Share

Abai Rasa

Penulis: Purwa ningsih
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 19:49:27

Semenjak Bibi bekerja di rumah Pak Adiyasa jarang sekali ia menemui keponakannya Sarah, mereka jarang bertemu. Apalagi setelah Ayahnya Sarah meninggal.

"Kamu baik-baik saja, kan?"

"Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku hanya shok saja, Bi."

"Bagaimana kabarnya Shaka?"

Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Aku baru pulang mengantarkan dia ke pondok Bi."

"Padahal Bibi sudah rindu dengannya."

Sarah tersenyum.

"Aku dengar pondok Shaka lumanyan mahal ya Sarah."

"Ya lumayan, Bi."

"Makanya kamu harus sehat terus demi Shaka."

"Tapi kadang, saat anak lain yang sedang diantar sama Ayahnya, ada rasa iri di dalam Shaka aku yakin itu. Temannya, masing-masing punya satu sosok yang dipanggil Ayah, tapi tidak dengan Shaka?"

Bibi Nik menarik napas, "bersamamu saja sudah membuat Shaka tersenyum bahagia. Percayalah, bukankah mencari ilmu masuk akal daripada mempertanyakan satu sosok yang tak pernah dilihatnya?"

"Eumm Bibi benar."

"Kalau setuju ikut bekerja sama Bibi. Ini telepon Bibi nanti Bibi jemput kamu ya."

"Baik Bi."

"Bibi akan bantu kamu, meminta izin setiap hari jumat untuk menjenguk Shaka ya."

"Emang boleh Bi?"

"Semoga boleh ya. Sekarang kamu makanlah Bibi bawakan kamu makanan kesukaan kamu nih."

"Ya, Bi."

Bibi Nik menatap tak tega. Dia dulu seorang gadis dengan lekuk tubuh nyaris sempurna. Berwajah oval dengan sinar mata indah, hidung mancung, dan bibir sensual kemerahan. Ditambah dengan rambut hitam panjang, menyempurnakan penampilannya sebagai wanita. Terlihat sangat menarik perhatian dengan gayanya yang kasual.

Sayang, nasibnya tak secantik wajahnya.

Bagaimana ia berjuang membesarkan anaknya, menutupi aib dari para tetangga. Selalu berpindah agar meninggalkan jejak kelamnya membesarkan anak dengan sangat baik.

***

Semua berakhir. Setelah mendapatkan kabar jika Sarah sudah meninggal hidup Devan muali berantakan lagi.

"Ya Allah … kenapa Kau beri ujian seberat ini? Kenapa harus ada kematian. Kenapa bukan aku saja yang membuat luka pada Sarah."

Ingatannya tak pernah sampai pada titik akhir. Kenangan perihal gadis itu tak akan pernah terganti. Pun begitu, tentang dia tak akan pudar dari kepalanya meski matahari telah timbul tenggelam ribuan kali.

Saat itu Devan masih diam di tempat di mana ia berdiri. Hatinya begitu cemas saat mereka bertabrakan di lobi kampus.

"Maaf."

Devan terdiam.

"Maaf Kak kalau aku tiba-tiba datang."

Devan masih tetap bergeming. Ia tak lepas menatap Sarah.

"Kak."

"Oh, aku juga salah kok. Maafin aku juga ya."

"Tentu."

"Oke permisi kalau gitu, Kak."

Devan masih terdiam. Ia seolah bingung mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab gadis itu tapi bibirnya seolah tertutup rapat. Suasana tiba-tiba saja menjadi canggung. Sarah pergi meninggalkan Devan yang diam bak patung.

Devan tertawa mengingat kejadian malu-malu saat bertemu Sarah waktu itu, kini ia mendegar derap langkah mendekat. Jantungnya bergemuruh sebab sangat kenal dengan langkah berat itu. Persis ketika derap itu berhenti di balik punggung. Ternyata Zahira yang duduk di sisi Devan. Kedua tangannya meraih, kemudian menggenggam telapak tangan Devan.

