Di dalam kamar itu hanya ada mereka berdua saja, Cecilia dan Wilson. Karena terus-terusan memberontak, Wilson yang sudah tak bisa menahan lagi hawa nafsunya telah mengikat kedua tangan Cecilia.Dan bukan hanya akan memperkosa Cecil saja, Wilson pun telah dengan sengaja memasang kamera ponselnya untuk merekam perbuatan bejadnya tersebut.Sebelum ia melakukannya, Wilson terlebih dahulu ingin menyapa Moreno melalui kamera yang telah mulai merekam.“Kamu bilang, kalau kamu menikahi wanita ini karena dia itu mirip dengan almarhum istri kamu kan, Moreno? Dan kamu juga bilang kalau kamu jatuh cinta padanya. Jadi bayangkanlah kalau saat ini bukan wanita dari rumah bordil ini yang berada di atas ranjangku, tapi dia adalah alamrhum istri kamu!”Wilson tersenyum lalu menjauh dari kamera tersebut. Ia mengayunkan langkahnya untuk segera naik ke atas ranjang dan mulai melucuti pakaian Cecil dengan sangat kasar.Wilson merobek dress yang masih melekat pada tubuh Cecil hingga akhirnya keseksian yang
‘Apakah mungkin dia sedang mabuk seperti waktu itu?’ Di tengah-tengah Cecilia menikmati kelembutan sentuhan bibir Moreno di atas bibirnya –batin Cecil pun mulai bertanya-tanya.Apakah ia akan berdosa jika menolak Moreno yang menginginkannya? Moreno adalah suami sahnya. Meski mereka menikah hanya sebatas formalitas saja.Tapi Cecilia juga tak bisa tetap membiarkan apa yang sedang dilakukan oleh Moreno pada dirinya. Pada akhirnya tetap dialah yang akan disalahkan oleh Moreno.Cecil sangat yakin Moreno lagi-lagi terbawa perasaan. Dia merasa khawatir padanya karena menganggap bahwa ia adalah Rania dan apa yang kini sedang dilakukannya pun pasti karena ia membayangkan Ranialah yang ada di hadapannya.Ia ingin mengakhiri lebih dulu permainan Moreno. Cecilia ingin Moreno sadar bahwa apa yang sedang terjadi sekarang itu salah. Tapi setiap kali Cecilia hendak menarik bibirnya Moreno malah justru kian menenggelamkannya dalam rasa manis yang sulit untuk Cecil abaikan.Tubuhnya berada dalam kesa
Kedua bola mata mereka masih saling bertemu. Moreno tak bisa mengalihkan tatapannya dari Cecilia yang sudah terjatuh dalam rangkulannya.Kali ini ia tak membayangkan Rania, ia benar-benar sadar kalau wanita yang sedang berada di dalam rangkulannya itu adalah Cecilia.‘Lagi...’ ucap Cecil di dalam hatinya. ‘Kenapa dada ini terasa sangat sakit melihat tatapannya yang seperti itu,’ gumam Cecil di dalam hatinya.“Pak... A-apa Anda bisa membantu saya untuk kembali berdiri tegak?” ucap Cecil membuyarkan lamunan Moreno.Dengan sangat hati-hati, Moreno membantu Cecil untuk kembali berdiri. Tangannya tak sesaat pun lepas dari tubuh Cecil.“Kamu baik-baik aja?” tanya Moreno.Cecil sedikit merasa bingung, ke mana Moreno yang selalu kasar dan dingin? Kenapa dia bersikap begitu baik padanya. Padahal tadi dia dengan sangat tegas menolak untuk berbicara dengan dirinya.Cecilia masih merasakan sakit di dalam dadanya. Ia memegangi dadanya dan sedikit meringis.“Kenapa? Apa di sini terasa sakit?”Tanga
