mengerti semuanya saat kita sudah menikah nanti.”

“Apa? Anda bilang apa?”

“Menikahlah dengan saya!” pinta Moreno.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status