“Abang?!”
Jessica tampak sangat bahagia. Kedua bola matanya berbinar, hatinya bersorak dan jantungnya bertalu-talu ketika melihat lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama -datang menjemputnya.
“Hai Jess....! Maaf ya nunggu lama!” ungkap Moreno.
“Kalau tahu Abang yang jemput aku di sini, walau harus nunggu seabad pun aku rela, Bang!” ucap Jessica pelan.
“Kenapa Jess?”
“Hah?”
“Eng-enggak apa-apa kok, Bang!” jawab Jessica gugup. “Abang sedikit telat pasti karena jalanan ibukota yang selalu macet kan?”
Moreno mengangguk lalu menyuruh sopir untuk membawakan barang-barang Jessi yang sudah seperti mau pindah rumah.
Setelah koper dari tangannya diambil alih oleh sopir Moreno, Jessika yang kegirangan karena dijemput oleh Moreno pun langsung saja mengaitkan tangannya tanpa ragu ke tangan Moreno.
Dengan kelakuan sok manja Jessi bergelayut pada lelaki yang tak bisa menepis tangan Jessi tersebut.
Moreno masih menghargai permintaan dari almarhum mantan kekasihnya yang bernama Tatiana. Dia pernah meminta pada Moreno untuk menjaga adiknya tersebut dan hal itulah yang membuat Moreno membiarkan saja Jessi menggelayuti dirinya.
Jika saat ini Moreno sedang merasa risi atas kelakuan Jessi. Lain halnya dengan Cecilia yang mulai sadar akan sikap ibu mertuanya.
Di awal pertemuan dirinya dengan wanita paruh baya itu. Rasanya Cecil bisa menemukan sosok seorang ibu seperti mamanya dalam diri mami Susan. Tapi kali ini itu tak ia temukan lagi.
Mami Susan memanggilnya ke ruang tengah rumah besar Moreno untuk membicarakan hal yang sangat serius. Mami Susan bahkan menyuruh Reina untuk sebentar bermain dengan pembantunya agar ia bisa dengan leluasa bicara pada Cecil.
“Duduk!!” suruh mami Susan dengan sangat ketus.
Cecilia pun mengambil duduk di atas sofa yang sudah diduduki oleh mami Susan. Tatapan antara benci dan jijik dari ibu mertuanya bisa Cecil rasakan. Membuat Cecil merasa bingung karena tak biasanya tatapan seperti itu mami Susan berikan padanya.
“Siapa kamu sebenarnya?”
“Maksud Mami apa?” tanya Cecil.
“Enggak usah sok polos enggak tahu apa maksud saya! Kamu bilang saja siapa kamu dan apa tujuan kamu sebenarnya mendekati putra dan cucu saya?”
Cecilia menelan Saliva untuk membasahi tenggorokannya yang dirasa mulai kering. Bahkan dahinya juga mulai berkeringat karena merasa gerah dengan sikap yang ditunjukkan oleh mami Susan terhadapnya.
“Saya tahu kamu siapa? Kamu itu adalah seorang pelacur kan? Dan kamu pasti sengaja menjebak anak saya. Kamu gunakan wajah kamu yang mirip dengan wajah menantu saya untuk bisa mengambil hati Moreno dan Reina agar kamu bisa menguasai semua harta Moreno. Benar kan?”
Cecilia masih diam. Ia masih menghargai wanita yang ada di hadapannya sebagai orang tua. Ia tak mengambil hati ucapan mami Susan yang menghina dirinya.
“Pergi kamu dari rumah ini! Jangan kamu buat rumah ini menjadi kotor dengan diri kamu yang kotor. Bagi saya seorang pelacur seperti kamu tidak akan pernah pantas untuk dicintai. Kamu itu adalah perusak, perusak rumah tangga orang dan juga hidup orang lain. Tidak ada sedikit pun nilai positif dalam diri seseorang seperti kamu. Jadi pergi dari sini sebelum saya melakukan hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya.”
