Share

Abai Rasa

Penulis: Purwa ningsih
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 19:49:27

Semenjak Bibi bekerja di rumah Pak Adiyasa jarang sekali ia menemui keponakannya Sarah, mereka jarang bertemu. Apalagi setelah Ayahnya Sarah meninggal.

"Kamu baik-baik saja, kan?"

"Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku hanya shok saja, Bi."

"Bagaimana kabarnya Shaka?"

Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Aku baru pulang mengantarkan dia ke pondok Bi."

"Padahal Bibi sudah rindu dengannya."

Sarah tersenyum.

"Aku dengar pondok Shaka lumanyan mahal ya Sarah."

"Ya lumayan, Bi."

"Makanya kamu harus sehat terus demi Shaka."

"Tapi kadang, saat anak lain yang sedang diantar sama Ayahnya, ada rasa iri di dalam Shaka aku yakin itu. Temannya, masing-masing punya satu sosok yang dipanggil Ayah, tapi tidak dengan Shaka?"

Bibi Nik menarik napas, "bersamamu saja sudah membuat Shaka tersenyum bahagia. Percayalah, bukankah mencari ilmu masuk akal daripada mempertanyakan satu sosok yang tak pernah dilihatnya?"

"Eumm Bibi benar."

"Kalau setuju ikut bekerja sama Bibi. Ini telepon Bibi nanti Bibi jemput kamu ya."

"Baik Bi."

"Bibi akan bantu kamu, meminta izin setiap hari jumat untuk menjenguk Shaka ya."

"Emang boleh Bi?"

"Semoga boleh ya. Sekarang kamu makanlah Bibi bawakan kamu makanan kesukaan kamu nih."

"Ya, Bi."

Bibi Nik menatap tak tega. Dia dulu seorang gadis dengan lekuk tubuh nyaris sempurna. Berwajah oval dengan sinar mata indah, hidung mancung, dan bibir sensual kemerahan. Ditambah dengan rambut hitam panjang, menyempurnakan penampilannya sebagai wanita. Terlihat sangat menarik perhatian dengan gayanya yang kasual.

Sayang, nasibnya tak secantik wajahnya.

Bagaimana ia berjuang membesarkan anaknya, menutupi aib dari para tetangga. Selalu berpindah agar meninggalkan jejak kelamnya membesarkan anak dengan sangat baik.

***

Semua berakhir. Setelah mendapatkan kabar jika Sarah sudah meninggal hidup Devan muali berantakan lagi.

"Ya Allah … kenapa Kau beri ujian seberat ini? Kenapa harus ada kematian. Kenapa bukan aku saja yang membuat luka pada Sarah."

Ingatannya tak pernah sampai pada titik akhir. Kenangan perihal gadis itu tak akan pernah terganti. Pun begitu, tentang dia tak akan pudar dari kepalanya meski matahari telah timbul tenggelam ribuan kali.

Saat itu Devan masih diam di tempat di mana ia berdiri. Hatinya begitu cemas saat mereka bertabrakan di lobi kampus.

"Maaf."

Devan terdiam.

"Maaf Kak kalau aku tiba-tiba datang."

Devan masih tetap bergeming. Ia tak lepas menatap Sarah.

"Kak."

"Oh, aku juga salah kok. Maafin aku juga ya."

"Tentu."

"Oke permisi kalau gitu, Kak."

Devan masih terdiam. Ia seolah bingung mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab gadis itu tapi bibirnya seolah tertutup rapat. Suasana tiba-tiba saja menjadi canggung. Sarah pergi meninggalkan Devan yang diam bak patung.

Devan tertawa mengingat kejadian malu-malu saat bertemu Sarah waktu itu, kini ia mendegar derap langkah mendekat. Jantungnya bergemuruh sebab sangat kenal dengan langkah berat itu. Persis ketika derap itu berhenti di balik punggung. Ternyata Zahira yang duduk di sisi Devan. Kedua tangannya meraih, kemudian menggenggam telapak tangan Devan.

