“Kalau Mami bisa mencarikan wanita yang akan mampu menggantikan posisi Cecilia di hati Reina, silakan! Bawa dia ke hadapan Reno dan saat itu juga Reno akan menyuruh Cecilia untuk pergi! Tapi jika Mami tak bisa mendapatkannya, maka Cecilia akan tetap di sini meski dia adalah seorang mucikari sekali pun!”
Diam, itulah yang dilakukan oleh mami Susan. Ia baru akan mencari dan belum yakin akan bisa menemukan wanita yang cocok dengan Reina seperti Cecilia.
“Aku sayang sama Reina dan satu-satunya alasan kenapa aku masih bertahan dengan hidupku hingga sampai saat ini adalah dia. Dan mungkin untuk ke depannya juga begitu. Kalau ada apa-apa dengan Reina, maka akan ada apa-apa juga dengan diriku!” tegas Moreno.
Mendadak tenggorokan mami Susan terasa sangat kering. Lidahnya menjadi kelu dan suaranya tercekik di kerongkongan. Ingatan akan lima tahun lalu pun kembali berputar di dalam benaknya.
Lima tahun lalu, tepatnya saat Reina baru saja dilahirkan yang bertepatan juga dengan kepergian istrinya. Moreno hampir saja mengakhiri hidupnya.
Moreno merasa sangat putus asa dan memilih untuk ikut pergi bersama dengan istrinya ke alam baka dengan meminum racun.
Kalau bukan tangisan Reina yang begitu memilukan, mungkin Moreno tak akan pernah sadar kembali. Ia akan meninggal tepat setelah istrinya dimakamkan.
“Reno harus ke kantor. Reno enggak ada waktu untuk membahas hal ini,” ucap Moreno sebelum ia meninggalkan kamar maminya.
“Dan harus Mami ingat! Jangan menunjukkan rasa tidak suka Mami pada Cecil, di depan Reina! Mami tahu kan Reina itu cerdas dan dia juga peka. Jangan membuat dia sedih dengan rasa tidak suka Mami pada wanita yang sangat disayanginya.”
Sebelum benar-benar pergi dari kamar maminya, Moreno sempatkan diri untuk memberi peringatan agar maminya tahu bagaimana harus bersikap.
“Reno pergi! Reno sudah harus berangkat ke kantor.” Meski tak suka dengan sikap maminya, Moreno tetap menjunjung tinggi kesopanannya terhadap orang tua.
Selepas kepergian putranya, mami Susan barulah bisa bernafas dengan lega. Ia membuang nafasnya sambil memejamkan kedua bola mata berharap akan bisa menemukan ketenangan.
Mami Susan masih memejamkan matanya saat ponsel di atas nakasnya berdering dengan santer.
“Siapa sih yang pagi-pagi begini sudah menelepon,” gerutunya.
Saat melihat nama seseorang di layar ponselnya, mami Susan pun langsung tersenyum.
Di dalam hatinya ada harapan yang dirasa mami Susan hampir tak ada.
“Apakah ini petunjuk dari Tuhan? Apakah Tuhan ingin mengirimkan seseorang yang memang tepat untuk Reno dan Reina,” gumamnya sambil menggeser layar ponselnya.
“Hallo Tante!” sapa seseorang di seberang telepon.
“Hallo sayang!”
“Tante maaf ya pagi-pagi begini aku sudah menelepon. Habis aku bingung mau hubungin siapa lagi. Soalnya di Jakarta ini kan hanya keluarga Tante saja yang aku kenal.”
“Di Jakarta? Kamu ada di Jakarta?”
“Iya Tante, aku baru saja tiba di Jakarta dan baru saja sampai di Bandara.”
“Aduh Tante seneng banget deh dengernya! Kenapa? Ada apa telepon Tante? Apa kamu butuh bantuan?”
Seseorang di seberang telepon itu adalah wanita cantik. Dia tampak tersenyum mendengar keramahan yang diberikan oleh mami Susan pada dirinya.
“Aduh jadi enggak enak deh!” ungkapnya dengan perasaan malu-malu.
“Kenapa harus enggak enak! Kamu butuh bantuan apa?”