"Mas, ayo masuk. Sudah hampir malam. Nanti bisa masuk angin." Suaranya pelan.

Devan mengerjap tatkala keyakinan timbul dalam dada, bahwa meski mereka persis satu sama lain, wanita itu memang bukan wanita dalam hatinya.

"Kamu duluan saja tidurnya aku nanti menyusul."

"Mas lama-lama bisa masuk angin."

"Sepuluh menit lagi?"

"Aku rindu."

Devan terdiam.

Zahira merasuk, merengkuh erat, menghirup dalam-dalam aroma lelaki yang seminggu itu keluar kota.

"Mas kenapa?" Zahira bertanya bingung tatkala mendapati tubuh kaku dan wajah keruh suaminya.

Pelan, Devan melepas belitan tangan istrinya.

"Aku cape banyak pekerjaan." Tanpa menatap Zahira.

Devan memilih tak menjawab. Tangannya sibuk menyalakan korek, entah sudah berapa rokok yang sudah ia hi-sap.

"Mas."

"Sudah tidurlah."

Kalimat serta suara dingin Devan membuat Zahira mundur sekian langkah. Zahira merasakan suara dalam dadanya merintih. Perempuan itu terlalu syok pada apa yang baru saja ia dengar bahwa Devan menolaknya secara halus. Setelah susah payah memungut perasaannya yang tercecer, Zahira menelan ludah, lalu berbalik menatap Devan.

"Mas menolakku?"

Devan menarik napas, lalu menoleh.

"Aku capek, Za. Pikiranmu terlalu jauh."

Devan berjalan mendekat, lalu mendekap istrinya dengan pelukan erat meski tanpa kehangatan. Di dada suaminya, Zahira tak bisa menahan tangis.

"Aku hanya rindu?" Suara Zahira putus-putus.

Devan tak menjawab. Hanya hela napas beratnya yang terdengar. Lalu, menangkup wajah istrinya, mendaratkan banyak kecupan di kening istrinya.

"Sudah. Aku disini."

Devan memilih diam dan merasakan badai dalam dadanya yang kian pecah. Harusnya Devan ingat bahwa gadis itu sudah meninggalkan dunia.

***

Besoknya di malam hari Reno mengantarkan Devan yang sempoyongan hampir tak sadarkan diri lalu mengetuk pintu. Zahira membukakan pintu mendapati suaminya sedang tak sadarkan diri. Zahira mencium aroma yang sangat menyengat. Seketika ia menutup hidung dengan tangan. Ia merasa kaget baru kali ini setelah sekian lama suaminya tak pernah menyentuh barang haram itu lagi.

"Reno kenapa dengan Mas Deva?"

"Emm tadi minum-minuman keras. Sampai tidak sadarkan diri seperti ini."

"Apa. Kok kamu biarkan sih."

"Ngak tahu orang tadi juga aku ditelepon teman suruh jemput Devan."

Reno membawa tubuh Devan ke sofa.

"Saya izin pamit."

"Tunggu dulu, apa Mas Devan ada masalah di kantornya?" tanya Zahira curiga.

Reno menaikkan bahu. "Aku rasa tidak, semuanya baik-baik saja. Kami juga tadi selesai meeting ia pamit mau pulang duluan."

"Astaga. Apa yang terjadi?"

"Aku ngak tahu, Mbak. Ya sudah sama pamit."

"Ya terima kasih sudah mengantarkan Mas Deva."

"Ya."

Zahira menatap ke arah suaminya yang setengah sadar. "Mas, bangun ...." Zahira mengguncangkan lengannya dengan lebih bertenaga.

Devan membuka matanya sayu dan menatap Zahira.

"Kamu," ucapnya serak. Sesaat kemudian, matanya kembali terpejam.