"Mas, ayo masuk. Sudah hampir malam. Nanti bisa masuk angin." Suaranya pelan.

Devan mengerjap tatkala keyakinan timbul dalam dada, bahwa meski mereka persis satu sama lain, wanita itu memang bukan wanita dalam hatinya.

"Kamu duluan saja tidurnya aku nanti menyusul."

"Mas lama-lama bisa masuk angin."

"Sepuluh menit lagi?"

"Aku rindu."

Devan terdiam.

Zahira merasuk, merengkuh erat, menghirup dalam-dalam aroma lelaki yang seminggu itu keluar kota.

"Mas kenapa?" Zahira bertanya bingung tatkala mendapati tubuh kaku dan wajah keruh suaminya.

Pelan, Devan melepas belitan tangan istrinya.

"Aku cape banyak pekerjaan." Tanpa menatap Zahira.

Devan memilih tak menjawab. Tangannya sibuk menyalakan korek, entah sudah berapa rokok yang sudah ia hi-sap.

"Mas."

"Sudah tidurlah."

Kalimat serta suara dingin Devan membuat Zahira mundur sekian langkah. Zahira merasakan suara dalam dadanya merintih. Perempuan itu terlalu syok pada apa yang baru saja ia dengar bahwa Devan menolaknya secara halus. Setelah susah payah memungut perasaannya yang tercecer, Zahira menelan ludah, lalu berbalik menatap Devan.

"Mas menolakku?"

Devan menarik napas, lalu menoleh.

"Aku capek, Za. Pikiranmu terlalu jauh."

Devan berjalan mendekat, lalu mendekap istrinya dengan pelukan erat meski tanpa kehangatan. Di dada suaminya, Zahira tak bisa menahan tangis.

"Aku hanya rindu?" Suara Zahira putus-putus.

Devan tak menjawab. Hanya hela napas beratnya yang terdengar. Lalu, menangkup wajah istrinya, mendaratkan banyak kecupan di kening istrinya.

"Sudah. Aku disini."

Devan memilih diam dan merasakan badai dalam dadanya yang kian pecah. Harusnya Devan ingat bahwa gadis itu sudah meninggalkan dunia.

***

Besoknya di malam hari Reno mengantarkan Devan yang sempoyongan hampir tak sadarkan diri lalu mengetuk pintu. Zahira membukakan pintu mendapati suaminya sedang tak sadarkan diri. Zahira mencium aroma yang sangat menyengat. Seketika ia menutup hidung dengan tangan. Ia merasa kaget baru kali ini setelah sekian lama suaminya tak pernah menyentuh barang haram itu lagi.

"Reno kenapa dengan Mas Deva?"

"Emm tadi minum-minuman keras. Sampai tidak sadarkan diri seperti ini."

"Apa. Kok kamu biarkan sih."

"Ngak tahu orang tadi juga aku ditelepon teman suruh jemput Devan."

Reno membawa tubuh Devan ke sofa.

"Saya izin pamit."

"Tunggu dulu, apa Mas Devan ada masalah di kantornya?" tanya Zahira curiga.

Reno menaikkan bahu. "Aku rasa tidak, semuanya baik-baik saja. Kami juga tadi selesai meeting ia pamit mau pulang duluan."

"Astaga. Apa yang terjadi?"

"Aku ngak tahu, Mbak. Ya sudah sama pamit."

"Ya terima kasih sudah mengantarkan Mas Deva."

"Ya."

Zahira menatap ke arah suaminya yang setengah sadar. "Mas, bangun ...." Zahira mengguncangkan lengannya dengan lebih bertenaga.

Devan membuka matanya sayu dan menatap Zahira.

"Kamu," ucapnya serak. Sesaat kemudian, matanya kembali terpejam.

Ingin rasanya Zahira melampiaskan kekesalan padanya. Tapi logika mengingatkan, percuma saja memarahinya saat ini.