“Sejak kapan lever kamu suka sakit begitu?” Tanya Moreno ingin tahu.Moreno merasa penasaran dengan penyakit Cecilia. Ia takut Cecil juga memiliki riwayat sakit yang mungkin akan mematikan seperti dua orang wanita terdahulu yang sangat dicintainya.Cecilia menggeleng. Tak mungkin ia bilang kalau ia baru merasakan levernya sakit saat ia mulai bekerja pada Moreno. Lebih tepatnya setelah malam panas mereka, Cecilia memang sering merasakan sakit dibagian dada tempat hatinya berada.“Apa ada masalah dengan lever kamu?”“Saya enggak tahu! Mungkin karena hati saya ini bukan milik saya, Pak! Jadinya saya enggak tahu kenapa suka sakit,” jawab Cecil jujur.Kebingungan menghampiri Moreno saat Cecilia mengatakannya. Moreno mengerutkan dahinya mencoba mencerna apa artinya ucapan Cecil.“Hati saya ini adalah hati orang lain, Pak! Saya memiliki riwayat sakit lever. Dan lever yang ada di dalam tubuh saya saat ini adalah milik seseorang yang hatinya sangat baik. Saya yakin surga adalah tempat baginya
“Kamu siap sayang?” Reina sudah duduk di kursi belakang saat Moreno sudah mulai menyalakan mesin mobilnya.Hari ini, sesuai permintaan sang tuan putri –Moreno pun akhirnya mengajak Reina untuk liburan. Pantai adalah tujuan tempat mereka berlibur selama dua hari dua malam.“Sayang, Papa kamu nanya lho! Kok kamu diam aja?”“Aku enggak mau duduk sama Mama!” ucap Reina sambil menyilangkan tangan di dadanya. Bibirnya mengerucut dan tak mau menengok ke arah Cecil.“Kenapa Rein? Kenapa kamu enggak mau duduk sama Mama?”“Aku mau Mama duduknya di kursi depan sama Papa!” seru gadis kecil itu.Cecilia menoleh ke arah Moreno. Ia mencoba mencari tahu apakah boleh ia duduk di samping Moreno dan membiarkan Reina duduk sendirian.“Ya udah iya, Mama Cecil duduknya pindah ke depan. Tapi kamu jangan cemberut kayak gitu dong! Jadi jelek lho pricess-nya Papa!” bujuk Moreno.“Tapi Pak..._”Moreno menggeleng, ia tak ingin ada pembahasan apa pun di depan Reina yang akan mengubah mood Reina jadi buruk.“Mama
“Mama sama Papa lagi apa?”Secepat kilat Moreno dan Cecilia saling menarik diri masing-masing. Cecil memalingkan wajahnya, melipat bibirnya dan memejamkan matanya. Ia benar-benar merasa malu pada Reina.Entah apa yang dipikirkan oleh gadis kecil itu, pikir Cecilia.“Mama sama Papa kok terkejut?” tanya Reina lagi.“Ehem....” Moreno berdehem sebelum ia menjawab apa yang ditanyakan oleh putrinya.Sebelum ia bicara dengan Reina. Terlebih dahulu ia menarik nafasnya dengan dalam, lalu membuangnya.“Kamu udah bangun, cantik?” tanya Moreno.Sesekali ia melirik ke arah Cecilia yang masih belum bisa berhadapan dengan Reina karena rasa malunya.“Aku sudah bangun, tapi kenapa kita belum sampai ke pantai?” “Tadi Papa istirahat sebentar dan sekarang kita sudah akan jalan lagi,” ujar Moreno yang kemudian menyalakan kembali mesin mobilnya.Untungnya Reina tidak rewel seperti biasanya. Dia tak bertanya lagi tentang apa yang sudah dilakukan oleh Moreno dan Cecil yang tak sengaja saling mencium.Sesam
Cecilia masih belum bisa memejamkan matanya. Tak ada Moreno di sisinya saja, ia tak bisa tidur apalagi sekarang ada Moreno yang tidur di atas satu ranjang dengannya.Cecilia memang pernah tidur dengan beberapa orang pria yang telah membeli tubuhnya. Bahkan Cecilia sebelumnya juga pernah tidur dengan Moreno. Tapi Cecilia tak pernah merasakan ketegangan seperti yang saat ini sedang dirasakannya.Cecilia merasa kesuliatan untuk bernafas, ia merasakan sesak di dadanya. Cecil hanya mematung dengan tatapan lurus ke depan memandang langit-langit kamar. Ia tak berani menoleh ke arah Moreno.“Rania....”Samar-samar Cecil mendengar suara Moreno. Suaranya terdengar lirih. Perlahan Cecil menoleh dan melihat ada banyak keringat di dahi Moreno.“Apa mungkin Pak Reno kembali bermimpi?” tanya Cecil dengan tatapan tajam ke arah pria yang tidur di sampingnya.“Aku sakit, Ran! Aku butuh kamu.”
