Share

Dia Milik Saya

"Kalau begitu, kita akan menikah hari ini juga. Dan bersiaplah untuk pindah ke rumah saya.”

“Apa? Hari ini?” tanya Cecil.

“Iya, saya tak ingin membuang waktu lebih lama. Karena sudah pasti orang yang menjebak saya saat ini sudah mulai menyusun rencana untuk menyebarkan foto atau video kita.

“Saya harus sudah punya senjata untuk melawan. Dan senjata yang paling ampuh itu adalah pernikahan.

“Image saya tidak akan rusak bila kamu itu adalah istri saya. Semua orang akan mengatakan apa yang terjadi antara kita itu sah-sah saja.

“Jadi pulanglah dulu dengan diantar oleh sopir saya. Dan bersiaplah untuk saya jemput nanti malam.

“Saya tidak bisa mengantar kamu. Saya harus mengurus identitas masa lalu kamu agar tidak diketahui oleh banyak orang dan malah akan menjadi boomerang buat saya nantinya.”

Cecilia tak punya pilihan lain. Ia hanya bisa menuruti apa pun yang disuruhkan oleh Moreno pada dirinya.

Cecilia bahkan tak memikirkan bagaimana sikap ayahnya yang sudah menganggap dirinya sebagai ATM berjalan yang selalu bisa menghasilkan pundi-pundi uang untuk dirinya.

Tentunya kalau Cecilia menjadi istri dari seseorang, dan Cecilia ditebus dari rumah bordil tempat Cecilia dijual -Cecilia tak akan bisa lagi melayani tamu kaya raya yang akan memberikannya banyak uang. Dan itu adalah masalah yang sangat besar untuk ayahnya.

Sesampainya Cecilia di rumah. Ayahnya yang gila judi sudah duduk di ruang tamu rumahnya -menunggu Cecilia pulang.

Di tangannya sudah ada tongkat yang biasa ia gunakan untuk memukuli Liona -istrinya sendiri.

Sudah lama tongkat itu tak pernah disentuhnya, tapi kali ini tongkat itu kembali berada di tangannya ketika kabar Cecilia ada yang menebus dan Cecilia akan menikah -sampai ke telinganya.

“A-ayah... Ayah sedang apa di ruang tamu?” Cecilia terperanjat kaget ketika membuka pintu dan melihat ayahnya sedang memainkan tongkatnya.

Cecilia mengedarkan pandangannya. Ia mencari-cari keberadaan mamanya yang mungkin saja sudah dipukuli oleh ayahnya.

“Tenang saja! Aku masih belum melakukannya. Aku masih menunggu penjelasan dari putriku yang katanya sudah ditebus oleh seorang pria yang ingin menikah dengannya.”

Cecilia tahu, bukan hal sulit untuk Moreno melakukan penebusan atas dirinya. Dia pasti memiliki banyak uang yang akan bisa membayar denda untuk dirinya agar Cecilia bisa terlepas dari rumah bordil itu. Dan hal itu tentu saja sudah Moreno lakukan.

“Kalau ada pria yang serius mau menikah denganku dan bahkan dia sampai rela mengeluarkan banyak uang untuk melunasi semua hutang-hutang Ayah, bukankah itu jauh lebih bagus?!” ucap Cecil.

“Liona....!!” teriakan yang memekikkan telinga itu membuat Cecil selalu merasa ketakutan.

Bayangan ibunya disiksa oleh ayahnya dengan tongkat yang ada ditangan ayahnya kini membuat tubuh Cecilia gemetaran.

“A-ayah... A-aku mohon jangan!” pinta Cecil. “Ja-jangan lakukan itu lagi! Ja-jangan sa-sakiti mama, Cecil mohon!”

Ayahnya merasa belum cukup kekuatannya untuk memaksa Cecil tidak menikah. Ia mengayunkan langkahnya menuju kamar istrinya saat panggilannya tak buru-buru digubris oleh istrinya.