"Ayo, pindah. Masuk ke kamar! Sejak kapan Mas minum lagi? Sampai teler kayak gini," gerutu Zahira kesal.

"Lepasin! Kamu siapa?" Devan terus mencoba memberontak saat tangannya ditarik paksa oleh Zahira.

Tak menghiraukannya, Zahira terus menyeret Devan masuk ke dalam kamar yang letaknya lumayan jauh dari ruang utama.

"Lepas!" Devan menghentakkan tangannya sampai cekalan Zahira terlepas.

"Nyusahin ya!"

Devan yang masih setengah sadar, meski tenaganya kuat tetapi sering terhuyung karena kepalanya berasa berputar-putar usai minum.

"Lepas!" Untuk sepersekian detik mereka saling tatap. Devan memindai wajah di hadapan, bulu mata yang begitu lentik membuatnya berbeda dari yang lain. Apalagi alis tebal yang dimiliki gadis itu sukses membuat Devan benar-benar tertarik untuk saat ini.

"Kau bukankah kau sudah meninggal?" tanya Devan ngelantur.

"Gil-a! Aneh-aneh kalau bicara?" Zahira memekik.

"Kau yang gil-a, kenapa kau kesini?"

Lagi-lagi Zahira tak mengerti apa yang dibicarakan suaminya. Devan membuka mata lagi, ia bangun lalu duduk dan muntah. Menyembur di baju Zahira. Dia mulai panik lalu berteriak minta bantuan.

"Mas ini. Astaga nyusahin aja sih." Kesal Zahira.

"Mbok, mbok?" panggilnya pada si Mbok.

Si Mbok berlari ke arah dimana Devan dan Zahira berada. "Nggeh Non."

"Tolong kamu urusin Den Deva ya. Bajuku kotor kena muntahan dia."

"Nggeh, Non.

Kesal Zahira pergi meninggalkan Devan sama si Mbok untuk mengganti pakaian.

Devan tertawa. "Heii. Kamu masih hidup."

"Den sadar ini Mbok."

"Benar kau masih hidup."

Devan melihat gadis itu datang tersenyum menghampirinya.

Bab terkait

  • Gadis Yang Kunodai   Melamar Kerja

    Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya. "Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu. "Sarah, Nyonya.""Nama lengkap?""Sarah Mia, Nyonya."Wanita paruh baya itu manggut-manggut."Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya.""Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik. Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu. "Sarah.""Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong. "Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Gadis Yang Kunodai   Rawon Terenak

    "Sarah, oh dia baru kemarin datang. Kebetulan Tiara makin bandel jadi adikmu Dea kewalahan. Apalagi kan Dea bantuin kamu kerja. Jadi butuh suster untuk jagain Tiara." "Oh." Devan manggut-manggut ternyata baru kemarin Sarah bekerja di rumah Mamanya. "Cantik dia rajin mama suka. Dan sepertinya Tiara juga nyaman bersamanya." "Semoga saja, Ma." Gejolak bingung terhenti kala Mamanya kembali berbicara. Tidak ingin terlihat tidak sopan, Devan pun menyimak baik-baik ucapan Mamanya. Walaupun itu artinya Devan harus menyingkirkan sejenak tanda tanya yang sebelumnya muncul soal Sarah. Devan berusaha melebarkan bibir guna menciptakan senyum. Rasanya canggung sekali menanyakan soal Sarah lagi. "Wajah kamu agak pucat, Sayang? Kecapekan, ya?" Bu Lili memasang raut khawatir. "Ngak kok, Ma. Aku baik-baik saja." "Baik gimana orang bibir kamu juga kelihatan kering. Kurang minum itu?" "Mama aku baik-baik saja." "Baiklah. Yuk makan." Devan meringis. "Ngak lapar, Ma." "Apa aku minta Bibi untu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gadis Yang Kunodai   Depresi Lagi

    Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea. "Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang. "Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan.""Oke. Sudah Salat?""Sudah.""Oke kita jalan yuk.""Hu um."Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu. "Kita sudah sampai, Non."Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak.""Suka?""Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum"Sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gadis Yang Kunodai   Menggenggam Tangnnya