“Semalam, makasih ya?!”Moreno mengambil tempat duduk di samping Cecilia yang sedang menatap indahnya pantai. Pakaiannya benar-benar sangat seksi. Cecil memang sengaja ingin berjemur berharap kulitnya akan bisa terlihat eksotis karena terkenar sinar matahari.“Sama-sama Pak! Saya hanya melakukan apa yang bisa saya lakukan saja. Dan saya juga mau meminta maaf sama Bapak,” ungkap Cecil.Perhatiannya tak sedikit pun berpaling dari Reina yang sedang bahagia bermain pasir, tapi Moreno juga memberikan perhatian penuh akan pembicaraannya dengan Cecil.Ia benar-benar tulus berterima kasih pada Cecilia yang sudah merawatnya hingga ia bisa langsung sembuh dan bisa menemani Reina bermain hari ini.“Minta maaf untuk apa?” tanya Moreno.Sebelum bicara Cecil lebih dulu menarik nafasnya dengan sangat dalam. Harapan Cecil hanya satu, Moreno tak ingat dengan semua yang sudah terjadi semalam. “Maaf karena semalam saya
Mau sehebat apa pun Cecilia berusaha, tetap saja bukan hal yang mudah untuknya bisa mengingat apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Moreno.Selain tanda merah yang mewarnai sekujur tubuhnya tak ada lagi yang bisa Cecilia jadikan petunjuk.“Semalam aku pasti sudah menggodanya. Dan pria mana pun mana tahan kalau aku goda?! Benar-benar sangat memalukan!” umpat Cecil menyesali kebodohannya.“Seharusnya semalam itu aku tidak mabuk agar aku tidak melakukan kesalahan yang fatal seperti ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan. Bagaimana aku akan bisa bertemu dengan Pak Moreno setelah apa yang aku lakukan padanya tadi malam.“Tapi tunggu, kenapa Pagi ini Pak Moreno terlihat sangat manis? Dia menyapaku dengan begitu lembut seperti seseorang yang tidak sedikit pun merasa terganggu dengan kehadiranku di kamarnya.”Cecilia terus saja bicara sendiri sambil memantaskan dirinya di depan cermin.Cecilia sangat
“Jangan pernah menyesalinya...”Moreno lalu menenggelamkan wajah pada wajah cecilia. Ia melumat habis bibir Cecil yang terasa manis bagaikan madu.Moreno mulai merakus dan egois. Ia berpikir bahwa apa yang terjadi malam ini akan disesali oleh Cecil esok hari. Tapi ia tak peduli dengan itu.“Kamu tahu, apa yang membuat aku kacau hari ini?” tanya Moreno saat ia sudah menarik bibirnya dari atas bibir Cecil.Sengaja ia membuat jarak antara wajah mereka demi bisa melihat bagaimana ekspresi Cecil saat mendengar jawabannya nanti.“Apa?” jawab Cecil tak sabar ingin Moreno kembali melanjutkan serangannya.Moreno mengangkat tangannya. Ia belai wajah Cecil yang sangat mirip dengan Rania, tapi saat ini Moreno tidak sedang menganggapnya Rania.“Hari ini aku merasa kacau karena ulahmu. Karena kamu mengatakan siapa itu Dito dan apa yang sudah dilakukannya terhadap dirimu!” jawab Moreno.“A