“Ayah....Cecil mohon jangan Ayah! Jangan sakiti Mama!”

Cecilia ingin mengejar ayahnya dan menghentikan kegilaan ayahnya itu. Tapi sayang rasa takut yang ada di dalam hati Cecil membuat kaki Cecil sangat berat untuk dilangkahkan.

Setelah beberapa saat, ayahnya kembali dari kamarnya dengan tongkat yang masih berada dalam genggamannya. Dan sebelah tangannya sedang menyeret tubuh mamanya dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh luka.

“Mama....” lirih Cecilia.

“Ini akibatnya kalau kamu tidak menuruti apa yang Ayah mau.”

“Maaf ayah... Maafkan Cecil. Cecil tak tahu kalau ayah tidak akan setuju dengan keputusan Cecil ini.”

“Jadi apa sekarang kamu mau membatalkan rencana pernikahan kamu dengan pria itu dan kembali ke rumah bordil milik Tuan Tanu?”

“I-i-iya Ayah... Cecil akan membatalkan rencana pernikahan ini dan Cecil akan kembali ke rumah bordil itu. Ta-tapi... To-tolong jangan sakiti mama lagi!”

“Tidak bisa!!”

Suara bariton seorang pria muncul dari arah pintu depan rumah mereka.

Tentu saja suaranya yang gagah terdengar di telinga mereka itu mengalihkan semua perhatian mereka.

“Cecilia sekarang adalah milik saya.” Dengan sangat tegas Moreno mengatakannya. “Dia sudah saya beli dari Tuan Tanu dengan harga sepuluh kali lipat lebih mahal dibanding saat Anda menjualnya satu tahun lalu,” lanjut Moreno.

Ia melangkah mendekati Cecil lalu merangkulnya. “Kamu milikku sekarang!” ucap Moreno yang kemudian menyuruh orang-orangnya untuk masuk.

“Si-siapa mereka?” tanya Cecil.

“Mereka adalah penghulu dan saksi yang akan menikahkan kita.”

Liona merasa sangat bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh Moreno. Liona juga bahagia melihat putrinya akan menikah dengan seorang pria yang sudah menyelamatkan putrinya dari rumah terkutuk itu.

“Tidak bisa!! Pernikahan ini tidak akan bisa dilangsungkan tanpa adanya izin dariku. Aku tidak akan menikahkan Cecilia dengan pria mana pun!!” Tak kalah tegas ayah Cecilia pun menolak niatan Moreno yang ingin menikahi Cecilia.

Moreno hanya menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh Pak Sudibyo -ayah dari Cecilia. Ia sudah tahu dialah yang telah menjual Cecil ke rumah bordil itu. Dan dia tahu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan izin dari ayah Cecil agar pernikahan ini bisa terjadi.

“Berapa Anda ingin saya membeli putri Anda? Apakah sepuluh kali lipat dari harga yang sudah Anda dapatkan dari Pak Tanu?” tawar Moreno.

Sungguh tawaran yang sangat menggiurkan. Ayah Cecil bagaikan mendapatkan durian runtuh bertemu dengan Moreno.

Tentu saja tawaran itu sudah lebih dari cukup baginya. Dengan uang sepuluh kali lipat itu ia bukan hanya bisa berjudi, tapi ia juga akan bisa hidup enak.

“Saya rasa cukup!” jawab ayahnya.

“Ayah....” suara Cecil terdengar lirih. Ia tak percaya bagaimana bisa ayahnya kembali menjual dirinya. Cecil merasa benar-benar menyesal memiliki ayah seperti ayahnya.

“Saya akan memberikan uang itu pada Anda. Dengan syarat, Anda tidak boleh mengakui Cecil sebagai putri Anda selama dia masih menjadi istri saya. Dan Anda juga tidak diperbolehkan menyentuh seujung kuku pun wanita yang sudah Anda pukuli itu.” Tunjuk Moreno pada Liona –ibu Cecilia.