    "Mbak Sarah kenapa?" tanya Tiara. "Ngak apa-apa Non. Hanya masuk angin sedikit.""Mau berhenti dulu atau bagaimana?" tanya Devan. "Ngak usah saya tidak apa-apa, Den.""Minumlah!" Devan memberikan minuman pada Sarah. "Terima kasih."Devan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan keluar ia berjalan membelikan roti juga teh hangat untuk Sarah. Sarah pindah ke belakang dan Dea yang sekarang pindah ke depan. Devan memberitan roti juga teh hangat untuk Sarah. Tak sengaja Devan menyentuh tangan Sarah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman Devan. Baru kali ini Devan merasa sangat khawatir dan cemas. "Minumlah ini akan menghangatkan tubuhmu."Sarah mengangguk pelan. Dia menarik genggaman Devan.***Tiga puluh puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang Villa elite kediaman Pak Adiyasa. Mobil masuk ke halaman sebuah Vila mewah berlantai dua. Devan turun dari mobil, semua mengikuti. Berjalan masuk ke arah bangunan megah itu. Di depan pintu penjagaan seseorang menyapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gadis Yang Kunodai   Khawatir

    Sampai disana wanita petugas medis yang siaga lantas memeriksa Sarah. "Tidak apa-apa, kok, Pak. Sepertinya dia hanya shok saja. Tunggu, sebentar lagi pasti sadar. Bajunya basah di ganti saja.""Terima kasih," ucap Devan lega.Setelah wanita perawat keluar, Devan ikut keluar. Sementara Dea dan Tiara mengambil baju ganti yang dibelikan Devan. Lalu Dea memakaikan kaos dan rok. Selesai Devan ikut masuk. "Bagaimana masih belom siuman?""Belom Mas.""Ini salah aku, bagaimana ini?""Sabar ya sebentar lagi Mbak Sarah bangun."Devan menaruh minyak kayuh putih ditangan kemudian memgusapkan ke tengkuk leher juga hidung Sarah. Di sana, Sarah yang terbaring lemas samar-samar merasakan usapan hangat pada tubuhnya itu. Saat membuka mata Sarah melihat wajah Devan yang cemas. Sarah kaget dan kebingungan ketika tubuhnya sudah berganti pakaian, bahkan diruangan itu hanya ada dirinya dan Devan. Ia meraba seluruh badan dan rambut basahnya. Dan ingat kalau tadi sempat tidak sadarkan diri setelah menolon

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Gadis Yang Kunodai   Canggung

    Sarah terkejut menatap ke arah Devan tanpa kedip. "Anda ada ... apa, Den?"Hening menyelimuti mereka. "Sarah maaf. Aku tahu kamu belom tidur. Makanya aku bawakan ini makanlah." Tunjuk Devan membawakan satu mangkuk bubur juga susu hangat. Hening, Sarah masih menunduk sementara Devan menatap ke arah dalam kamar. "Kamu demam. Ada kompres itu?" tanyanya yang langsung memegang kening Sarah yang masih demam. "Ini sudah malam, Den. Pergilah." Usir Sarah takut. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan bubur ini." Ancamnya. Sarah berdecak malas. "Ya. Nanti aku makan Den."Devan tersenyum. "Tidak aku harus memastikan kamu memakannya, sekarang."Lagi-pagi Sarah berdecak malas. Dibuat jengkel oleh ulah Devan. "Astaga, apa maksudnya ini?" tanya Sarah bingung. Devan memaksa. "Makan." "Mulutku pahit, Den." "Aku suapi."Belum sempat Sarah menjawab Devan menarik tangan Sarah menuju kursi membuat Sarah ketakutan. "Ada apa dengan lelaki itu malam-malam gak jelas kelakuannya. Jangan-jangan?" B

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Gadis Yang Kunodai   Siapa Dia?