“Begini Tante, bisa enggak sopir Tante jemput aku di Bandara? Dan kalau boleh, untuk sementara aku mau tinggal di rumah Tante sampai apartemen aku selesai di renovasi!”
“Boleh dong! Ya udah kalau gitu sekarang Tante suruh sopir untuk jemput kamu ya.”
“Aduh makasih banyak ya Tante! Maaf kalau aku ngerepotin.”
Jessica adalah adik dari Tatiana. Dan Tatiana adalah mantan kekasih Moreno sebelum Moreno menikah dengan almarhum istrinya.
Tatiana sendiri sudah meninggal. Dan gara-gara Tatiana meninggal, Moreno sempat menjadi pria dingin yang hatinya tidak tersentuh kecuali oleh Rania wanita yang menjadi istrinya.
Sudah jelas apa yang menjadi harapan bagi mami Susan atas kehadiran Jessika yang tiba-tiba ini. Ia merasa Tuhan sangat baik padanya karena mengirimkan Jessika di tengah-tengah kerisauannya tentang Cecilia.
Mami Susan terlalu peka, ia bisa melihat rasa suka yang tergambar di wajah Jessika pada Moreno. Perhatian yang Jessika berikan untuk putranya saat putranya berada dalam masa terpuruk menambah keyakinan dirinya soal perasaan suka yang ada di dalam diri Jessika.
Buru-buru mami Susan mengejar Moreno. Ia tak ingin sopir yang menjemput Jessy dari Bandara. Dengan alasan menghargai kebaikan Jessy, mami Susan akan memaksa Moreno untuk menjemput Jessy.
“Ren! Moreno....” teriak mami Susan saat melihat Reno sudah pamit pada Reina yang ditemani oleh Cecil -mengantarnya ke teras depan.
“Iya Mam!” sahut Moreno.
“Jessika sudah sampai di Jakarta!” Dengan sengaja ingin Reina mendengar, mami Susan sampai berteriak mengatakan tentang Jessika.
“Tante Jessy, Oma?”
“Iya sayang, Tante Jessy! Kamu enggak lupa kan?”
Gadis kecil itu menggeleng. Ia lalu dibawa ke dalam gendongan oleh mami Susan dan di ajak menghampiri Moreno lalu meninggalkan Cecilia.
Mami Susan mengarang cerita tentang Jessy yang bingung karena tak ada yang menjemputnya di bandara. Mami Susan juga menceritakan tentang Jessy yang butuh tempat tinggal selama ia berada di Jakarta.
“Ren kamu jemput Jessy dulu ke bandara, bisa kan?”
“Ck... Sama sopir aja! Reno harus ke kantor.”
“Kamu kok gitu sih Ren?! Tuh sayang kamu lihat sendiri kan, Papa kamu enggak mau jemput Tante Jessy!”
Menggunakan Reina sebagai alat untuk memaksa Moreno memang adalah senjata paling ampuh.
“Papa jemput Tante Jessy di bandara ya? Reina kangen sama Tante Jessy.”
“Tapi kan Papa mau ke kantor, Nak! Di jemput sama Pak sopir aja ya tante Jessy-nya?”
Reina si pintar sudah akan mengangguk, tapi omanya dengan sangat sengaja memasang ekspresi sedih agar Reina memaksa Moreno.
“Ya sudah kalau kamu enggak mau. Biar Mami suruh sopir. Paling juga nanti Mami enggak enak sama orang tuannya Jessy karena kamu enggak mau jemput dia!”
Reina menoleh ke arah omanya dan melihat omanya yang sedang lebay bersandiwara.
“Papa jemput tante Jessy ya! Kasihan Oma jadi sedih gara-gara Papa enggak mau jemput tante Jessy.”
Permintaan putrinya adalah perintah baginya. Tentu saja Moreno tak bisa menolaknya.
“Ya udah iya.... Reno akan jemput Jessika!” ucap Moreno dengan perasaan sedikit gondok.
“Makasih Papa udah bikin Oma enggak sedih lagi.” Gadis kecil itu berucap ketika di wajah omanya terukir senyuman puas.
“Ya udah kalau gitu, Papa berangkat jemput tante Jessy ya. Kamu baik-baik di rumah dan jangan lupa minum obat,” pesan Moreno sambil mengelus rambut putrinya.
