Share

Depresi Lagi

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-02-07 21:32:14

Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea.

"Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang.

"Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan."

"Oke. Sudah Salat?"

"Sudah."

"Oke kita jalan yuk."

"Hu um."

Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu.

"Kita sudah sampai, Non."

Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak."

"Suka?"

"Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum

"Sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Menggenggam Tangnnya

    "Mbak Sarah kenapa?" tanya Tiara. "Ngak apa-apa Non. Hanya masuk angin sedikit.""Mau berhenti dulu atau bagaimana?" tanya Devan. "Ngak usah saya tidak apa-apa, Den.""Minumlah!" Devan memberikan minuman pada Sarah. "Terima kasih."Devan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan keluar ia berjalan membelikan roti juga teh hangat untuk Sarah. Sarah pindah ke belakang dan Dea yang sekarang pindah ke depan. Devan memberitan roti juga teh hangat untuk Sarah. Tak sengaja Devan menyentuh tangan Sarah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman Devan. Baru kali ini Devan merasa sangat khawatir dan cemas. "Minumlah ini akan menghangatkan tubuhmu."Sarah mengangguk pelan. Dia menarik genggaman Devan.***Tiga puluh puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang Villa elite kediaman Pak Adiyasa. Mobil masuk ke halaman sebuah Vila mewah berlantai dua. Devan turun dari mobil, semua mengikuti. Berjalan masuk ke arah bangunan megah itu. Di depan pintu penjagaan seseorang menyapa

    Last Updated : 2025-02-08
  • Gadis Yang Kunodai   Khawatir

    Sampai disana wanita petugas medis yang siaga lantas memeriksa Sarah. "Tidak apa-apa, kok, Pak. Sepertinya dia hanya shok saja. Tunggu, sebentar lagi pasti sadar. Bajunya basah di ganti saja.""Terima kasih," ucap Devan lega.Setelah wanita perawat keluar, Devan ikut keluar. Sementara Dea dan Tiara mengambil baju ganti yang dibelikan Devan. Lalu Dea memakaikan kaos dan rok. Selesai Devan ikut masuk. "Bagaimana masih belom siuman?""Belom Mas.""Ini salah aku, bagaimana ini?""Sabar ya sebentar lagi Mbak Sarah bangun."Devan menaruh minyak kayuh putih ditangan kemudian memgusapkan ke tengkuk leher juga hidung Sarah. Di sana, Sarah yang terbaring lemas samar-samar merasakan usapan hangat pada tubuhnya itu. Saat membuka mata Sarah melihat wajah Devan yang cemas. Sarah kaget dan kebingungan ketika tubuhnya sudah berganti pakaian, bahkan diruangan itu hanya ada dirinya dan Devan. Ia meraba seluruh badan dan rambut basahnya. Dan ingat kalau tadi sempat tidak sadarkan diri setelah menolon

    Last Updated : 2025-02-09
  • Gadis Yang Kunodai   Canggung

    Sarah terkejut menatap ke arah Devan tanpa kedip. "Anda ada ... apa, Den?"Hening menyelimuti mereka. "Sarah maaf. Aku tahu kamu belom tidur. Makanya aku bawakan ini makanlah." Tunjuk Devan membawakan satu mangkuk bubur juga susu hangat. Hening, Sarah masih menunduk sementara Devan menatap ke arah dalam kamar. "Kamu demam. Ada kompres itu?" tanyanya yang langsung memegang kening Sarah yang masih demam. "Ini sudah malam, Den. Pergilah." Usir Sarah takut. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan bubur ini." Ancamnya. Sarah berdecak malas. "Ya. Nanti aku makan Den."Devan tersenyum. "Tidak aku harus memastikan kamu memakannya, sekarang."Lagi-pagi Sarah berdecak malas. Dibuat jengkel oleh ulah Devan. "Astaga, apa maksudnya ini?" tanya Sarah bingung. Devan memaksa. "Makan." "Mulutku pahit, Den." "Aku suapi."Belum sempat Sarah menjawab Devan menarik tangan Sarah menuju kursi membuat Sarah ketakutan. "Ada apa dengan lelaki itu malam-malam gak jelas kelakuannya. Jangan-jangan?" B

    Last Updated : 2025-02-10
  • Gadis Yang Kunodai   Terima Kasih, Den.