Ingin rasanya Zahira melampiaskan kekesalan padanya. Tapi logika mengingatkan, percuma saja memarahinya saat ini.

"Ayo, pindah. Masuk ke kamar! Sejak kapan Mas minum lagi? Sampai teler kayak gini," gerutu Zahira kesal.

"Lepasin! Kamu siapa?" Devan terus mencoba memberontak saat tangannya ditarik paksa oleh Zahira.

Tak menghiraukannya, Zahira terus menyeret Devan masuk ke dalam kamar yang letaknya lumayan jauh dari ruang utama.

"Lepas!" Devan menghentakkan tangannya sampai cekalan Zahira terlepas.

"Nyusahin ya!"

Devan yang masih setengah sadar, meski tenaganya kuat tetapi sering terhuyung karena kepalanya berasa berputar-putar usai minum.

"Lepas!" Untuk sepersekian detik mereka saling tatap. Devan memindai wajah di hadapan, bulu mata yang begitu lentik membuatnya berbeda dari yang lain. Apalagi alis tebal yang dimiliki gadis itu sukses membuat Devan benar-benar tertarik untuk saat ini.

"Kau bukankah kau sudah meninggal?" tanya Devan ngelantur.

"Gil-a! Aneh-aneh kalau bicara?" Zahira memekik.

"Kau yang gil-a, kenapa kau kesini?"

Lagi-lagi Zahira tak mengerti apa yang dibicarakan suaminya. Devan membuka mata lagi, ia bangun lalu duduk dan muntah. Menyembur di baju Zahira. Dia mulai panik lalu berteriak minta bantuan.

"Mas ini. Astaga nyusahin aja sih." Kesal Zahira.

"Mbok, mbok?" panggilnya pada si Mbok.

Si Mbok berlari ke arah dimana Devan dan Zahira berada. "Nggeh Non."

"Tolong kamu urusin Den Deva ya. Bajuku kotor kena muntahan dia."

"Nggeh, Non.

Kesal Zahira pergi meninggalkan Devan sama si Mbok untuk mengganti pakaian.

Devan tertawa. "Heii. Kamu masih hidup."

"Den sadar ini Mbok."

"Benar kau masih hidup."

Devan melihat gadis itu datang tersenyum menghampirinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pena dua jempol
seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Yang Kunodai   Melamar Kerja

    Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya. "Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu. "Sarah, Nyonya.""Nama lengkap?""Sarah Mia, Nyonya."Wanita paruh baya itu manggut-manggut."Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya.""Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik. Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu. "Sarah.""Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong. "Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Gadis Yang Kunodai   Rawon Terenak

    "Sarah, oh dia baru kemarin datang. Kebetulan Tiara makin bandel jadi adikmu Dea kewalahan. Apalagi kan Dea bantuin kamu kerja. Jadi butuh suster untuk jagain Tiara." "Oh." Devan manggut-manggut ternyata baru kemarin Sarah bekerja di rumah Mamanya. "Cantik dia rajin mama suka. Dan sepertinya Tiara juga nyaman bersamanya." "Semoga saja, Ma." Gejolak bingung terhenti kala Mamanya kembali berbicara. Tidak ingin terlihat tidak sopan, Devan pun menyimak baik-baik ucapan Mamanya. Walaupun itu artinya Devan harus menyingkirkan sejenak tanda tanya yang sebelumnya muncul soal Sarah. Devan berusaha melebarkan bibir guna menciptakan senyum. Rasanya canggung sekali menanyakan soal Sarah lagi. "Wajah kamu agak pucat, Sayang? Kecapekan, ya?" Bu Lili memasang raut khawatir. "Ngak kok, Ma. Aku baik-baik saja." "Baik gimana orang bibir kamu juga kelihatan kering. Kurang minum itu?" "Mama aku baik-baik saja." "Baiklah. Yuk makan." Devan meringis. "Ngak lapar, Ma." "Apa aku minta Bibi untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gadis Yang Kunodai   Depresi Lagi

    Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea. "Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang. "Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan.""Oke. Sudah Salat?""Sudah.""Oke kita jalan yuk.""Hu um."Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu. "Kita sudah sampai, Non."Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak.""Suka?""Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum"Sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gadis Yang Kunodai   Menggenggam Tangnnya

    "Mbak Sarah kenapa?" tanya Tiara. "Ngak apa-apa Non. Hanya masuk angin sedikit.""Mau berhenti dulu atau bagaimana?" tanya Devan. "Ngak usah saya tidak apa-apa, Den.""Minumlah!" Devan memberikan minuman pada Sarah. "Terima kasih."Devan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan keluar ia berjalan membelikan roti juga teh hangat untuk Sarah. Sarah pindah ke belakang dan Dea yang sekarang pindah ke depan. Devan memberitan roti juga teh hangat untuk Sarah. Tak sengaja Devan menyentuh tangan Sarah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman Devan. Baru kali ini Devan merasa sangat khawatir dan cemas. "Minumlah ini akan menghangatkan tubuhmu."Sarah mengangguk pelan. Dia menarik genggaman Devan.***Tiga puluh puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang Villa elite kediaman Pak Adiyasa. Mobil masuk ke halaman sebuah Vila mewah berlantai dua. Devan turun dari mobil, semua mengikuti. Berjalan masuk ke arah bangunan megah itu. Di depan pintu penjagaan seseorang menyapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gadis Yang Kunodai   Khawatir

    Sampai disana wanita petugas medis yang siaga lantas memeriksa Sarah. "Tidak apa-apa, kok, Pak. Sepertinya dia hanya shok saja. Tunggu, sebentar lagi pasti sadar. Bajunya basah di ganti saja.""Terima kasih," ucap Devan lega.Setelah wanita perawat keluar, Devan ikut keluar. Sementara Dea dan Tiara mengambil baju ganti yang dibelikan Devan. Lalu Dea memakaikan kaos dan rok. Selesai Devan ikut masuk. "Bagaimana masih belom siuman?""Belom Mas.""Ini salah aku, bagaimana ini?""Sabar ya sebentar lagi Mbak Sarah bangun."Devan menaruh minyak kayuh putih ditangan kemudian memgusapkan ke tengkuk leher juga hidung Sarah. Di sana, Sarah yang terbaring lemas samar-samar merasakan usapan hangat pada tubuhnya itu. Saat membuka mata Sarah melihat wajah Devan yang cemas. Sarah kaget dan kebingungan ketika tubuhnya sudah berganti pakaian, bahkan diruangan itu hanya ada dirinya dan Devan. Ia meraba seluruh badan dan rambut basahnya. Dan ingat kalau tadi sempat tidak sadarkan diri setelah menolon

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Gadis Yang Kunodai   Canggung

    Sarah terkejut menatap ke arah Devan tanpa kedip. "Anda ada ... apa, Den?"Hening menyelimuti mereka. "Sarah maaf. Aku tahu kamu belom tidur. Makanya aku bawakan ini makanlah." Tunjuk Devan membawakan satu mangkuk bubur juga susu hangat. Hening, Sarah masih menunduk sementara Devan menatap ke arah dalam kamar. "Kamu demam. Ada kompres itu?" tanyanya yang langsung memegang kening Sarah yang masih demam. "Ini sudah malam, Den. Pergilah." Usir Sarah takut. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan bubur ini." Ancamnya. Sarah berdecak malas. "Ya. Nanti aku makan Den."Devan tersenyum. "Tidak aku harus memastikan kamu memakannya, sekarang."Lagi-pagi Sarah berdecak malas. Dibuat jengkel oleh ulah Devan. "Astaga, apa maksudnya ini?" tanya Sarah bingung. Devan memaksa. "Makan." "Mulutku pahit, Den." "Aku suapi."Belum sempat Sarah menjawab Devan menarik tangan Sarah menuju kursi membuat Sarah ketakutan. "Ada apa dengan lelaki itu malam-malam gak jelas kelakuannya. Jangan-jangan?" B