“Reina enggak akan lupa minum obat, karena Reina kan sudah punya mama Cecil sekarang!”
Moreno hanya tersenyum mendengar ucapan Reina. Sedangkan mami Susan benar-benar merasa kalau cucunya telah ditipu dan diperdaya oleh Cecil untuk bisa mendapatkan Moreno.
‘Jangan harap kamu akan bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kamu inginkan,' ucap mami Susan di dalam hatinya. ‘Akan aku pastikan wanita murahan itu diusir dengan sangat hina oleh Moreno dari rumah ini.’
Bersambung....“Abang?!”Jessica tampak sangat bahagia. Kedua bola matanya berbinar, hatinya bersorak dan jantungnya bertalu-talu ketika melihat lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama -datang menjemputnya.“Hai Jess....! Maaf ya nunggu lama!” ungkap Moreno. “Kalau tahu Abang yang jemput aku di sini, walau harus nunggu seabad pun aku rela, Bang!” ucap Jessica pelan.“Kenapa Jess?”“Hah?” “Eng-enggak apa-apa kok, Bang!” jawab Jessica gugup. “Abang sedikit telat pasti karena jalanan ibukota yang selalu macet kan?”Moreno mengangguk lalu menyuruh sopir untuk membawakan barang-barang Jessi yang sudah seperti mau pindah rumah.Setelah koper dari tangannya diambil alih oleh sopir Moreno, Jessika yang kegirangan karena dijemput oleh Moreno pun langsung saja mengaitkan tangannya tanpa ragu ke tangan Moreno.Dengan kelakuan sok manja Jessi bergelayut pada lelaki yang tak bisa menepis tangan Jessi tersebut.Moreno masih menghargai permintaan dari almarhum mantan kekasihnya yang berna
“Mam bisa bicara sebentar!” tahan Moreno akan langkah maminya yang sudah membawa Jessi pergi. “Bentar ya Jess!” ucapcan Moreno pada Jessica.Jessica menganggukkan kepalanya. “Iya Bang!” balasnya.Moreno lalu membawa maminya sedikit menjauh dari Jessica. Ia harus memastikan kalau rahasia siapa Cecil sebenarnya tidak akan bocor pada siapa pun.“Kenapa sih Ren, kamu narik-narik Mami kayak gini?” tanya Mami Susan heran.“Mam... Reno minta sama Mami untuk tidak mengatakan apa pun tentang Cecil. Baik itu pada Jessica atau pada yang lainnya.”Mami Susan mengira jika Moreno sudah dibutakan oleh cintanya pada Cecilia sehingga Moreno meminta ia untuk menutup mulutnya.“Kenapa? Kamu takut orang-orang akan menggunjing tentangnya yang adalah seorang wanita murahan? Kamu khawatir Cecilia akan terluka karenanya?”Tentu bukan Cecilia yang membuatnya khawatir. Moreno justru khawatir Reina yang akan mendengarnya dan Reina akan menjadi ejekan teman-temannya kalau sampai identitas Cecil sebenarnya terseb
Selesai sudah pekerjaan Cecil malam ini. Reina sudah tertidur dan kini saatnya untuk Cecil kembali ke kamarnya. Ia merapikan selimut Reina lalu mengecup kening gadis kecil yang mulai mewarnai dengan indah hari-harinya.Namun, saat ia membalik badannya, ia cukup terkejut melihat seseorang yang juga sudah terlelap dengan tubuh bersandar pada sandaran sofa.“Kapan dia masuk ke sini?” tanya Cecil pelan karena takut membangunkannya.Tak banyak bicara lagi, Cecil yang mengira kalau saat ini Moreno memang sengaja ingin bersama dengan putrinya pergi meninggalkan kamar Reina tanpa dia membangunkan Reno terlebih dahulu.Setiap tiga jam sekali, Cecilia menjadwalkan dirinya sendiri untuk menengok Reina yang tengah tidur di kamarnya. Padahal itu tidak diperintahkan oleh Moreno padanya.Hanya saja kejadian di malam itu, ketika Reina tiba-tiba saja mimisan –membuat Cecil merasa kalau ia harus lebih sering mengecek keadaan Reina. Karena inti dari pernikahan yang sudah dilakukannya dengan Moreno itu a