Entah apa yang akan dilakukan oleh mami Susan padanya, tapi yang jelas Cecil merasa kalau tak perlu menjelaskan atau pun membantah apa yang dikatakan oleh wanita yang sudah menjadi ibu mertuanya.
Mami Susan tahu kalau Moreno tidak akan bisa mengusir Cecilia. Dan ia juga tahu kalau Moreno tidak akan bisa mencintai wanita lain kalau Moreno sudah jatuh cinta. Pada akhirnya Mami Susan pun lancang melangkahi Moreno dengan dirinya mencoba untuk mengusir Cecilia tanpa sepengetahuan Moreno.
Mami Susan berharap Cecilia akan mengerti dan memutuskan untuk pergi meski ia tahu kalau hal itu sedikit mustahil untuk dilakukan oleh Cecilia.
Menurut Mami Susan wanita murahan seperti Cecil akan sedikit sulit untuk diajak kompromi. Urat malunya sudah putus dan bahkan tak memiliki harga diri lagi.
"Sekarang bilang sama saya, berapa uang yang kamu inginkan. Akan saya berikan sama kamu.”
Cecilia masih diam. Ia tahu hal seperti ini pasti akan terjadi dalam hidupnya. Orang tidak akan percaya pada wanita seperti dirinya. Sudah pasti tuduhan materialistis akan datang padanya saat menikah dengan seseorang. Baik pernikahan itu dilandasi oleh sebuah cinta atau pun pernikahan yang hanya sebuah formalitas saja.
“Mami.... Reina!” suara bariton Moreno yang memanggilnya membuat mami Susan terpaksa harus mengakhiri pembicaraannya dengan Cecilia meski sebenarnya ia masih merasa belum puas menceramahi Cecil.
“Pikirkan baik-baik, kamu mau pergi dengan sendirinya dari rumah ini atau mau saya yang mengusir kamu dengan cara yang kejam?” tegas mami Susan sebelum ia pergi meninggalkan Cecil di ruang tengah.
“Iya Ren!”
Kemudian mami Susan menyahuti panggilan putra kesayangannya yang sudah datang bersama dengan seorang wanita yang menurut mami Susan adalah wanita yang sangat pantas untuk menjadi istri dari Moreno juga ibu untuk cucunya.
“Reina... Coba lihat, siapa itu yang datang?” tunjuk mami Susan pada Jessica.
“Tante Jessi!” seru gadis kecil itu berlari menghampiri Jessi yang memang cukup dekat dengannya.
Jessica melebarkan kedua tangannya untuk menyambut Reina ke dalam pelukannya. Ia bahkan sampai berlutut untuk bisa sejajar dengan tubuh Reina yang kecil.
“Aku kangen lho sama Tante!” ucap Reina.
“Iya nih Tante juga kangen sama kamu. Mulai sekarang kamu enggak akan kesepian lagi karena Tante akan menginap cukup lama di rumah kamu. Boleh kan?”
“Tante mau menginap di rumah aku?” tanya Reina menjauhkan wajahnya dari Jessica.
Jessica mengangguk dan tersenyum. “Iya Tante Jessi akan menginap di sini dan kita bisa tidur bersama lagi.”
Si cantik Reina menggelengkan kepalanya. Membuat Jessica bingung tak mengerti. “Kenapa? Reina enggak mau tidur sama Tante lagi?”
“Maaf ya Tante, aku enggak bisa tidur sama Tante. Soalnya sekarang mama aku sudah pulang kerjanya jadi aku tidurnya sama mama aku.”
Ucapan gadis kecil yang masih polos itu tentunya membuat Jessi kebingungan. Apa maksud kalimat, mamanya sudah pulang bekerja? Jessi mulai merasa gerah, rasa takut mulai menghantui perasaaannya. Ia takut kalau Moreno sudah menikah lagi tanpa ia ketahui.