“Hal romantis lainnya?”Cecilia semakin menengadahkan wajahnya membuat bibirnya yang terlihat manis makin jelas terlihat.“Ya... Ada banyak hal romantis yang sering kami lakukan setiap kali salah satu dari kami sedang merasa sedih atau hati kami kacau karena sesuatu hal,” balas Moreno.Beberapa saat mereka hanya diam dan saling memandang. Mencoba menyelami perasaan masing-masing. Lalu, sedetik kemudian Moreno menempelkan bibirnya tepat di atas bibir Cecil.Moreno mencium lembut bibir Cecil. Dan Cecil memejamkan matanya tangannya yang tersampir di bahu Moreno mengepal kuat, menahan diri untuk tidak membalas.Sadar Cecilia tak membalasnya seperti tadi ketika mereka melakukannya di pesta pak Guntur, Moreno pun lalu menarik bibirnya.Ia membuka matanya dan menemukan Cecilia juga memejamkan mata seperti dirinya.“Ini hanya permulaan, permulaan dari banyaknya hal romantis yang sering saya lakukan bersama dengan
Cecilia merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah lebih dulu ia melihat keadaan Reina yang sudah terlelap.Tangannya ia simpan di atas dada. “Hati, hari ini kamu pasti sangat lelah kan? Berkali-kali kamu dibuat terkejut.”Tangannya lalu mengusap dadanya sambil ia memejamkan mata berharap rasa kantuk akan segera menghampirinya dan mengakhiri hari yang sangat mendebarkan ini.“Apa maksudnya Pak Reno bercanda seperti tadi. Dia meminta aku berjanji seperti janji yang sudah aku buat saat Dito memberiku harapan. Saat aku merasa gugup karena ucapannya dia malah langsung marah dan meninggalkan aku sendirian di dalam mobil. Benar-benar sangat aneh!”Jika Cecil langsung masuk ke dalam kamarnya dan berharap akan segera mengantuk lalu pergi tidur, lain halnya dengan Moreno. Saat ini Moreno merasa benar-benar sangat gelisah.Bagaimana bisa ia terus memikirkan Cecil dan Dito yang pernah tidur bersama. Ditambah lagi, Dito itu adala
Acara pesta malam ini sebenarnya masih belum selesai, tapi rasa cemburu yang membakar diri Moreno membuat Moreno memutuskan untuk lebih dulu pulang dengan alasan Reina di rumah sendirian.Di sepanjang perjalanan pulang, Moreno hanya terdiam tak bicara. Hal itu tentu membuat Cecil bingung karena tak tahu apa alasan dari diam dan marahnya Moreno padanya dirinya.“Pak...” panggil Cecil tak ingin kesunyian menemani perjalan pulang mereka.Moreno hanya menoleh untuk menjawab panggilan Cecil. “Bapak kenapa hanya diam saja? Apa saya sudah melakukan kesalahan?” tanya Cecil yang tak ingin menebak-nebak tentang alasan dari diamnya Moreno saat sedang bersama dengannya.Moreno masih tak membuka mulutnya, ia masih terdiam dan hanya membiarkan Cecil menunggu ia membuka mulutnya.“Kalau Bapak marah sama saya gara-gara Dito, saya minta maaf! Tapi saya bisa pastikan bahwa dia tidak akan membocorkan siapa saya sebenarnya.”Karena Moreno tak kunjung bicara apa yang membuat dirinya marah, Cecilia pun a
Musik pengiring dansa gelombang kedua sudah dimainkan. Tangan Dito sudah merangkul pinggang Cecilia dengan tatapan mata penuh cinta yang ia berikan pada wanita yang seharusnya menjadi miliknya itu.Tangan Cecilia juga sudah tersampir di bahu Dito. Tatapannya ia tundukkan. Tak berani ia melihat ke arah pria pertama yang mencicipi tubuhnya.“Jangan terlalu tegang seperti itu,” kata Dito. “Semua orang akan curiga kalau kamu memasang wajah tegang!”Cecilia menengadah kedua bola matanya bertemu dengan manik mata coklat terang milik Dito.Ingatan Cecil kembali pada satu tahun lalu, di mana ia yang masih gadis harus tidur dengan Dito yang telah membeli tubuhnya.***Satu tahun lalu, di sebuah kamar rumah bordil milik Tuan Tanu.“Jadi kamu masih perawan?” dengan nafas tersengal karena kabut nafsu menyelimuti dirinya –Dito pun melayangkan pertanyaan pada wanita yang tubuhnya sedang ia tindih.“Ka-mu yang per-tama!” jawab Cecil.“Jadi inilah alasannya kenapa harga tubuhmu bisa sepuluh kali lipa