“A-a-ah....” Moreno sengaja menekan dengan kuat tangan Cecilia saat ia menyadari pandangan Cecil terlalu dalam menatap wajahnya.“Kenapa? Sakit?”Cecilia mengangguk.“Makanya jaga mata dan pikiran kamu. Jangan melihat apa yang tak seharusnya kamu lihat!” seru Moreno.Bibir Cecilia mengerucut. Ia sendiri sadar kalau dirinya sempat terbuai oleh perhatian palsu yang dibuat oleh Moreno. Demi membuat Reina yakin bahwa mereka tidak sedang bertengkar, Moreno sampai terpaksa berpura-pura sayang dan perhatian pada Cecil.“Apa masih sakit?” tanya Moreno.“Udah enggak,” jawab Cecil.“Okay karena tangan Mama Cecil udah enggak sakit lagi, sebaiknya kamu tidur lagi ya sayang? Ini masih malem lho. Baru jam tiga pagi,” bujuk Moreno pada Reina.Putri kecilnya mengangguk, tapi ada permintaan yang cukup membuat Moreno dan Cecilia kebingungan.“Aku mau tidur lagi kalau Mama sama Papa tidur di sini nemenin aku!” ucapnya.Cecilia langsung menoleh ke arah Moreno berharap Moreno memiliki alasan yang akan bi
“Maaf...” lirih Cecil.Ia hanya menundukkan kepalanya dengan air mata yang coba ia tahan. Jika biasanya ia tak pernah sesedih ini dan sesakit ini setiap kali Moreno memarahinya. Lain halnya dengan saat ini. Cecilia merasa benar-benar tak sanggup mendengar omelan Moreno karena ia takut kalau ia telah benar-benar melakukan sebuah kesalahan besar.“Maaf...!! kamu bilang maaf? Apa kalau terjadi sesuatu sama Reina kata maaf kamu akan mampu mengatasinya?” dengan penuh rasa kesal Moreno terus mencecar Cecil.“Saya tidak tahu apa kesalahan saya. Saya tidak tahu apa yang sudah saya lakukan, yang membuat Reina berada dalam bahaya.” Suara Cecil terdengar parau. Moreno memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tenang. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hati Moreno bisa memaklumi jika Cecilia belum tahu banyak tentang apa yang berbahaya bagi Reina. Hanya saja ada sesuatu di dalam hatinya yang memaksa Moreno untuk marah pada Cecil. Moreno sendiri tak tahu kenapa hal yang seharusnya menjadi peringatan unt
Jarak yang semakin banyak terkikis itu membuat Cecil merasa oksigen di sekitarnya hilang entah ke mana. Cecil merasa sesak karena harus menahan nafas seiring dengan bibir Moreno yang kian mendekati bibirnya.‘Cecil jangan diam saja! Kamu harus menghindar kalau kamu tak ingin mendapat makian lagi dari Pak Moreno,’ batin Cecil.Hatinya terus mengatakan untuknya menghindar, tapi sayang tubuhnya tak mau menuruti apa yang diperintahkan oleh hati dan akalnya.Cecil masih berdiri diam membiarkan Moreno semakin mendekatkan wajahnya. Tatapan Moreno begitu sangat lembut. Merangkum setiap apa yang ada di dalam wajah Cecilia.Debaran jantung Cecil semakin melantang. Tubuhnya membeku dan mematung, terhipnotis oleh sikap Moreno.Bukk....Tas yang sedang sama-sama dipegang oleh mereka jatuh –membuat Moreno sadar dari apa yang hampir saja dilakukannya.“Ehemm....”Moreno berdehem. Dan untuk membuang rasa canggung yang seketika menghampiri dirinya Moreno pun langsung menyodorkan minyak urut pada Ceci
