Share

Meminta Maaf

Perasaan terkejut masih memenuhi seluruh diri Cecilia. Bukan karena perkataan Moreno yang kasar saja ia merasa terkejut, tapi keadaan di dalam kamar Moreno-lah yang jauh lebih mengejutkan baginya.

Di setiap dinding kamar itu terpampang nyata foto Rania –almarhum istri Moreno yang wajahnya hampir mirip dengannya. Di sana terukir banyak kenangan yang tak mungkin bisa dengan mudah dilupakan oleh Moreno akan cintanya pada almarhum sang istri.

Dari layar televisi yang begitu besar, berputar video kenangan tentang indahnya pernikahan mereka. Sepintas saja, Cecilia tahu kalau rumah tangga Moreno dan almarhum istrinya itu dipenuhi dengan kebahagiaan.

Moreno yang sangat mencintai istrinya dan istrinya yang begitu sangat mencintai Moreno –mampu Cecilia lihat dengan sangat jelas dari sedikit saja penggalan video yang tengah berputar di dalam kamar Moreno.

“Maafkan saya!” ucap Moreno pada Cecilia setelah Reina diperiksa oleh dokter dan kembali tidur.

“Enggak apa-apa, Pak! Saya yang seharusnya meminta maaf karena saya sudah melanggar aturan dari Pak Reno!”

Cecilia merasa sangat penasaran dengan Moreno. Penasaran dengan masa lalunya, penasaran dengan seberapa besar cintanya untuk sang istri, penasaran apakah Moreno tak bisa move on dari istrinya dan masih banyak lagi rasa penasaran yang berkecamuk di dalam benak Cecil.

“Lupakan apa yang sudah kamu lihat di kamar saya. Dan jangan pernah lagi kamu berani masuk ke dalamnya.”

“I-iya, Pak!”

Semakin dilarang bukankah justru semakin membuat penasaran. Kenapa Moreno sampai sekeras itu melarang orang lain menginjakkan kaki di kamarnya.

“Dia pasti tak ingin ada yang tahu tentang lukanya.” Cecilia bergumam setelah Moreno menghilang dari kamarnya.

Keesokan paginya saat Cecilia bangun dari tempat tidur Reina. Ia kembali terkejut. Ia terkejut karena Reina yang sudah tak ada di tempat tidurnya.

“Reina!” panggil Cecil.

“Reina! Kamu di mana sayang?” sambil turun dari tempat tidurnya, Cecil terus memanggil-manggil nama gadis kecil yang sekarang sudah menjadi anaknya itu. “Reina, apa kamu di dalam kamar mandi, Nak?”

Cecil mencoba untuk mengetuk kamar mandi. Siapa tahu Reina ada di dalam. Tapi tak ada jawaban. Dan saat Cecil mengeceknya, kamar mandi masih bersih dan kosong belum ada jejak siapa pun masuk ke sana.

“Mama....” suara gadis kecil yang tiba-tiba di dengarnya itu mampu mengalihkan perhatian Cecilia yang mulai panik.

“Reina! Kamu dari mana sayang? Kenapa kamu enggak bangunin Mama?”

“Dia bilang mau membuatkan sarapan untuk kamu. Dan dia juga mau saya yang membawakan sarapan buatannya ini ke kamar.”

Selanjutnya perhatian Cecilia beralih pada pemilik suara yang di tangannya sudah ada nampan berisikan roti dan segelas susu.

“Sayang, kamu enggak usah repot-repot begini. Mama bisa bikin sarapan sendiri dan seharusnya kan Mama yang buatin sarapan untuk Reina. Reina kan lagi sakit.”

Moreno sendiri tak tahu bagaimana bisa putrinya ini baik-baik saja setelah semalam mimisan begitu banyak. Biasanya kalau tidak dibawa ke rumah sakit, Reina akan langsung demam.

“Reina baik-baik aja, Ma. Kan ada Mama yang udah jagain Reina. Jadi Reina enggak sakit lagi.”

Gadis kecil itu lalu berjalan cepat dan memeluk Cecil. Dipeluk penuh kasih sayang oleh Reina, tentu Cecil pun ingin tahu reaksi Moreno. Ia menoleh ke arah pria itu dan tatapan keduanya pun langsung bertumbukkan.

Tatapan yang tak lagi dingin dirasakan oleh Cecilia. Ada kehangatan yang terpancar dari kedua bola mata Moreno saat ia menatap putri semata wayangnya memeluk dengan sangat erat tubuh Cecilia.

Moreno semakin yakin kalau langkah yang ia ambil sudah tepat. Langkahnya menjadikan Cecilia ibu dari Reina adalah langkah yang akan membuat Reina bisa sembuh lebih cepat dari sakitnya.

“Kalian mau terus berpelukan? Sampai kapan? Sampai papanya Reina pegal ya megangin nampan?” goda Moreno.

Reina pun terkekeh mendengar godaan dari papanya. Ia melepaskan pelukannya dari Cecil dan meminta papanya untuk memberikan nampan yang tengah dipegang oleh Moreno padanya.

“Awas hati-hati!” Cecil yang khawatir tangan Reina tak akan kuat memegang nampan itu ikut mengangkat tangannya untuk mengambil alih nampan dari tangan Moreno. Namun, tak sengaja tangannya malah justru bertemu dengan tangan Moreno.

Hampir saja Moreno menepis tangan Cecil yang bersentuhan dengan tangannya. Dan Cecil yang menyadari hal itu langsung diam seribu bahasa dengan tatapan yang ia berikan pada Moreno.