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Gadis Yang Kunodai   Hadiah Rumah Dari Mama Selin

    Setelah Devan mendapatkan perawatan di kepalanya, Devan kembali ke runagan IGD mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Setelah tenang ia duduk lantunan do'a terus ia ucapkan memohon kesembuhan untuk istri tercinta. Diiringi air mata, Devan meratap, segala dzikir dan do'a dilafadz. Berharap keajaiban yang selalu diyakininya. Jika hamba meminta, Allah akan mengabulkan.Kali ini Devan panik melihat ke arah kanan ada beberapa pengunjung tertidur di bangku panjang. Devan duduk lalu berdiri mematung, Hati Devan begitu terguncang melihat pemandangan yang ada di depannya saat itu. Betapa tidak istrinya pingsan karena kejadian tadi. Tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. "Ya.""Penyebab kebakaran, dugaan sementara oleh pihak Kepolisian korsleting listrik, Den" ''Yakin karena korsleting listrik? Aku minta selidiki lagi.""Baik, Den.""Aku gak mau tahu, cari penyebabnya."Devan mengepalkan tangannya ia ceroboh kenapa bisa ia kecolongan soal ini. Hampir saja nyawa istri dan anaknya terenggut

  • Gadis Yang Kunodai   Kebakaran

    Si Mbok dan si Mbak berlari ke arah kamar Sarah setelah melihat kebakaran dari depan bagian bagasi rumah majikannya. "Kamu cek pintu keluar yang disamping biar aku panggil Non Sarah.''"Baik, Mbok."Wanita muda itu berlari ke arah samping rumah yang masih aman dari kobaran api. "Non Sarah, kebakaran!!" Si Mbok mengedor pintu kamar Sarah. "Non buka pintu, ayo keluar!" Lagi dengan kencang dan panik si Mbok menggedor pintu. Udara sejuk dari pendingin udara berganti jadi panas membara tiba-tiba. Sarah tersentak saat suara teriakan terdengar dari luar rumah memekakkan telinga. Jeritan bersahutan si Mbok dan Mbak itu terus menerus, begitu juga asap menghitam yang memenuhi ruangan. "Non buka pintu!" ucap si Mbok sambil terus batuk-batuk. Sesuatu menyekat pernapasannya. Kian lama rumah kian gelap, anehnya, celah di atas pintu depan rumah memancar cahaya merah yang menyala-nyala. "Ya Mbok.'' Sahut Sarah dari dalam. "Non kebakaran! Ayo cepat.''"Apa. Kebakaran!! Den Dev sudah berangkat?

  • Gadis Yang Kunodai   Rencana Jahat Zahira

    Harum telur mata sapi semerbak. Wanginya yang khas dan sedap menggelitik hidung dan itu berhasil membuat Devan dan Shaka menelan ludah setelah selesai merapikan tenda untuk bermalam semalam. Devan, beranjak bangun Lantas merenggangkan tubuh sambil berjalan menuju wastafel, hendak mencuci tangan.Devan melihat istrinya muncul dari dapur melalui cermin, ia sedang membawa nampan berisi beberapa piring nasi goreng spesial. Istrinya itu terlihat segar dan berseri wajahnya pun tersenyum. Devan melihat lagi ke arah cermin. Di dalam sana terlihat istrinya itu sedang menyiapkan sarapan. "Sarapan dulu, Mas." Tawarnya. Devan terus memperhatikan istrinya dan terus menatapnya di balik cermin. "Ya." Devan masih menggosok tangan dengan sabun. Devan membilas tangan yang penuh busa dengan air dari kran wastafel. Kemudian mengelapnya dengan handuk kecil dan berjalan mendekati istrinya. "Kayaknya enak nih?''"Pastinya. Sayang Shaka ini sarapannya sudah siap." Panggil Sarah pada putranya. "Ya, Bund