Wilson benar-benar telah siap dengan semua rencananya. Ia bahkan sudah mendatangkan media untuk sesegera mungkin mengklarifikasi tentang kabar Moreno yang tertangkap basah sedang tidur dengan seorang wanita yang diduga adalah seorang pelacur.“Habislah kau Moreno!” ucap Wilson penuh keyakinan.Wilson merogoh ponsel dari dalam saku celananya. Ia menghubungi seseorang yang akan bisa membuat rencananya berhasil dengan sempurna.Sebelum kabar panas Moreno tersebar, Wilson terlebih dahulu datang ke rumah Cecil untuk bertemu dengan ayah Cecil. Wilson menawarkan uang yang tak sedikit untuk bisa membuat ayahnya mengakui bahwa Cecil itu adalah putrinya yang sudah ia jual ke sebuah rumah bordil milik Tuan Tanu.“Apa Anda sudah siap?” tanya Wilson.“Saya mau meminta tambahan. Uang yang Anda tawarkan pada saya itu kurang banyak.”“Jangan main-main sama saya!” ancam Wilson. “Saya bisa melakukannya dengan sangat kasar jika Anda tidak menepati janji Anda.”“Ayolah, Anda pasti sangat membutuhkan kesa
“Dia....” Ayah Cecilia tampak ragu-ragu untuk mengatakan siapa sebenarnya Cecil.Bukan hanya karena takut pada Moreno, tapi raut wajah Cecilia yang kali ini terlihat sangat cemas berhasil menyentuh hatinya.“Dia siapa Pak? Apa benar dia adalah putri Anda yang sudah tega Anda jual?” Tak sabar ingin mendengar pengakuan dari ayah Cecilia, seseorang sampai berteriak cukup keras agar ayah Cecilia meneruskan ceritanya.'Aku mohon jangan katakan apa pun, Pa! Jangan sampai Pak Moreno mengambil langkah yang akan membuat Papa menyesal akhirnya,' ucap Cecil di dalam hatinya.Cecil bukan hanya mencemaskan dirinya saja, tapi ia jauh lebih mencemaskan papanya yang mungkin akan melakukan kesalahan besar yang tak akan pernah Moreno maafkan jika sampai ia mengatakan kejujuran yang seharusnya tidak papanya katakan.Cecilia kini percaya dengan semua yang dikatakan oleh Moreno. Ucapannya tentang penjebakkan yang sudah ditujukan pada dirinya itu memang benar adanya. Bahkan orang itu sampai berhasil mempe
Mau sehebat apa pun Cecilia berusaha, tetap saja bukan hal yang mudah untuknya bisa mengingat apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Moreno.Selain tanda merah yang mewarnai sekujur tubuhnya tak ada lagi yang bisa Cecilia jadikan petunjuk.“Semalam aku pasti sudah menggodanya. Dan pria mana pun mana tahan kalau aku goda?! Benar-benar sangat memalukan!” umpat Cecil menyesali kebodohannya.“Seharusnya semalam itu aku tidak mabuk agar aku tidak melakukan kesalahan yang fatal seperti ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan. Bagaimana aku akan bisa bertemu dengan Pak Moreno setelah apa yang aku lakukan padanya tadi malam.“Tapi tunggu, kenapa Pagi ini Pak Moreno terlihat sangat manis? Dia menyapaku dengan begitu lembut seperti seseorang yang tidak sedikit pun merasa terganggu dengan kehadiranku di kamarnya.”Cecilia terus saja bicara sendiri sambil memantaskan dirinya di depan cermin.Cecilia sangat
“Jangan pernah menyesalinya...”Moreno lalu menenggelamkan wajah pada wajah cecilia. Ia melumat habis bibir Cecil yang terasa manis bagaikan madu.Moreno mulai merakus dan egois. Ia berpikir bahwa apa yang terjadi malam ini akan disesali oleh Cecil esok hari. Tapi ia tak peduli dengan itu.“Kamu tahu, apa yang membuat aku kacau hari ini?” tanya Moreno saat ia sudah menarik bibirnya dari atas bibir Cecil.Sengaja ia membuat jarak antara wajah mereka demi bisa melihat bagaimana ekspresi Cecil saat mendengar jawabannya nanti.“Apa?” jawab Cecil tak sabar ingin Moreno kembali melanjutkan serangannya.Moreno mengangkat tangannya. Ia belai wajah Cecil yang sangat mirip dengan Rania, tapi saat ini Moreno tidak sedang menganggapnya Rania.“Hari ini aku merasa kacau karena ulahmu. Karena kamu mengatakan siapa itu Dito dan apa yang sudah dilakukannya terhadap dirimu!” jawab Moreno.“A