Tapi Jessica cukup yakin kalau sampai detik ini Moreno belum menikah. Seseorang yang ia jadikan sebagai informan mengatakan bahwa Moreno masih belum bisa move on dari almarhum istrinya hingga saat ini.
“Mama kamu?”
“Iya mama aku. Itu orangnya!”
Reina melepaskan pelukannya dan berlari ke arah Cecilia. Ia masuk ke dalam gendongan Cecil kemudian mencium pipi Cecil.
Jessica mengikuti langkah Reina dengan tatapannya dan ia benar-benar sangat terkejut ketika melihat siapa yang menggendong Reina.
“M-mbak Rania....” lirih Jessica.
“Cecilia.... Namanya Cecilia,” ucap Moreno. “Dia istriku.”
Bagaikan disambar petir itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan Jessica saat ia mendengar apa yang dikatakan oleh Moreno. Wajahnya yang berseri seketika muram. Hatinya patah dan harapannya sirna.
“Oh....” hanya itulah yang bisa Jessica katakan.
“Kamu pasti lelah kan, Jess! Sebaiknya kamu istirahat dulu. Yuk biar Tante antar kamu ke kamar.”
Menyadari situasinya membuat Jessica kecewa, mami Susan pun rasanya sangat tak sabar ingin segera memberi tahu Jessica tentang siapa Cecil sebenarnya dan ingin Jessica membantu dirinya menyingkirkan wanita yang ia anggap adalah wanita paling hina di muka bumi ini.
“Bi bawakan koper Non Jessi ke kamar yang ada di samping kamar Moreno ya.”
Mami Susan tak tahu kalau itu adalah kamar Cecilia. Mami Susan juga belum tahu kalau ternyata Moreno dan Cecil itu tidur di kamar terpisah.
“Ja-jangan Mam!” tahan Moreno. “Jangan di kamar itu,” lanjut Moreno.
“Memangnya kenapa?”
“Kamar itu berantakan. Reno pakai kamar itu sebagai ruang kerja. Biar Jessi tidur di kamar dekat kamar Mami saja!”
Moreno mencoba kembali mengarang alasan untuk maminya tidak memberikan kamar Cecil pada Jessi.
“Kalau kayak gitu biar nanti dibereskan sama si Bibi. Pokoknya Mami mau Jessica tidur di kamar itu.”
“Ja-jangan! Biar nanti Reno aja yang bereskan. Ada banyak berkas kerja Reno yang tertinggal di sana. Reno enggak mau si bibi bikin Reno harus kerja dua kali.”
“Ya sudah nanti kamu bereskan ya, untuk sementara Jessi akan istirahat di kamar tamu. Ayo Jess Tante anter kamu ke kamar tamu.”
Entah kenapa Moreno ada feeling tak enak tentang maminya. Moreno merasa khawatir maminya akan sengaja bercerita tentang Cecil yang sudah diketahuinya pada Jessica.
Moreno tak ingin ada siapa pun yang tahu tentang Cecilia. Karena itu akan berakibat fatal bagi semua rencananya.