    Devan masuk ke kamar membawa nampan berisi piring dengan potongan roti isi dan segelas susu. Dia sudah terlihat rapi dalam balutan kaos putih dan celana jeans. Sedangkan Sarah sudah selesai mandi air hangat dan Solat Subuh. "Sudah bangun. Ini sarapannya. Setelah sarapan nanti minum obat," ucapnya mengingatkan. "Den aku bisa sendiri gak usah repot-repot."Devan tak menjawab. Hanya memijat kening pelan dengan mata terpejam. Kemudian ia keluar menutup pintu. Lalu pintu kembali terbuka dan Devan kembali masuk lagi. Sarah tersenyum."Aku tunggu sampai rotinya habis." Ucapnya membuat Sarah kaget. "Den.""Ayo dimakan takutnya ngak kamu makan.""Ya baiklah."Setelah suapan terakhir potongan roti dari tangannya, Devan menyodorkan segelas susu. Sarah menatap wajah Devan lekat. Dia mengalihkan pandangan ke arah gelas susu yang ada di tangan Devan. "Semalam Aden nggak tidur?" tanya Sarah terbata. Karena Devan mengompres dirinya semalaman hingga pagi. Dan sekarang suhu badan Sarah sudah memb

    Last Updated : 2025-02-11
  • Gadis Yang Kunodai   Gadis Masa Lalu

    Dea mengerjitkan dahi. "Seingat aku, Mas ngak punya masa lalu. Dan ya satu gadis yang Mas kagumi saat kuliah itu kan? Yang Mas sering cerita.""Emm.""Jadi Mas ketemu gadis itu lagi?"Devan menganggukkan kepala. "Hati-hati. Dari rasa itu bisa jadi terulang kisah cinta yang belum kelar, ingat ya udah ada Mbak Zahira juga," tandas Dea."Hmm."Jemari Devan memainkan bolpoin diatas meja. Kemungkinan bertemu dengan Sarah setiap hari terjadi dan bisa membuat goyah hati Devan."Apa Mas tak bahagia dengan Mbak Zahira?"Devan terdiam. "Jadi masih sama tak ada yang spesial? Masih gadis itu yang ada di hati Mas Dev?""Mau bagaimana lagi, tapi Mama bahagia, kan." Jelas Devan. Dea mendekat memeluk kakaknya erat. Ia tahu bagaimana dulu Devan menolak mati-matian untuk dijodohkan dengan Zahira, namun Mamanya menolak dan tetap keukeuh untuk menjodohkan. Tak lama, telepon dimeja Devan berbunyi membuat Dea memandangnya. "Mbak Zahira. Angkatlah siapa tahu penting, Mas!" "Ya?"Devan mengambil ponsel

    Last Updated : 2025-02-12
  • Gadis Yang Kunodai   Aku Memang Pengecut

    "Pertanyaanku kenapa dulu kamu ninggalin aku saat di rumah sakit?"Devan terdiam. Suasana hening. Sarah kembali meminum airnya. Sarah memalingkan wajah. "Kenapa?"Akan tetapi, semakin lama, Sarah tak punya pilihan selain melanjutkan hidup dan membiarkan perasaannya tumbuh sampai ia layu dengan sendirinya. Bukankah daun sesegar apa pun punya masa untuk luruh dan kalah oleh waktu? Devan menarik napas dalam. "Karena dokter akan mengusut dan memenjarakan yang menodaimu. Saat itu aku ketakutan.""Pengecut.""Ya aku memang pengecut."Untuk semua yang telah terjadi di masa lalu, Devan minta maaf? Mengapa baru sekarang? Mengapa tidak dari awal saat Sarah terperosok di titik terendah? "Maaf karena luka itu. Aku tahu kamu depresi karena ulahku.""Ya Aden breng-sek." Kesal Sarah. Ingatan itu lantas kembali ke masa dulu. Devan memaksakan senyum. Tanpa kata-kata, Devan meraih air, lalu menandaskan isinya dalam beberapa teguk. "Ya itu aku."Entah siapa yang harus Sarah salahkan atas apa yang te

    Last Updated : 2025-02-13
  • Gadis Yang Kunodai   Kau menolakku

    Setelah menempuh perjalanan beberapa jam mereka sampai dirumah. Devan membantu membukakan pintu untuk Sarah. "Sini biar aku yang bawa." Devan mengambil alih barang-batang yang tadi di beli. "Ya Den.""Ayo masuk."Sarah tersenyum. Mereka semua masuk dan Devan dikagetkan oleh teriakan seorang wanita yang tak asing olehnya. "Mas Dev!"Devan kaget saat masuk ke rumah sudah ada Zahira di rumah Mamanya. "Mas aku rindu." Setengah berlari Zahira memeluk Devan erat. Sarah hanya melihatnya sekilas. Lalu menundukkan kepala. "Kapan kesini?" tanya Devan kaget lalu melirik ke arah Sarah yang menatapnya sebentar dan masih berdiri agak jauh darinya. "Satu jam yang lalu, Mas. Aku tungguin dari tadi."Devan hanya bersikap datar. "Mas Dev ngak rindu sama aku." Kilahnya memeluk mesra Devan. Devan terdiam. Sementara Sarah terdiam dan menunduk, berharap jika hatinya aman dan tak kambuh lagi karena melihat keromantisan mereka berdua. "Ayo pulang, Mas."Devan terdiam. "Ayolah kita pulang." Pinta