“Pak... kita mau apa naik ke lantai dansa?”Cecilia cukup terkejut saat Moreno membawa langkahnya untuk terus maju ke tengah-tengah para tamu yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing.“Biar kamu enggak mengantuk lagi!” jawab Moreno berbisik di telinga Cecil.“Tapi Pak...”“Tapi apa? Jangan bilang kalau kamu enggak bisa berdansa!”Moreno sudah membawa tubuh Cecilia dari samping ke hadapannya. Kedua tangan Moreno juga sudah terulur dan meraih pinggang Cecil.Debaran jantung Cecilia mulai bertalu-talu. Darahnya berdesir semakin cepat dan hatinya merasa sangat hangat saat tangan Moreno menyentuh pinggangnya dan membuat jarak antara mereka banyak terkikis.Hatinya yang sempat kacau gara-gara Dito, kembali damai dan tenang. Ajakan Moreno turun ke lantai dansa benar-benar sangat ampuh mengobati perasaannya porak poranda setelah bertemu kembali dengan pria yang pernah memberinya har
“Kamu di sini?”Suara pria yang cukup dikenalnya terdengar jelas di telinga Cecilia. Membuat Cecilia tersedak makanan yang sedang dikunyahnya.Melihat Cecilia sangat terkejut hingga tersedak, bahkan baru hanya ia mendengar suaranya saja. Sang pria langsung merasa sangat khawatir. Ia bergegas mengambilkan air untuk Cecil agar meminumnya.“Minumlah...! kenapa kamu tidak pelan-pelan dan berhati-hati saat sedang makan?”Cecilia mendongak untuk melihat dengan jelas wajah pria yang sedang mengajaknya bicara. Dan ia merasa sangat terkejut ketika tebakannya akan pria itu benar.“Kamu? di sini?” seru Cecil.“Kenapa? Kamu terkejut?” tanya balik pria itu pada Cecil.Namanya Anandito, biasa dipanggil Dito. Dia adalah pria bertuxedo maroon yang dari tadi sempat mencuri-curi pandang pada Moreno. Dan ternyata Dito itu mengenal Cecil, Cecil juga mengenal Dito.Pernah tidur dengan Cecilia dan menjadi pelanggan pertama Cecil, Dito merasa sangat
Pilihan gaun dari Moreno tampaknya tidak begitu di sukai oleh Cecilia. Bagaimana tidak, Cecilia memakai gaun pesta tanpa lengan tapi Moreno meminta Herna untuk memberi Cecil Outer dengan alasan ia tak ingin Cecil merasa kedinginan.Cecilia pun memberengut kesal. Ia tak mau menoleh ke arah Moreno apalagi mengajaknya untuk bicara. Cecil ingin memprotes tindakan Moreno, tapi ia takut Moreno tak terima dan malah akan kembali menghina dirinya.Cecil sudah merasa sangat nyaman dengan sikap Moreno yang tak pernah menyebutnya wanita murahan lagi. Ia takut kalau ia jujur bilang bahwa dirinya merasa tak nyaman dengan penampilanya sekatrang Moreno akan berpikir bahwa wanita macam Cecil memang selalu ingin jadi perhatian para pria.“Kenapa kamu hanya diam saja? Kamu takut ya sama saya karena kamu ketahuan berbohong?”Cecilia menggeleng tanpa menoleh ke arah Moreno. Rasa takutnya karena ketahuan berbohong telah berganti dengan rasa kesal yang menyeli