“Hal romantis lainnya?”Cecilia semakin menengadahkan wajahnya membuat bibirnya yang terlihat manis makin jelas terlihat.“Ya... Ada banyak hal romantis yang sering kami lakukan setiap kali salah satu dari kami sedang merasa sedih atau hati kami kacau karena sesuatu hal,” balas Moreno.Beberapa saat mereka hanya diam dan saling memandang. Mencoba menyelami perasaan masing-masing. Lalu, sedetik kemudian Moreno menempelkan bibirnya tepat di atas bibir Cecil.Moreno mencium lembut bibir Cecil. Dan Cecil memejamkan matanya tangannya yang tersampir di bahu Moreno mengepal kuat, menahan diri untuk tidak membalas.Sadar Cecilia tak membalasnya seperti tadi ketika mereka melakukannya di pesta pak Guntur, Moreno pun lalu menarik bibirnya.Ia membuka matanya dan menemukan Cecilia juga memejamkan mata seperti dirinya.“Ini hanya permulaan, permulaan dari banyaknya hal romantis yang sering saya lakukan bersama dengan
Cecilia merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah lebih dulu ia melihat keadaan Reina yang sudah terlelap.Tangannya ia simpan di atas dada. “Hati, hari ini kamu pasti sangat lelah kan? Berkali-kali kamu dibuat terkejut.”Tangannya lalu mengusap dadanya sambil ia memejamkan mata berharap rasa kantuk akan segera menghampirinya dan mengakhiri hari yang sangat mendebarkan ini.“Apa maksudnya Pak Reno bercanda seperti tadi. Dia meminta aku berjanji seperti janji yang sudah aku buat saat Dito memberiku harapan. Saat aku merasa gugup karena ucapannya dia malah langsung marah dan meninggalkan aku sendirian di dalam mobil. Benar-benar sangat aneh!”Jika Cecil langsung masuk ke dalam kamarnya dan berharap akan segera mengantuk lalu pergi tidur, lain halnya dengan Moreno. Saat ini Moreno merasa benar-benar sangat gelisah.Bagaimana bisa ia terus memikirkan Cecil dan Dito yang pernah tidur bersama. Ditambah lagi, Dito itu adala
Acara pesta malam ini sebenarnya masih belum selesai, tapi rasa cemburu yang membakar diri Moreno membuat Moreno memutuskan untuk lebih dulu pulang dengan alasan Reina di rumah sendirian.Di sepanjang perjalanan pulang, Moreno hanya terdiam tak bicara. Hal itu tentu membuat Cecil bingung karena tak tahu apa alasan dari diam dan marahnya Moreno padanya dirinya.“Pak...” panggil Cecil tak ingin kesunyian menemani perjalan pulang mereka.Moreno hanya menoleh untuk menjawab panggilan Cecil. “Bapak kenapa hanya diam saja? Apa saya sudah melakukan kesalahan?” tanya Cecil yang tak ingin menebak-nebak tentang alasan dari diamnya Moreno saat sedang bersama dengannya.Moreno masih tak membuka mulutnya, ia masih terdiam dan hanya membiarkan Cecil menunggu ia membuka mulutnya.“Kalau Bapak marah sama saya gara-gara Dito, saya minta maaf! Tapi saya bisa pastikan bahwa dia tidak akan membocorkan siapa saya sebenarnya.”Karena Moreno tak kunjung bicara apa yang membuat dirinya marah, Cecilia pun a