Bersambung.....“Mam bisa bicara sebentar!” tahan Moreno akan langkah maminya yang sudah membawa Jessi pergi. “Bentar ya Jess!” ucapcan Moreno pada Jessica.Jessica menganggukkan kepalanya. “Iya Bang!” balasnya.Moreno lalu membawa maminya sedikit menjauh dari Jessica. Ia harus memastikan kalau rahasia siapa Cecil sebenarnya tidak akan bocor pada siapa pun.“Kenapa sih Ren, kamu narik-narik Mami kayak gini?” tanya Mami Susan heran.“Mam... Reno minta sama Mami untuk tidak mengatakan apa pun tentang Cecil. Baik itu pada Jessica atau pada yang lainnya.”Mami Susan mengira jika Moreno sudah dibutakan oleh cintanya pada Cecilia sehingga Moreno meminta ia untuk menutup mulutnya.“Kenapa? Kamu takut orang-orang akan menggunjing tentangnya yang adalah seorang wanita murahan? Kamu khawatir Cecilia akan terluka karenanya?”Tentu bukan Cecilia yang membuatnya khawatir. Moreno justru khawatir Reina yang akan mendengarnya dan Reina akan menjadi ejekan teman-temannya kalau sampai identitas Cecil sebenarnya terseb
Selesai sudah pekerjaan Cecil malam ini. Reina sudah tertidur dan kini saatnya untuk Cecil kembali ke kamarnya. Ia merapikan selimut Reina lalu mengecup kening gadis kecil yang mulai mewarnai dengan indah hari-harinya.Namun, saat ia membalik badannya, ia cukup terkejut melihat seseorang yang juga sudah terlelap dengan tubuh bersandar pada sandaran sofa.“Kapan dia masuk ke sini?” tanya Cecil pelan karena takut membangunkannya.Tak banyak bicara lagi, Cecil yang mengira kalau saat ini Moreno memang sengaja ingin bersama dengan putrinya pergi meninggalkan kamar Reina tanpa dia membangunkan Reno terlebih dahulu.Setiap tiga jam sekali, Cecilia menjadwalkan dirinya sendiri untuk menengok Reina yang tengah tidur di kamarnya. Padahal itu tidak diperintahkan oleh Moreno padanya.Hanya saja kejadian di malam itu, ketika Reina tiba-tiba saja mimisan –membuat Cecil merasa kalau ia harus lebih sering mengecek keadaan Reina. Karena inti dari pernikahan yang sudah dilakukannya dengan Moreno itu a
“A-a-ah....” Moreno sengaja menekan dengan kuat tangan Cecilia saat ia menyadari pandangan Cecil terlalu dalam menatap wajahnya.“Kenapa? Sakit?”Cecilia mengangguk.“Makanya jaga mata dan pikiran kamu. Jangan melihat apa yang tak seharusnya kamu lihat!” seru Moreno.Bibir Cecilia mengerucut. Ia sendiri sadar kalau dirinya sempat terbuai oleh perhatian palsu yang dibuat oleh Moreno. Demi membuat Reina yakin bahwa mereka tidak sedang bertengkar, Moreno sampai terpaksa berpura-pura sayang dan perhatian pada Cecil.“Apa masih sakit?” tanya Moreno.“Udah enggak,” jawab Cecil.“Okay karena tangan Mama Cecil udah enggak sakit lagi, sebaiknya kamu tidur lagi ya sayang? Ini masih malem lho. Baru jam tiga pagi,” bujuk Moreno pada Reina.Putri kecilnya mengangguk, tapi ada permintaan yang cukup membuat Moreno dan Cecilia kebingungan.“Aku mau tidur lagi kalau Mama sama Papa tidur di sini nemenin aku!” ucapnya.Cecilia langsung menoleh ke arah Moreno berharap Moreno memiliki alasan yang akan bi