    Anak kecil itu sangat lihai berbicara, lebih-lebih menjawab segala pertanyaan Lea. Di sisi lain, Shaka tak pernah merasa minder ataupun bersedih. Tawa dan tangis silih berganti memenuhi rumah sederhana itu. Makin jauh waktu melaju, cerita demi cerita makin berdesakan memenuhi ingatan. Meski Sarah telah lama berteman dengan luka, Sarah membesarkan Shaka dengan kasih sayang tanpa seorang Ayah. Dia begitu setia menanggapi setiap tanya dan keluh anak semata wayangnya itu. Belaian, pelukan, dan tindakan. Setiap kata yang keluar dari mulut Shaka ia selalu menjawabnya dengan baik. Baginya, Shaka adalah bentuk anugrah terindah dari Mahakarya Sang Pencipta. Shaka teramat disayangi dan dididik dengan cara yang baik. Jika Shaka melakukan kesalahan, hal pertama yang Sarah lakukan adalah memberitahu secara baik-baik. Baginya, Shaka adalah sebagian dari dirinya. Karena jika Shaka emosi maka akan cepat pula ia meredam emosinya. "Bunda, teman-teman pondok bilang jika, Shaka tak punya, Ayah?" tanyan

  • Gadis Yang Kunodai   Jatuh Talak

    Gilang memutar tubuhnya menghadap ke arah Devan menunduk. Dia tersenyum sinis seperti meremehkan Devan."Mau gimana lagi kau tak pernah menganggapnya ada. Dan kau jarang menyentuhnya, kan?" Sahutnya penuh ejekan. Pria itu tertawa lepas. Dia membenarkan ucapan Devan. Devan tertawa sinis. "Haha selama ini aku seperti orang yang bodoh. Kalian berdua membohongiku.""Tidak seperi itu, Mas." Elak Zahira. Devan terlihat gusar. "Zahira, aku talak kamu, mulai hari ini, pernikahan kita telah selesai.""Mas Devan. Kumohon." Zahira hanya bisa memohon dan meremas jemari seiring hati yang tergores luka karena talak itu. Devan pergi dengan amarah, membanting pintu dengan amat keras. Bayangkan saja Zahira bisa selingkuh darinya dan ia tak tahu. Zahira menatap kesal ke arah Gilang kekasih bayangannya itu. "Pergi dari sini. Aku sudah tidak tertarik lagi padamu!" ucapnya pada Gilang. Gilang tertawa dalam hati. "Kenapa Sayang bukanlah itu benar? Aku bahkan disini untukmu." "Aku bilang pergi!" Bent

  • Gadis Yang Kunodai   Kekasih Bayangan

    Kekasih Bayangan "Mari kita lihat, Ma. Siapa yang salah. Sengaja aku menyuruh Pak Di agar memasang CCTV di setiap sudut kamar.""CCTV?""Ya."Semua berkumpul duduk melihat sebelum kejadian Zahira terpeleset jatuh. Terlihat Zahira menyakiti Sarah di ruang tamu membuat semuanya kaget, semua terdiam menatap layar laptop Dea. "Mbak Sari, suruh Sarah bersihin kamar mandi ya.""Tapi, Non.""Gak ada tapi-tapi lakukan perintah saya."Terlihat di CCTV itu Sari merasa gugup dan kesal. "Gimana sih bukannya, Sarah pulang kampung." Gerutunya. Satu hari sebelum kejadian Zahira mengendap-endap membawa minyak ke arah kamar mandinya sendiri, lalu menyiramkan minyak ke kamar mandi itu dan tertawa keras. "Game over. Lihatlah Sarah kau akan dipecat dari rumah suamiku ini." Bisik Zahira yang masih bisa di dengar dilayar laptopSemua terkejut, Bu Lili memegang dadah, ia baru tahu ternyata wanita pilihannya adalah wanita yang sangat jahat berharap apa yang dilihatnya bohong. Kelakuan Zahira diluar bata

  • Gadis Yang Kunodai   Keguguran Lagi.

