Share

Senjata Paling Ampuh

“Kalau Mami bisa mencarikan wanita yang akan mampu menggantikan posisi Cecilia di hati Reina, silakan! Bawa dia ke hadapan Reno dan saat itu juga Reno akan menyuruh Cecilia untuk pergi! Tapi jika Mami tak bisa mendapatkannya, maka Cecilia akan tetap di sini meski dia adalah seorang mucikari sekali pun!”

Diam, itulah yang dilakukan oleh mami Susan. Ia baru akan mencari dan belum yakin akan bisa menemukan wanita yang cocok dengan Reina seperti Cecilia.

“Aku sayang sama Reina dan satu-satunya alasan kenapa aku masih bertahan dengan hidupku hingga sampai saat ini adalah dia. Dan mungkin untuk ke depannya juga begitu. Kalau ada apa-apa dengan Reina, maka akan ada apa-apa juga dengan diriku!” tegas Moreno.

Mendadak tenggorokan mami Susan terasa sangat kering. Lidahnya menjadi kelu dan suaranya tercekik di kerongkongan. Ingatan akan lima tahun lalu pun kembali berputar di dalam benaknya.

Lima tahun lalu, tepatnya saat Reina baru saja dilahirkan yang bertepatan juga dengan kepergian istrinya. Moreno hampir saja mengakhiri hidupnya.

Moreno merasa sangat putus asa dan memilih untuk ikut pergi bersama dengan istrinya ke alam baka dengan meminum racun.

Kalau bukan tangisan Reina yang begitu memilukan, mungkin Moreno tak akan pernah sadar kembali. Ia akan meninggal tepat setelah istrinya dimakamkan.

“Reno harus ke kantor. Reno enggak ada waktu untuk membahas hal ini,” ucap Moreno sebelum ia meninggalkan kamar maminya.

“Dan harus Mami ingat! Jangan menunjukkan rasa tidak suka Mami pada Cecil, di depan Reina! Mami tahu kan Reina itu cerdas dan dia juga peka. Jangan membuat dia sedih dengan rasa tidak suka Mami pada wanita yang sangat disayanginya.”

Sebelum benar-benar pergi dari kamar maminya, Moreno sempatkan diri untuk memberi peringatan agar maminya tahu bagaimana harus bersikap.

“Reno pergi! Reno sudah harus berangkat ke kantor.” Meski tak suka dengan sikap maminya, Moreno tetap menjunjung tinggi kesopanannya terhadap orang tua.

Selepas kepergian putranya, mami Susan barulah bisa bernafas dengan lega. Ia membuang nafasnya sambil memejamkan kedua bola mata berharap akan bisa menemukan ketenangan.

Mami Susan masih memejamkan matanya saat ponsel di atas nakasnya berdering dengan santer.

“Siapa sih yang pagi-pagi begini sudah menelepon,” gerutunya.

Saat melihat nama seseorang di layar ponselnya, mami Susan pun langsung tersenyum.

Di dalam hatinya ada harapan yang dirasa mami Susan hampir tak ada.

“Apakah ini petunjuk dari Tuhan? Apakah Tuhan ingin mengirimkan seseorang yang memang tepat untuk Reno dan Reina,” gumamnya sambil menggeser layar ponselnya.

“Hallo Tante!” sapa seseorang di seberang telepon.

“Hallo sayang!”

“Tante maaf ya pagi-pagi begini aku sudah menelepon. Habis aku bingung mau hubungin siapa lagi. Soalnya di Jakarta ini kan hanya keluarga Tante saja yang aku kenal.”

“Di Jakarta? Kamu ada di Jakarta?”

“Iya Tante, aku baru saja tiba di Jakarta dan baru saja sampai di Bandara.”

“Aduh Tante seneng banget deh dengernya! Kenapa? Ada apa telepon Tante? Apa kamu butuh bantuan?”

Seseorang di seberang telepon itu adalah wanita cantik. Dia tampak tersenyum mendengar keramahan yang diberikan oleh mami Susan pada dirinya.

“Aduh jadi enggak enak deh!” ungkapnya dengan perasaan malu-malu.

“Kenapa harus enggak enak! Kamu butuh bantuan apa?” 

“Begini Tante, bisa enggak sopir Tante jemput aku di Bandara? Dan kalau boleh, untuk sementara aku mau tinggal di rumah Tante sampai apartemen aku selesai di renovasi!”

“Boleh dong! Ya udah kalau gitu sekarang Tante suruh sopir untuk jemput kamu ya.”