“Maaf...” lirih Cecil.Ia hanya menundukkan kepalanya dengan air mata yang coba ia tahan. Jika biasanya ia tak pernah sesedih ini dan sesakit ini setiap kali Moreno memarahinya. Lain halnya dengan saat ini. Cecilia merasa benar-benar tak sanggup mendengar omelan Moreno karena ia takut kalau ia telah benar-benar melakukan sebuah kesalahan besar.“Maaf...!! kamu bilang maaf? Apa kalau terjadi sesuatu sama Reina kata maaf kamu akan mampu mengatasinya?” dengan penuh rasa kesal Moreno terus mencecar Cecil.“Saya tidak tahu apa kesalahan saya. Saya tidak tahu apa yang sudah saya lakukan, yang membuat Reina berada dalam bahaya.” Suara Cecil terdengar parau. Moreno memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tenang. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hati Moreno bisa memaklumi jika Cecilia belum tahu banyak tentang apa yang berbahaya bagi Reina. Hanya saja ada sesuatu di dalam hatinya yang memaksa Moreno untuk marah pada Cecil. Moreno sendiri tak tahu kenapa hal yang seharusnya menjadi peringatan unt
Jarak yang semakin banyak terkikis itu membuat Cecil merasa oksigen di sekitarnya hilang entah ke mana. Cecil merasa sesak karena harus menahan nafas seiring dengan bibir Moreno yang kian mendekati bibirnya.‘Cecil jangan diam saja! Kamu harus menghindar kalau kamu tak ingin mendapat makian lagi dari Pak Moreno,’ batin Cecil.Hatinya terus mengatakan untuknya menghindar, tapi sayang tubuhnya tak mau menuruti apa yang diperintahkan oleh hati dan akalnya.Cecil masih berdiri diam membiarkan Moreno semakin mendekatkan wajahnya. Tatapan Moreno begitu sangat lembut. Merangkum setiap apa yang ada di dalam wajah Cecilia.Debaran jantung Cecil semakin melantang. Tubuhnya membeku dan mematung, terhipnotis oleh sikap Moreno.Bukk....Tas yang sedang sama-sama dipegang oleh mereka jatuh –membuat Moreno sadar dari apa yang hampir saja dilakukannya.“Ehemm....”Moreno berdehem. Dan untuk membuang rasa canggung yang seketika menghampiri dirinya Moreno pun langsung menyodorkan minyak urut pada Ceci
Wilson benar-benar telah siap dengan semua rencananya. Ia bahkan sudah mendatangkan media untuk sesegera mungkin mengklarifikasi tentang kabar Moreno yang tertangkap basah sedang tidur dengan seorang wanita yang diduga adalah seorang pelacur.“Habislah kau Moreno!” ucap Wilson penuh keyakinan.Wilson merogoh ponsel dari dalam saku celananya. Ia menghubungi seseorang yang akan bisa membuat rencananya berhasil dengan sempurna.Sebelum kabar panas Moreno tersebar, Wilson terlebih dahulu datang ke rumah Cecil untuk bertemu dengan ayah Cecil. Wilson menawarkan uang yang tak sedikit untuk bisa membuat ayahnya mengakui bahwa Cecil itu adalah putrinya yang sudah ia jual ke sebuah rumah bordil milik Tuan Tanu.“Apa Anda sudah siap?” tanya Wilson.“Saya mau meminta tambahan. Uang yang Anda tawarkan pada saya itu kurang banyak.”“Jangan main-main sama saya!” ancam Wilson. “Saya bisa melakukannya dengan sangat kasar jika Anda tidak menepati janji Anda.”“Ayolah, Anda pasti sangat membutuhkan kesa
“Dia....” Ayah Cecilia tampak ragu-ragu untuk mengatakan siapa sebenarnya Cecil.Bukan hanya karena takut pada Moreno, tapi raut wajah Cecilia yang kali ini terlihat sangat cemas berhasil menyentuh hatinya.“Dia siapa Pak? Apa benar dia adalah putri Anda yang sudah tega Anda jual?” Tak sabar ingin mendengar pengakuan dari ayah Cecilia, seseorang sampai berteriak cukup keras agar ayah Cecilia meneruskan ceritanya.'Aku mohon jangan katakan apa pun, Pa! Jangan sampai Pak Moreno mengambil langkah yang akan membuat Papa menyesal akhirnya,' ucap Cecil di dalam hatinya.Cecil bukan hanya mencemaskan dirinya saja, tapi ia jauh lebih mencemaskan papanya yang mungkin akan melakukan kesalahan besar yang tak akan pernah Moreno maafkan jika sampai ia mengatakan kejujuran yang seharusnya tidak papanya katakan.Cecilia kini percaya dengan semua yang dikatakan oleh Moreno. Ucapannya tentang penjebakkan yang sudah ditujukan pada dirinya itu memang benar adanya. Bahkan orang itu sampai berhasil mempe