    Last Updated : 2025-02-14
  • Gadis Yang Kunodai   Tentang Perasaan

    Mereka berdua berjalan ke arah kamar Tiara di sana Sarah menidurkannya, lima menit saat Sarah menceritakan tentang dongeng Malin kundang anak kecil itu sudah tertidur. Sarah menutupi tubuh mungil itu dengan selimut lalu berjalan ke arah luar dan menutup pintu. Sarah berjalan menuju lift kotak itu ia menekan tombol ke lantai satu saat pintu mau tertutup Devan menahan pintu itu dan ikut masuk ke dalam lift. Kini Sarah merasa takut oleh sikap lelaki itu. "Aku bisa membiayai kebutuhanmu, tanpa kamu harus bekerja di sini. Kamu cukup menjadi wanita baik dan menurutiku," tuturnya."Maksudmu menjadi simpananmu, Den?"Devan tertawa. "Kenapa tidak.""Aden, gil--a.""Enak kan tanpa harus bekerja cape-cape."Sarah begitu kesal, kini harga dirinya lagi diinjak-injak lagi oleh lelaki itu. "Sarah aku tak tega lihat kamu bekerja." Kilahnya. "Jangan mendebatkan hidupku. Bukan hakmu. Memangnya siapa, Aden?"Devan terdiam. "Laki-laki macam apa yang menodai terus pergi?" Kesal Sarah. "Maaf.""Aden h

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Semua Rindu Devan

    "Bunda lihatlah Kak Shaka teleponan sama seorang wanita." Adu Raiyan pada sang Bunda. Sarah tersenyum. "Masa? Benar itu Shaka?" tanya Sarah penasaran karena selama ini Shaka begitu rapat menyimpan teman wanitanya. "Tidak ada. Orang ini teman mengajar aku Bunda. Adek saja yang kepo," jawabannya seraya menunduk. "Itung-itungan buat semangatin kalau ngajar kan, Mas.""Apaan ngak ngak ngak.""Dih. Cakep tau itu fotonya." Goda adiknya Raiyan. Shaka merasa malu. "Adek." Shaka kembali menggendong adik perempuannya Syena. Sarah menggelengkan kepala, "sudah-sudah mungkin Kakak kamu ingin fokus mengajar Raiyan."Raiyan tergelak, jalan pikiran kakaknya Shaka memang lain dari yang lain. Baginya itu sangat menghibur karena ia tipe pendiam, "Ide bagus. Tapi jangan kelamaan jomblo Mas." Godanya seraya menemani Syema bermain. "Raiy sudah jangan ganggu Kakakmu, lihatlah mukanya merah itu." Kata Sarah tersenyum. "Iya iya, Bunda."Shaka menguncir rambut adiknya. ''Bunda Syena dan Syema sudah maka

  • Gadis Yang Kunodai   Rindu kamu

    Devan mengisap dalam-dalam rokoknya, lalu mengembuskannya pelan. Ia menatap istrinya lama. Tatapan mata itu yang dulu selalu berhasil meluluhkan Devan, hingga Devan kalah berulang kali. "Minumlah, Mas!" Sarah membawakan secangkir kopi panas untuk suaminya. "Ya.""Bagaimana tangannya masih linu?'' tanya Sarah pada suaminya lagi. "Lumayan sih."Sarah menggeleng. "Jadi hari ini terakhir kontrol?''"Ya Sayang. Alhamdulillah pen sudah dilepas semua normal tinggal pemulihan saja.''"Alhamdulillah kalau begitu." Sarah duduk didekat suaminya. "Kamu tidak mencintaiku lagi?" Sarah tertawa keras hingga air mata menghentikannya. "Mas."Kekhawatiran berlebih pada sesuatu yang belum terjadi, kerap menimbulkan ketakutan tak beralasan, karena usai jatuh beberapa tahun lalu Devan harus terapi karena tangannya cidera akibat menghindari mobil yang mengarah ke pada dirinya. Sarah mendorong pelan dadanya untuk melepaskan diri dari pelukannya. Tersenyum kaku saat melihat tatapannya yang seolah menunt