Musik pengiring dansa gelombang kedua sudah dimainkan. Tangan Dito sudah merangkul pinggang Cecilia dengan tatapan mata penuh cinta yang ia berikan pada wanita yang seharusnya menjadi miliknya itu.Tangan Cecilia juga sudah tersampir di bahu Dito. Tatapannya ia tundukkan. Tak berani ia melihat ke arah pria pertama yang mencicipi tubuhnya.“Jangan terlalu tegang seperti itu,” kata Dito. “Semua orang akan curiga kalau kamu memasang wajah tegang!”Cecilia menengadah kedua bola matanya bertemu dengan manik mata coklat terang milik Dito.Ingatan Cecil kembali pada satu tahun lalu, di mana ia yang masih gadis harus tidur dengan Dito yang telah membeli tubuhnya.***Satu tahun lalu, di sebuah kamar rumah bordil milik Tuan Tanu.“Jadi kamu masih perawan?” dengan nafas tersengal karena kabut nafsu menyelimuti dirinya –Dito pun melayangkan pertanyaan pada wanita yang tubuhnya sedang ia tindih.“Ka-mu yang per-tama!” jawab Cecil.“Jadi inilah alasannya kenapa harga tubuhmu bisa sepuluh kali lipa
“Pak... kita mau apa naik ke lantai dansa?”Cecilia cukup terkejut saat Moreno membawa langkahnya untuk terus maju ke tengah-tengah para tamu yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing.“Biar kamu enggak mengantuk lagi!” jawab Moreno berbisik di telinga Cecil.“Tapi Pak...”“Tapi apa? Jangan bilang kalau kamu enggak bisa berdansa!”Moreno sudah membawa tubuh Cecilia dari samping ke hadapannya. Kedua tangan Moreno juga sudah terulur dan meraih pinggang Cecil.Debaran jantung Cecilia mulai bertalu-talu. Darahnya berdesir semakin cepat dan hatinya merasa sangat hangat saat tangan Moreno menyentuh pinggangnya dan membuat jarak antara mereka banyak terkikis.Hatinya yang sempat kacau gara-gara Dito, kembali damai dan tenang. Ajakan Moreno turun ke lantai dansa benar-benar sangat ampuh mengobati perasaannya porak poranda setelah bertemu kembali dengan pria yang pernah memberinya har
“Kamu di sini?”Suara pria yang cukup dikenalnya terdengar jelas di telinga Cecilia. Membuat Cecilia tersedak makanan yang sedang dikunyahnya.Melihat Cecilia sangat terkejut hingga tersedak, bahkan baru hanya ia mendengar suaranya saja. Sang pria langsung merasa sangat khawatir. Ia bergegas mengambilkan air untuk Cecil agar meminumnya.“Minumlah...! kenapa kamu tidak pelan-pelan dan berhati-hati saat sedang makan?”Cecilia mendongak untuk melihat dengan jelas wajah pria yang sedang mengajaknya bicara. Dan ia merasa sangat terkejut ketika tebakannya akan pria itu benar.“Kamu? di sini?” seru Cecil.“Kenapa? Kamu terkejut?” tanya balik pria itu pada Cecil.Namanya Anandito, biasa dipanggil Dito. Dia adalah pria bertuxedo maroon yang dari tadi sempat mencuri-curi pandang pada Moreno. Dan ternyata Dito itu mengenal Cecil, Cecil juga mengenal Dito.Pernah tidur dengan Cecilia dan menjadi pelanggan pertama Cecil, Dito merasa sangat
Pilihan gaun dari Moreno tampaknya tidak begitu di sukai oleh Cecilia. Bagaimana tidak, Cecilia memakai gaun pesta tanpa lengan tapi Moreno meminta Herna untuk memberi Cecil Outer dengan alasan ia tak ingin Cecil merasa kedinginan.Cecilia pun memberengut kesal. Ia tak mau menoleh ke arah Moreno apalagi mengajaknya untuk bicara. Cecil ingin memprotes tindakan Moreno, tapi ia takut Moreno tak terima dan malah akan kembali menghina dirinya.Cecil sudah merasa sangat nyaman dengan sikap Moreno yang tak pernah menyebutnya wanita murahan lagi. Ia takut kalau ia jujur bilang bahwa dirinya merasa tak nyaman dengan penampilanya sekatrang Moreno akan berpikir bahwa wanita macam Cecil memang selalu ingin jadi perhatian para pria.“Kenapa kamu hanya diam saja? Kamu takut ya sama saya karena kamu ketahuan berbohong?”Cecilia menggeleng tanpa menoleh ke arah Moreno. Rasa takutnya karena ketahuan berbohong telah berganti dengan rasa kesal yang menyeli