“Aduh makasih banyak ya Tante! Maaf kalau aku ngerepotin.”

Jessica adalah adik dari Tatiana. Dan Tatiana adalah mantan kekasih Moreno sebelum Moreno menikah dengan almarhum istrinya.

Tatiana sendiri sudah meninggal. Dan gara-gara Tatiana meninggal, Moreno sempat menjadi pria dingin yang hatinya tidak tersentuh kecuali oleh Rania wanita yang menjadi istrinya.

Sudah jelas apa yang menjadi harapan bagi mami Susan atas kehadiran Jessika yang tiba-tiba ini. Ia merasa Tuhan sangat baik padanya karena mengirimkan Jessika di tengah-tengah kerisauannya tentang Cecilia.

Mami Susan terlalu peka, ia bisa melihat rasa suka yang tergambar di wajah Jessika pada Moreno. Perhatian yang Jessika berikan untuk putranya saat putranya berada dalam masa terpuruk menambah keyakinan dirinya soal perasaan suka yang ada di dalam diri Jessika.

Buru-buru mami Susan mengejar Moreno. Ia tak ingin sopir yang menjemput Jessy dari Bandara. Dengan alasan menghargai kebaikan Jessy, mami Susan akan memaksa Moreno untuk menjemput Jessy.

“Ren! Moreno....” teriak mami Susan saat melihat Reno sudah pamit pada Reina yang ditemani oleh Cecil -mengantarnya ke teras depan.

“Iya Mam!” sahut Moreno.

“Jessika sudah sampai di Jakarta!” Dengan sengaja ingin Reina mendengar, mami Susan sampai berteriak mengatakan tentang Jessika.

“Tante Jessy, Oma?”

“Iya sayang, Tante Jessy! Kamu enggak lupa kan?”

Gadis kecil itu menggeleng. Ia lalu dibawa ke dalam gendongan oleh mami Susan dan di ajak menghampiri Moreno lalu meninggalkan Cecilia.

Mami Susan mengarang cerita tentang Jessy yang bingung karena tak ada yang menjemputnya di bandara. Mami Susan juga menceritakan tentang Jessy yang butuh tempat tinggal selama ia berada di Jakarta.

“Ren kamu jemput Jessy dulu ke bandara, bisa kan?”

“Ck... Sama sopir aja! Reno harus ke kantor.”

“Kamu kok gitu sih Ren?! Tuh sayang kamu lihat sendiri kan, Papa kamu enggak mau jemput Tante Jessy!”

Menggunakan Reina sebagai alat untuk memaksa Moreno memang adalah senjata paling ampuh.

“Papa jemput Tante Jessy di bandara ya? Reina kangen sama Tante Jessy.”

“Tapi kan Papa mau ke kantor, Nak! Di jemput sama Pak sopir aja ya tante Jessy-nya?”

Reina si pintar sudah akan mengangguk, tapi omanya dengan sangat sengaja memasang ekspresi sedih agar Reina memaksa Moreno.

“Ya sudah kalau kamu enggak mau. Biar Mami suruh sopir. Paling juga nanti Mami enggak enak sama orang tuannya Jessy karena kamu enggak mau jemput dia!”

Reina menoleh ke arah omanya dan melihat omanya yang sedang lebay bersandiwara.

“Papa jemput tante Jessy ya! Kasihan Oma jadi sedih gara-gara Papa enggak mau jemput tante Jessy.”

Permintaan putrinya adalah perintah baginya. Tentu saja Moreno tak bisa menolaknya.

“Ya udah iya.... Reno akan jemput Jessika!” ucap Moreno dengan perasaan sedikit gondok.

“Makasih Papa udah bikin Oma enggak sedih lagi.” Gadis kecil itu berucap ketika di wajah omanya terukir senyuman puas.

“Ya udah kalau gitu, Papa berangkat jemput tante Jessy ya. Kamu baik-baik di rumah dan jangan lupa minum obat,” pesan Moreno sambil mengelus rambut putrinya.

“Reina enggak akan lupa minum obat, karena Reina kan sudah punya mama Cecil sekarang!”

Moreno hanya tersenyum mendengar ucapan Reina. Sedangkan mami Susan benar-benar merasa kalau cucunya telah ditipu dan diperdaya oleh Cecil untuk bisa mendapatkan Moreno.

‘Jangan harap kamu akan bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kamu inginkan,' ucap mami Susan di dalam hatinya. ‘Akan aku pastikan wanita murahan itu diusir dengan sangat hina oleh Moreno dari rumah ini.’

Bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status