“Pak apa tidak apa-apa kita membiarkan Bu Cecil berada di tangan Pak Wilson?”“Lanjutkan pekerjaan kamu, jangan urusi apa yang bukan menjadi urusan kamu!” tegas Moreno pada Hamish.Hamish hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan oleh Moreno padanya. Ia tak bisa membantah meski sebenarnya ia merasa khawatir pada wanita yang kini telah resmi menjadi istri bosnya.Sebenarnya Moreno sendiri pun merasa khawatir, tapi ia tahu seberapa besar keberanian Wilson. Ia tak akan melakukan hal yang mungkin saja bisa merugikan dirinya sendiri.Wilson cukup cerdas untuk tidak menggali kuburannya sendiri. Kalau sampai malam ini dia berbuat yang tidak-tidak pada Cecilia sudah tentu hal itu akan Moreno jadikan sebagai balasan yang tak mungkin mampu Wilson menanggungnya.Moreno akan membuat Wilson berada di posisi yang jauh lebih parah dari posisinya saat kabar panas tentang ia yang tidur dengan Cecil beredar menjadi berita yang langsung diburu para wartawan.Moreno bisa menyulut wartawan untuk membuat
Mau sehebat apa pun Cecilia berusaha, tetap saja bukan hal yang mudah untuknya bisa mengingat apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Moreno.Selain tanda merah yang mewarnai sekujur tubuhnya tak ada lagi yang bisa Cecilia jadikan petunjuk.“Semalam aku pasti sudah menggodanya. Dan pria mana pun mana tahan kalau aku goda?! Benar-benar sangat memalukan!” umpat Cecil menyesali kebodohannya.“Seharusnya semalam itu aku tidak mabuk agar aku tidak melakukan kesalahan yang fatal seperti ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan. Bagaimana aku akan bisa bertemu dengan Pak Moreno setelah apa yang aku lakukan padanya tadi malam.“Tapi tunggu, kenapa Pagi ini Pak Moreno terlihat sangat manis? Dia menyapaku dengan begitu lembut seperti seseorang yang tidak sedikit pun merasa terganggu dengan kehadiranku di kamarnya.”Cecilia terus saja bicara sendiri sambil memantaskan dirinya di depan cermin.Cecilia sangat
“Jangan pernah menyesalinya...”Moreno lalu menenggelamkan wajah pada wajah cecilia. Ia melumat habis bibir Cecil yang terasa manis bagaikan madu.Moreno mulai merakus dan egois. Ia berpikir bahwa apa yang terjadi malam ini akan disesali oleh Cecil esok hari. Tapi ia tak peduli dengan itu.“Kamu tahu, apa yang membuat aku kacau hari ini?” tanya Moreno saat ia sudah menarik bibirnya dari atas bibir Cecil.Sengaja ia membuat jarak antara wajah mereka demi bisa melihat bagaimana ekspresi Cecil saat mendengar jawabannya nanti.“Apa?” jawab Cecil tak sabar ingin Moreno kembali melanjutkan serangannya.Moreno mengangkat tangannya. Ia belai wajah Cecil yang sangat mirip dengan Rania, tapi saat ini Moreno tidak sedang menganggapnya Rania.“Hari ini aku merasa kacau karena ulahmu. Karena kamu mengatakan siapa itu Dito dan apa yang sudah dilakukannya terhadap dirimu!” jawab Moreno.“A