    Zahira membuka mata perlahan, kepalanya luar biasa sakit dan berdenyut-denyut parah. Seolah ia baru mengalami mimpi yang tak pernah ia rasakan. Sesaat kepalanya melayang-layang. Dan kembali terlelap, lalu bangun lagi dengan kepala yang begitu berat. Beberapa bagian tubuhnya, bahkan sulit untuk bisa digerakkan. Cahaya terang menerangi matanya. sepertinya hanya ada beberapa lubang angin yang bisa ia lihat. Membuat Zahira kesulitan untuk melihat ruangan lebih jauh. Seperti saat ini ia sedang berbaring lemah ada sesuatu yang menyelimuti tubuhnya. Ia ingin bicara namun tak bisa, karena efek dari obat bius masih bekerja. Zahira mendengar suara tangisan yang memegang tangannya. Ia berusaha sedikit membuka mata dan cahaya terang terlihat, suara ibunya terdengar oleh pendengaran. Tenggorokannya terasa kering Zahira mencoba bersuara dengan pelan. "Zahira, sudah bangun, Nak?" sebuah suara meraih pendengarannya, ia berusaha menggerakkan kepala mencoba mencari asal suara. Dan benar wajah Mamany

  • Gadis Yang Kunodai   Menjemput Shaka

    Sarah berjalan meninggalkan Zahira yang masih menatapnya kesal, Sarah berjalan ke arah depan berpamitan dengan Bibinya. "Salam buat Shaka." Aang Bibi menepuk pundak Sarah pelan. "Nggeh. Saya berangkat dulu Bi." Pamit Aarah sedih. Wanita paruh baya itu tersenyum. "Ya, hati-hati." "Nggeh, Bi." Setengah jam kemudian guncangan yang Sarah rasakan di bahu, saat sebuah tangan membangunkannya. Pak Di membangunkan Sarah. "Sudah sampai, Mbak." "Eh, ya Pak maaf aku ketiduran." Sarah bergegas mengambil tas dan keluar dari mobil. "Ngak apa-apa. Saya duluan kalau begitu, Mbak." Sarah mengangguk. "Iya terimakasih dan hati-hati." "Ngeh, Mbak." Sesaat Sarah tersadar saat melihat Shaka berlari ke arahnya dengan senyuman termanisnya. "Bunda ...!" "Sayang." Shaka hampir saja menangis."Bunda, Shaka kangen!" "Bunda juga, Sayang. Jagoan Bunda ceria sekali." "Ya kan bisa bareng Bunda lagi." Sarah memeluk putranya lama. Betapa ia sangat merindukan putra kesayangannya. "Pulang yuk se

  • Gadis Yang Kunodai   Jadi Asing

    Lima bulan berlalu Sarah menatap cermin rias. Menatap tubuhnya sendiri yang tampak di bayangan kaca. Meraba wajah, kulitnya tampak putih bersih, rambutnya hitam panjang melewati bahu. Semua orang mengakui tubuhnya mendekati kata sempurna. Sarah hanya terpaku karena kecantikannya tak sebaik kisah cintanya. Sarah menguncir rambutnya lalu memakai pashmina dengan pelan berjalan ke arah luar menuju dapur."Sarah."Sarah berhenti dan menoleh. "Nggeh, Bi.""Emm bisa bantu.""Bisa, Bi.""Bawakan kopi ini untuk, Den Devan dan Tuan ya."Glek. Bahkan sudah hampir lima bulan ini Devan dan mereka kembali menjadi seperti orang asing. Devan pun jarang main ke rumah Mamnya ini. "Tapi.""Tolonglah. Bibi harus belanja di depan tuh."Sarah menganggukkan kepala. "Ya, deh."Namun, ada rasa resah yang bersemayam dihati. Kemudian Sarah mengingatkan dirinya bahwa memang sudah seharusnya bisa mulai membiasakan diri. Berjuang untuk dirinya dan juga Shaka putranya. "Sarah, tidak semua orang jahat. Banyak oran