  • Gadis Yang Kunodai   Kejutan Untuk Sarah

    "Mbak?"Sarah tersenyum menyambut pelukan adiknya itu. "Gimana liburannya suka?""Suka banget.""Heleh pengantin baru. Lagian kesel aku ditinggal pergi gak ajak-ajak!" Omel Sarah. "Maaf." Lea mengerutkan pelukannya. "Gimana sehat?"Lea tertawa. "Agak masuk angin sih.""Emm kebanyakan itu." Bisik Sarah pelan nyaris tak terdengar. Lea memukul tangan Sarah. "Mbak." Saga memberikan lima paper bag pada Sarah, "wah banyak sekali, makasih ya.""Ya sama-sama.""Ceritain seru gak di sana?" tanya Sarah. "Seru sekali.""Wah jadi pengen.""Next time kita double date ya." Dengan gerakan santai, Lea kembali duduk dan menyeruput teh bikinan Bibi di hadapannya. Senyum Sarah mengembang. "Gak janji sih. Sebelum Raiyan dewasa.""Ya juga sih.""Kenapa, Mbak nggak cerita kalau Mas Saga orangnya asyik?""Mbak belum sempat ngasih tahu kamu. Mbak sibuk ngurus Mama yang sakit. Sedangkan Mas Dev nggak selalu di rumah. Jadi Mbak yang mondar-mandir ngurus rumah dan menjaga Mama.""Ya juga sih. Makasih suda

  • Gadis Yang Kunodai   Bahagia Itu Sederhana

    Saga benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Lea yang telah terlelap akhirnya terbangun juga karena terganggu."Kenapa tadi minum kopi? Jadi enggak bisa tidur, 'kan?" Pria itu duduk tangannya mengelus rambut Lea. "Aku hanya memperhatikan kamu tidur."Lea yang terpejam menahan tawa dan jengkel karena tidurnya terganggu. "Boleh minta tolong Sayang?""Minta tolong apa?""Peluk sebentar."Mata Lea seketika membulat. "Kalau keberatan tidurlah lagi!"Lea bangun kemudian memandang Saga yang tidur terlentang dengan satu lengan menumpang di keningnya. Mata laki-laki itu terpejam."Maaf, mengganggumu malam-malam, aku hanya butuh pelukanmu."Lea menarik napas dalam lalu memeluk suaminya. Lea makin gemetar saat pria itu sangat dekat di depannya. Menyentuh dagunya kemudian mengecup pelan bibirnya. Membuat wanita itu seperti tersengat listrik. Itu ciuman seksi untuknya.Tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan apa yang diinginkannya. Lea masih membiarkan, saat pria itu menatap wajah dan menyen

  • Gadis Yang Kunodai   Malam Untuk Saga

    "Kenapa ya Zahira itu gak dapat karma semisal balasan dengan apa yang telah di lakukannya?"Sarah tersenyum memegang tangan Lea. "Allah memperlakukan apa yang Dia kehendaki, dibukakan segala pintu hingga orang tersebut lupa diri. Ya ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa napsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang.""Jadi?""Jadi istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat."Lea mengangguk. "Oh.""Kamu harus jaga suami kamu jangan sampai Saga jatuh ke tangan wanita itu."Lea memeluk lebih erat dan membenamkan wajahnya pada ceruk di pundak Sarah. "Ya, Mbak. Aku juga mau pamit mau ke Bali""Ya semoga semuanya berjalan lancar.""Aamiin, makasih Mbak.""Eumm."Hubungan manusia memang se