“Ehem....” Moreno berdehem saat tangan Cecil tak buru-buru menjauh dari tangannya dan malah terus memegangi tangan Moreno.

“Ciye...ciye....”Goda Reina. “Kata Shasa kalau orang dewasa saling pegang tangan dan saling memandang itu artinya mereka cinta. Mama sama Papa juga cinta kan?!”

Anak sekecil Reina yang baru berusia lima tahun sudah bisa mengatakan cinta. Sungguh korban dari pergaulan Reina dengan temannya.

Moreno menarik tangannya sampai Cecil merasa kaget karenanya. Ia berjongkok untuk bisa sejajar dengan Reina agar bisa bicara santai dengan putrinya itu. “Sayang, kamu bicara apa sih? Siapa yang ngajarin kamu bicara kayak gitu?” seru Moreno.

Tak tahu kenapa rasanya sangat canggung sekali sehingga Moreno lebih memilih untuk bertanya pada putrinya daripada memarahi Cecil.

Cecilia jadi malu sendiri atas apa yang sudah terjadi. Seharusnya dirinya yang menarik tangan, bukan Moreno. Ia merasa benar-benar sangat malu karena merasa dirinya sangat bodoh.

Ia mulai menebak-nebak apa yang ada di dalam pikiran Moreno. Menurutnya sudah pasti, saat ini Moreno berpikir kalau ia benar-benar wanita murahan yang sedang menggodanya.

“Shasa yang bilang Pa! Dia bilang mama sama papanya selalu berpegangan tangan dan akan saling melihat seperti Mama sama Papa barusan. Terus dia bilang mama sama papanya itu saling cinta makanya mereka seperti itu.”

Sungguh sangat sulit untuk Moreno menjelaskan pada Reina. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tak suka dengan ucapan anaknya, tapi tak bisa menolak apalagi membantah.

“Reno!” suara seseorang terdengar dari d epan pintu. Seseorang yang sudah satu minggu ini tak tinggal bersama dengan Reno dan Reina di rumah ini karena ia merasa ada Cecilia yang akan bisa menggantikan tugasnya. “ Bisa kita bicara?”

“Mami...! kapan Mami kembali?”

“Enggak penting kapan Mami kembali. Yang pasti ada satu hal yang mau Mami bicarakan sama kamu sekarang juga! Dan ini sangat penting!”

Tanpa maminya mengatakan pembicaraan mereka itu adalah hal penting, Moreno pun sebenarnya sudah bisa menebak dari raut wajah sang mami. Dan dari sikap yang ditunjukkan oleh maminya pada Cecilia, Moreno yakin pembicaraan mereka adalah tentang wanita yang sudah satu minggu ini ia nikahi.

Sapaan Cecilia yang tak berbalas membuat Moreno menduga kalau saat ini identitas Cecil sudah diketahui oleh maminya.

“Ada apa sih Mam? Kenapa datang pagi-pagi begini dan langsung marah-marah. Udah gitu Mama pasang wajah sinis di depan Reina pula! Kenapa? Ada apa?” cecar Moreno dengan nada suara yang sangat lembut.

“Siapa Cecilia sebenarnya? Dia itu bukan wanita baik-baik kan?”

Moreno membuang nafasnya ke udara. Ia tahu hal semacam ini pasti akan terjadi. Sepintar-pintarnya ia menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga.

“Mam... Cecilia.... dia itu....”

“Dia itu pelacur kan?”

“Bukan... bukan pelacur!”

“Lalu apa? Dia itu wanita penghuni rumah bordil! Apa sebutannya kalau bukan pelacur?”

“Sssttt....! pelan-pelan, Mam! Jangan sampai Reina mendengarnya.”

“Mami enggak peduli. Biarkan saja Reina dengar. Biar dia tak menganggap kalau wanita murahan itu adalah mamanya. Mami enggak mau ya Ren! Mami enggak akan pernah mengizinkan kamu memelihara pelacur itu di rumah ini. Dan Mami enggak mau cucu satu-satunya Mami di asuh sama wanita tak beretika itu. Dia itu wanita murahan, apa coba yang bisa dia ajarkan pada Reina?!!”

Dengan deruan nafas yang menggebu karena rasa kesal yang menyesakkan dada. Mami Susan langsung terbang dari Malaysia ke Jakarta. Ia tak ingin terlambat. Ia mengira kalau Moreno tak tahu tentang asal-usul Cecil sebenarnya.

“Mam.... Moreno melakukan ini demi Reina! Moreno tak ada pilihan lain karena hanya saat bersama dengan Cecilia saja Reina bisa seceria seperti sekarang. Mama bisa melihatnya sendiri kan?” jelas Reno.

“Mami akan mencarikan wanita lain yang jauh lebih pantas untuk menjadi istri kamu dan menjadi mamanya Reina. Bukan wanita murahan seperti dia!”

“Mam please! Jangan membuat semuanya menjadi sulit. Tak akan ada yang tahu kalau Cecil itu bukan wanita..._”

“Tapi Mami tahu Moreno Dava Mahendra!! Dan Mami enggak setuju!” potong mami Susan.

Mami Susan terus mendesak Moreno untuk tidak membiarkan Cecilia tinggal di rumahnya. Ia tak bisa memberikan hak asuh Reina ke tangan wanita yang profesinya adalah seorang pelacur.

“Mau kamu yang mengusirnya atau Mami?” tegas mami Susan.

Moreno bingung tak tahu harus melakukan apa?!!

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status