  • Gadis Yang Kunodai   Kamu Menolakku Lagi

    Devan menaruh ponselnya tergeletak di meja kamar ia bangkit dari duduknya dan mengambil baju ganti di lemari. Selesai ia turun duduk disofa seraya menikmati secangkir kopi buatan Bibi Nik. "Sayang!" Bu Lili datang memeluk putranya. Wajahnya terlihat bahagia. "Mama."Wanita cantik di usia yang tidak lagi muda itu tidak menjawab. Dia hanya menggeleng sambil terus memeluk putranya itu. "Mama kapan datang?""Baru saja. Bagaimana keadaan Sarah?"Devan tersenyum. "Baik. Sudah pulang tadi pagi.""Syukurlah.""Mama gantian peluknya." Lea mendengus pelan. Karena wanita cantik itu juga baru pulang kuliah di luar negeri. Yang tentunya juga sangat merindukan sang kakak. Lea adalah adik bungsu Devan yang selama ini kuliah jauh, hampir beberapa tahun mereka tak saling bertemu. Devan tertawa dan melepaskan pelukan sang Mama. "Sini!" Devan tersenyum. Lea berhambur memeluk kakaknya. "Aku rindu, Mas.""Lancar kuliahnya?""Alhamdulillah lancar, hanya ada beberapa yang sulit dimengerti, tapi oke si

  • Gadis Yang Kunodai   Tentang Tahta

    "Ya sih tapi aku terlanjur benci sama dia. Dia merebut hati Papa dari Mamaku."Saga membelalakan kwdua matanya. "Why! Sarah menolak, kan?"Zahira terdiam. "Sesuatu yang buruk dari awal, apalagi di lakukan dengan cara kebohongan dan licik akan menghancurkan orang itu sendiri, Zahira." Zahira tersenyum licik. "Baiklah akan aku lakukan sendiri, aku yang akan atur dan aku pastinya nanti Sarah akan di pecat dari rumah mertuaku."Saga menatapnya tajam. "Kau wanita licik. Ingat ya jika terjadi sesuatu dengan Sarah aku tak akan memaafkanmu."Zahira menatap ke arah Saga kesal. "Hah, heran sekali aku apa kelebihan wanita itu hingga semua orang ingin melindunginya.""Karena dia punya hati yang baik.""Bedebah. Aku benci dia.""Semoga alasannya karena kamu telah jatuh cinta pada Devan, bukan karena hal lain juga embel-embel soal Papamu yang bahkan dari awal Sarah sudah menolaknya." Sindirnya. "Tetap saja dia wanita penggoda.""Terserah aku tekankan jangan membuat Sarah terluka. Jika tidak kam

  • Gadis Yang Kunodai   Masa Lalu

    Saga meneliti penampilan Sarah beralih melihat sekilas Devan. Pria itu terlalu tampan untuk menjadi saingannya. Saga merasa kesal karena Sarah tetap memilih dan masih saja percaya dengan Devan lelaki yang jelas-jelas menyakitinya. Begitupun Devan ia tidak nyaman karena kehadiran Saga. Ah, Devan merasa cemburu dan segera menepis pemikiran aneh yang sempat melintas. Mana mungkin Sarah akan menjalin hubungan dengannya? Bahkan setelah beberapa tahun ini Sarah juga masih sendiri. "Saya titip, Sarah. Pastikan dia baik-baik saja, jika tidak aku akan mengambilnya menjauh darimu."Satu alis Devan terangkat. Pria itu memintanya menjaga Sarah? Tanpa pria itu minta pun, tentu saja akan Devan lakukan karena sudah menjadi tugasnya. Lagian pertemanan mereka berdua dulu begitu akrab kenapa Saga berubah menjadi sosok yang menyebalkan. "Kamu tenang saja. Saya akan menjaga Sarah lebih dari menjaga diri saya sendiri."Saga manggut-manggut tak percaya. "Semoga bisa dipercaya ucapanmu."Devan hanya diam.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status