Syarat yang sangat mudah, pikir ayahnya. Tidak mengakui Cecil dan tidak memukuli istrinya tak akan membuat dirinya rugi. Apalagi imbalannya uang yang begitu banyak yang bisa ia gunakan untuk modal berjudi.

“Tentu saja! Saya setuju....” jawab ayah Cecil.

Setelah selesai mengurus masalah pria yang tega menjual putrinya demi uang. Pernikahan kilat Cecilia dengannya pun terjadi malam itu juga. Tak ada saksi dari pihak keluarga Moreno. Hanya ada kedua orang tua Cecil dan Hamish Sekretarisnya.

Pernikahan yang hanya sebuah formalitas saja pun terjadi. Dan hanya dalam hitungan jam mereka berdua pun resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan juga agama.

***

Seminggu telah berlalu, bahkan Reina sudah pulang dari rumah sakit. Namun, Cecil masih belum tahu banyak tentang Reina. Ia juga masih belum tahu banyak tentang sakitnya Reina dan apa saja gejala yang sering dialami oleh gadis kecil itu.

Malam itu Reina ingin Cecil tidur bersama dengannya karena Reina tak bisa tidur dengan Omanya yang sedang pulang ke Malaysia. Dan di malam itu, apa yang sangat membuat Cecil ketakutan pun terjadi.

Di tengah malam, saat semua penghuni rumah telah terlelap. Reina bangun dan membangunkan Cecil.

Cecil yang merasa sangat mengantuk, mencoba untuk membuka matanya. Meski agak sedikit sepet Cecilia menyahut panggilan gadis kecil yang telah menjadi putrinya itu.

“Mama....” Lirih anak itu lagi.

Cecilia mengucek matanya dan ia benar-benar sangat terkejut ketika menemukan hidung Reina sudah mengeluarkan banyak darah bahkan selimutnya pun telah di penuhi oleh darahnya.

Tak tahu apa yang telah terjadi pada Reina, Cecilia pun merasa panik. Ia bingung harus melakukan apa.

Buru-buru ia pergi ke kamar Moreno yang ada di sebelah kamar Reina. Cecilia mengetuk pintunya, tapi Moreno terlalu lelah karena pekerjaannya hari ini hingga ia tertidur pulas dan tak mendengar suara Cecil yang memanggil dan mengetuk pintu kamarnya.

Cecilia mencoba menarik handle pintu dan ternyata pintu kamar itu tidak dikunci. Lalu dengan sangat cepat ia mendorongnya.

Cecilia masuk ke dalam kamar yang Moreno bilang haram untuk dimasuki oleh siapa pun kecuali oleh Reina dan maminya tersebut.

Ceklek....

Pintu kamar itu terbuka. Sangat terang, Moreno sengaja membiarkan kamarnya selalu berada dalam keadaan terang benderang bagaikan siang yang ditemani matahari.

Moreno tak suka kegelapan mungkin lebih tepatnya, Moreno takut dengan gelap. Karena waktu itu Rania –istrinya meninggal di saat malam yang gelap.

“Pak Moreno, bangun Pak!” panggil Cecil saat ia telah berada di dekat ranjang Moreno.

“Pak Moreno tolong bangun! Hidung Reina..._”

Belum selesai Cecil mengatakan apa yang telah terjadi pada Reina. Kedua bola mata sangat menyeramkan sudah memotong ucapannya. Tatapan dingin menusuk jantung ia dapatkan dari Moreno.

“Kamu bodoh hah?” bentak Moreno tanpa memedulikan ucapan Cecil. “Berani kamu masuk ke dalam kamar saya? Sudah saya bilang, haram untuk kamu menginjakkan kaki kamu di sin! Apa kamu tidak mengerti dan melupakannya begitu saja?”

“Ma-maaf Pak! Ta-tapi Reina....”

“Pergi!! Keluar dari sini sebelum saya melakukan apa yang tak pernah saya lakukan.”