“Hal romantis lainnya?”Cecilia semakin menengadahkan wajahnya membuat bibirnya yang terlihat manis makin jelas terlihat.“Ya... Ada banyak hal romantis yang sering kami lakukan setiap kali salah satu dari kami sedang merasa sedih atau hati kami kacau karena sesuatu hal,” balas Moreno.Beberapa saat mereka hanya diam dan saling memandang. Mencoba menyelami perasaan masing-masing. Lalu, sedetik kemudian Moreno menempelkan bibirnya tepat di atas bibir Cecil.Moreno mencium lembut bibir Cecil. Dan Cecil memejamkan matanya tangannya yang tersampir di bahu Moreno mengepal kuat, menahan diri untuk tidak membalas.Sadar Cecilia tak membalasnya seperti tadi ketika mereka melakukannya di pesta pak Guntur, Moreno pun lalu menarik bibirnya.Ia membuka matanya dan menemukan Cecilia juga memejamkan mata seperti dirinya.“Ini hanya permulaan, permulaan dari banyaknya hal romantis yang sering saya lakukan bersama dengan
Cecilia merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah lebih dulu ia melihat keadaan Reina yang sudah terlelap.Tangannya ia simpan di atas dada. “Hati, hari ini kamu pasti sangat lelah kan? Berkali-kali kamu dibuat terkejut.”Tangannya lalu mengusap dadanya sambil ia memejamkan mata berharap rasa kantuk akan segera menghampirinya dan mengakhiri hari yang sangat mendebarkan ini.“Apa maksudnya Pak Reno bercanda seperti tadi. Dia meminta aku berjanji seperti janji yang sudah aku buat saat Dito memberiku harapan. Saat aku merasa gugup karena ucapannya dia malah langsung marah dan meninggalkan aku sendirian di dalam mobil. Benar-benar sangat aneh!”Jika Cecil langsung masuk ke dalam kamarnya dan berharap akan segera mengantuk lalu pergi tidur, lain halnya dengan Moreno. Saat ini Moreno merasa benar-benar sangat gelisah.Bagaimana bisa ia terus memikirkan Cecil dan Dito yang pernah tidur bersama. Ditambah lagi, Dito itu adala
Acara pesta malam ini sebenarnya masih belum selesai, tapi rasa cemburu yang membakar diri Moreno membuat Moreno memutuskan untuk lebih dulu pulang dengan alasan Reina di rumah sendirian.Di sepanjang perjalanan pulang, Moreno hanya terdiam tak bicara. Hal itu tentu membuat Cecil bingung karena tak tahu apa alasan dari diam dan marahnya Moreno padanya dirinya.“Pak...” panggil Cecil tak ingin kesunyian menemani perjalan pulang mereka.Moreno hanya menoleh untuk menjawab panggilan Cecil. “Bapak kenapa hanya diam saja? Apa saya sudah melakukan kesalahan?” tanya Cecil yang tak ingin menebak-nebak tentang alasan dari diamnya Moreno saat sedang bersama dengannya.Moreno masih tak membuka mulutnya, ia masih terdiam dan hanya membiarkan Cecil menunggu ia membuka mulutnya.“Kalau Bapak marah sama saya gara-gara Dito, saya minta maaf! Tapi saya bisa pastikan bahwa dia tidak akan membocorkan siapa saya sebenarnya.”Karena Moreno tak kunjung bicara apa yang membuat dirinya marah, Cecilia pun a