  • Gadis Yang Kunodai   Jangan Lepaskan Dia

    "Nah gitu baru adik Kakak. Tapi kenapa mukanya manyun gitu." Devan mengusap kepala Lea. "Saga kemarin izin sama Papa akan mengajak Lea pindah ke rumahnya.""Apa, Pa?''"Lea dia suamimu. Seharusnya kamu patuh padanya.""Tapi.""Lea belajar jadi istri yang baik. Sudah jangan banyak alasan. Setujui saja permintaan suamimu. Mama gak sabar pengen punya cucu banyak.""Ma ngomong apa sih cucu-cucu?""Ya apa lagi. Itu yang Mama dan Papa inginkan punya banyak cucu."Lea merasa kesal. Ia bangkit lalu pergi. ***Pemandangan malam di gazebo adalah satu-satunya yang bisa menghibur Devan saat ini, setelah sebelumnya mondar-mandir mencari tempat dimana terdapat harum parfum istrinya ya Devan sepertinya begitu kasmaran. Bisa rusak jantungnya kalau harus sendirian tak ada istrinya di rumah. Bukan ngak boleh Sarah nginep di rumah Mamanya bersama kedua anaknya, hanya saja menyesalkan setelah dibuat menunggu selama satu hari dari waktunya di sana. Ya, seharusnya malam ini Sarah sudah pulang ke rumah.

  • Gadis Yang Kunodai   Tak Suka Basa-basi

    Braghhhh! "Mama." Sarah menjerit saat mengetahui ibu mertuanya pingsan karena melihat Vidio kebenarannya. "Mama. Tolong bantu Mama."Devan, Sando dan Saga langsung membawa tubuh Bu Lili ke dalam dibantu Bu Selin yang menjaganya, memberikan minyak di tengkuk, leher, pelipis juga hidungnya. Sementara di luar keadaan masih memanas. Sarah cemas dengan keadaan ibu mertuanya. "Ma bangunlah, Mama."Bu Lili memegangi kepalanya yang terasa berat. "Sarah ada apa ini kenapa kepalaku sakit sekali.""Mama habis pingsan.""Sarah." Bu Lili memeluk Sarah namun ia melihat Lea. Lea terdiam menjauh dan hanya menatap Mamanya. "Lea mendekatlah."Lea terdiam. "Kau tidak mau mendekati Mama? Mama hanya mau minta maaf.""Sebenarnya apa yang terjadi Ma?" tanya Devan yang baru saja datang. "Bu Santi mengancam. Akan menghancurkan Butik jika Mama tak menyetujui perjodohan Lea untuk putranya.""Astaga harusnya Mama bicara. Ini malah masa depan Lea taruhannya."Bu Lili hanya terdiam karena tak berani menja

  • Gadis Yang Kunodai   Alhamdulillah Sah

    Sarah memeluk Lea erat. "Mbak apa aku tak salah dengar?" Mbak dan Mas Devan yang atur semuanya ini?"Sarah mengangguk. "Ya.""Tapi ....""Sudah dia pasti akan menjagamu, tidak seperti Dio itu ya."Lea menggelengkan kepala. "Mbak."Pak Adiyaksa datang. "Sudah ada pembicaraan matang tentang calonmu ini. Jadi jangan membuat ulah yang akan mengacaukan semuanya. Ingat dia akan tulus padamu, dan Papa tak suka lelaki pecundang itu menunjukkan siapa jati dirinya."Lea terdiam. "Dari pada pilihan Mamamu itu. Suka tidak suka. Kamu harus menikah dengan Saga saat ini juga."Lea memeluk Sarah erat seraya menangis. "Cepatlah sebelum semuanya berubah."Lea menganggukkan kepala. "Ya Pa.""Sudah, semua sudah Takdir. Dan kau tahu Saga itu sangat baik. Semoga kamu menjadi wanita terakhirnya ya."Sarah makin mengencangkan pelukannya. "Yuk ke temapat akad aku antarkan."Lea menurut perkataan Kakak iparnya itu. Semua wajah para tamu undangan nampak curiga. Karena tak ada keluarga arakan pengantin Pria

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status