Cecilia tak bergeming, ia masih tetap berdiri di hadapan Reno.

“Kamu tuli ya? Kamu tahu kalau kamu sudah melanggar peraturan yang telah kita sepakati?! Keluar kamu dari rumah saya!! Kembali kamu ke tempat asal kamu. Dasar wanita murahan, wanita penggoda!! Menyesal saya sudah memilih kamu.

“Memang benar apa yang orang bilang. Kalau sudah murahan tetap saja murahan, apa pun yang saya lakukan itu tak akan bisa membuat kamu jadi wanita berharga!! Sekarang juga pergi dari rumah ini!!”

Diomel-omeli dan dibentak-bentak tanpa dihargai sedikit pun memang sangat menyesakkan dadanya. Tapi memberi tahu Moreno keadaan Reina sekarang menjadi prioritas Cecil.

“Kamu mau menggoda saya kan? Sudah saya bilang kamu itu di sini hanya menjadi ibunya Reina bukan yang lain. Apalagi menjadi wanita penggoda yang diam-diam menyelinap ke kamar saya.”

“Sa-saya akan pergi!” potong Cecilia. “Malam ini juga saya akan pergi jika memang Anda ingin saya pergi! Tapi biarkan saya mengatakan apa yang membuat saya sampai berani masuk ke dalam kamar Anda.”

Mengesampingkan rasa sakitnya, Cecilia pun mencoba untuk melawan. Ia memang merasa sangat takut dengan Moreno yang tampak sangat marah padanya. Tapi memberi tahukan keadaan Reina pada Moreno jauh lebih penting baginya.

“Apa? Kamu mau mengatakan alasan apa? Kamu mau bilang kalau kamu tak sengaja masuk ke dalam kamar ini. Atau kamu mau bilang Reina yang minta kamu untuk masuk ke sini?!” Moreno masih terus saja memojokkan Cecil dengan tuduhan yang sangat menyakiti hati Cecil.

“Putri Anda sakit!” ucap Cecil. “Reina sakit, hidungnya mimisan sangat banyak hingga membasahi selimut.

“Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan karena memang Anda belum sempat menjelaskan semuanya tentang Reina pada saya. Dan jika memang itu Anda anggap telah melanggar aturan yang Anda buat. Maka tanpa Anda mengusir saya pun, saya akan pergi!!”

Cecilia berlalu dari hadapan Moreno setelah apa yang ingin dikatakan olehnya telah ia katakan. Ia kembali ke kamar Reina dan melihat Reina sudah terbaring lesu dengan wajahnya yang pucat.

“Sayang..... Kamu baik-baik aja kan?” seru Cecilia.

“Ma... Mama dari mana?”

“Mama dari kamar papa kamu Nak! Maaf ya kalau Mama ningalin kamu.”

Moreno menyesali apa yang sudah dilakukannya. Ia sudah menuduh yang tidak-tidak pada Cecil padahal Cecil hanya ingin memberi tahunya tentang Reina.

Dengan langkah cepat, Moreno menyusul Cecil yang sudah kembali ke kamar Reina. Ia melihat Cecil sedang membantu putrinya agar tak mimisan lagi.

“Kamu tenang ya sayang! Sekarang kamu duduk dan sedikit menunduk. Bisa kan?”

Reina begitu penurut. Ia mengikuti semua yang Cecil perintahkan padanya. Bahkan saat Cecil mencoba untuk menghentikan mimisannya dengan tisu pun ia hanya diam saja membuat Cecil merasa semakin sayang pada gadis kecil yang menganggap ia adalah mamanya itu.

Rasa sesal kian menumpuk di dalam hati Moreno ketika ia melihat apa yang sedang dilakukan oleh Cecil. Ia ternyata sudah salah paham pada Cecil karena mengira kalau Cecil hendak menggoda dirinya lagi seperti malam itu.

Bersambung.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status