Musik pengiring dansa gelombang kedua sudah dimainkan. Tangan Dito sudah merangkul pinggang Cecilia dengan tatapan mata penuh cinta yang ia berikan pada wanita yang seharusnya menjadi miliknya itu.Tangan Cecilia juga sudah tersampir di bahu Dito. Tatapannya ia tundukkan. Tak berani ia melihat ke arah pria pertama yang mencicipi tubuhnya.“Jangan terlalu tegang seperti itu,” kata Dito. “Semua orang akan curiga kalau kamu memasang wajah tegang!”Cecilia menengadah kedua bola matanya bertemu dengan manik mata coklat terang milik Dito.Ingatan Cecil kembali pada satu tahun lalu, di mana ia yang masih gadis harus tidur dengan Dito yang telah membeli tubuhnya.***Satu tahun lalu, di sebuah kamar rumah bordil milik Tuan Tanu.“Jadi kamu masih perawan?” dengan nafas tersengal karena kabut nafsu menyelimuti dirinya –Dito pun melayangkan pertanyaan pada wanita yang tubuhnya sedang ia tindih.“Ka-mu yang per-tama!” jawab Cecil.“Jadi inilah alasannya kenapa harga tubuhmu bisa sepuluh kali lipa
“Pak... kita mau apa naik ke lantai dansa?”Cecilia cukup terkejut saat Moreno membawa langkahnya untuk terus maju ke tengah-tengah para tamu yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing.“Biar kamu enggak mengantuk lagi!” jawab Moreno berbisik di telinga Cecil.“Tapi Pak...”“Tapi apa? Jangan bilang kalau kamu enggak bisa berdansa!”Moreno sudah membawa tubuh Cecilia dari samping ke hadapannya. Kedua tangan Moreno juga sudah terulur dan meraih pinggang Cecil.Debaran jantung Cecilia mulai bertalu-talu. Darahnya berdesir semakin cepat dan hatinya merasa sangat hangat saat tangan Moreno menyentuh pinggangnya dan membuat jarak antara mereka banyak terkikis.Hatinya yang sempat kacau gara-gara Dito, kembali damai dan tenang. Ajakan Moreno turun ke lantai dansa benar-benar sangat ampuh mengobati perasaannya porak poranda setelah bertemu kembali dengan pria yang pernah memberinya har
“Kamu di sini?”Suara pria yang cukup dikenalnya terdengar jelas di telinga Cecilia. Membuat Cecilia tersedak makanan yang sedang dikunyahnya.Melihat Cecilia sangat terkejut hingga tersedak, bahkan baru hanya ia mendengar suaranya saja. Sang pria langsung merasa sangat khawatir. Ia bergegas mengambilkan air untuk Cecil agar meminumnya.“Minumlah...! kenapa kamu tidak pelan-pelan dan berhati-hati saat sedang makan?”Cecilia mendongak untuk melihat dengan jelas wajah pria yang sedang mengajaknya bicara. Dan ia merasa sangat terkejut ketika tebakannya akan pria itu benar.“Kamu? di sini?” seru Cecil.“Kenapa? Kamu terkejut?” tanya balik pria itu pada Cecil.Namanya Anandito, biasa dipanggil Dito. Dia adalah pria bertuxedo maroon yang dari tadi sempat mencuri-curi pandang pada Moreno. Dan ternyata Dito itu mengenal Cecil, Cecil juga mengenal Dito.Pernah tidur dengan Cecilia dan menjadi pelanggan pertama Cecil, Dito merasa sangat
Pilihan gaun dari Moreno tampaknya tidak begitu di sukai oleh Cecilia. Bagaimana tidak, Cecilia memakai gaun pesta tanpa lengan tapi Moreno meminta Herna untuk memberi Cecil Outer dengan alasan ia tak ingin Cecil merasa kedinginan.Cecilia pun memberengut kesal. Ia tak mau menoleh ke arah Moreno apalagi mengajaknya untuk bicara. Cecil ingin memprotes tindakan Moreno, tapi ia takut Moreno tak terima dan malah akan kembali menghina dirinya.Cecil sudah merasa sangat nyaman dengan sikap Moreno yang tak pernah menyebutnya wanita murahan lagi. Ia takut kalau ia jujur bilang bahwa dirinya merasa tak nyaman dengan penampilanya sekatrang Moreno akan berpikir bahwa wanita macam Cecil memang selalu ingin jadi perhatian para pria.“Kenapa kamu hanya diam saja? Kamu takut ya sama saya karena kamu ketahuan berbohong?”Cecilia menggeleng tanpa menoleh ke arah Moreno. Rasa takutnya karena ketahuan berbohong telah berganti dengan rasa kesal yang menyeli