  • Gadis Yang Kunodai   Penyesalan Zahira

    Tangan Zahira mengusap cepat air yang tersisa di mata dan pipi. Ia lantas mengulas sebuah senyum, senyum yang bisa Zahira pastikan hanya sebuah kamuflase. Ya, hanya untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Padahal, gurat kesedihan dan kecewa terlihat jelas di wajahnya."Pagi Sayang.""Pagi, Ma.""Bagaimana semalam tidurnya nyenyak?""Eumm.""Syukurlah. Kita lalui ini sama-sama," ucap Mamanya seraya menariknya dalam pelukan. Zahira tahu Mamanya bermaksud menghiburnya, tetapi yang terjadi ia malah kembali menangis, hingga terisak-isak di pelukannya. "Sudah, jangan nangis lagi. Hanya kamu satu-satunya harta Mama.''"Kenapa pas kecelakaan aku tak mati saja, Mama. Kenapa harus Joy?" "Hus. Jangan bicara begitu, mungkin Allah punya rencana lain untukmu, Nak."Zahira terdiam. "Sabar ya."Sang Ibu mendorong kursi Zahira ke dekat sofa. "Tapi aku bukan wanita sempurna aku cacat, Mama."''Kamu masih punya Mama. Tenanglah.''Zahira menggelengkan kepala. "Tidak, aku kesepian, Ma.""Sudah, ja

  • Gadis Yang Kunodai   Tak Bisa Melupa

    Sekarang apa yang bisa Zahira lakukan selain menjalani hidup tanpa arti, mungkin itu karmanya karena sikap jahatnya selama ini padanya. Mata kini terpejam, segera kembali terbuka ketika mobil sepertinya sudah berhenti di depan rumah. Zahira menyusuri halaman rumah di dorong dengan kursi roda, oleh bodyguard sekaligus sopir kiriman Papanya tiga tahun lalu. "Deri, apa aku terlalu buruk?" tanyanya tidak sanggup lagi menahan ucapan. Ada yang menekan keras hati di dalam sini, seluruh sendi seakan lepas dari pengait. "Siapa yang bilang, Non?" tanya balik Deri pada majikannya itu. "Aku. Aku bahkan wanita tak berguna juga wanita jahat, aku telah menyakiti banyak orang.""Non semua orang punya masa lalu.""Aku lelah bolak-balik berobat ke Singapore tapi sepertinya tak ada hasil."Deri menatapnya lembut, terlihat dia tersenyum. "Karena bolak-balik itu akan membuat, Non bisa berjalan lagi."Zahira menunduk karena tidak kuasa menahan rasa bersalah, merasa malu telah berbuat semena-mena dengan

  • Gadis Yang Kunodai   Karma

    Tiga tahun kemudian. Perjalanan pulang dari Singapura terasa panjang dan melelahkan. Bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai juga jalanan Jakarta yang padat, menyambut kedatangan Zahira seperti sekarang ini. Sudah hampir satu tahun belakangan ini Sarah mondar-mandir Jakarta-Singapura. Demi pengobatan kakinya yang lumpuh karena tak bisa jalan. Zahira menghela napas panjang. Mematikan layar ponsel dan memasukannya ke tas yang ia kenakan. Di dorong Deri sang bodyguard dengan kursi roda itu membuatnya muak dan putus asa, ia menangis hampir setiap saat. Zahira memejamkan mata lelah dan berat. Teringat terakhir kali mereka bertemu Devan di kantor sehari setelah Zahira mengalami kecelakaan hebat, Karena Zahira ingin menabrak Devan hingga dirinya terbanting sendiri bahkan rekan kerja juga sahabatnya Joy meninggal di tempat. Berdua duduk berdampingan siang itu, Zahira mulai berkeluh kesah. Mulai menyesali diri, mengutuki diri karena kematian Joy sahabatnya. Masih Zahira ingat perkataan Devan

  • Gadis Yang Kunodai   Mencelakai Devan

    "Sayang sudah siap?'' tanya Devan selesai sarapan. "Sudah, Mas.""Mau diantar ke Apotek apa ke rumah Mama.""Kerumah Mama Lili sebentar boleh gak?""Boleh.""Yakin Mas gak telat.""Enggak Sayang."Sarah tersenyum mencium pipi suaminya. "Makasih Mas.""Sama-sama. Yuk." Devan berjalan membukakan pintu mobil. Kebetulan Raiyan sudah dibawa Bu Selin tadi pagi, kini giliran Sarah ke apotek untuk meninjau ada beberapa obat-obatan datang hari ini. "Kamu suka ini, Sayang?" tanya Devan sembari menyodorkan sebuah cincin ketika mobil belom berjalan. Mata Sarah berbinar. "Ini bagus sekali, Mas! Tapi, ini....""Tapi, kenapa?""Dalam rangka apa memberikan ini?''"Biar aku pasangkan."Ada sebuah rasa haru tersemat dalam hatinya. Lelaki di hadapannya ini memang luar biasa. Selama pernikahan selalu Devan memberikan kejutan-kejutan kecil. "Cantik sekali." Kata Devan seraya tersenyum. Entah mengapa matanya Sarah malah tiba-tiba basah karena terharu. "Sayang, Kamu tidak menyukai cincinnya, atau kek

  • Gadis Yang Kunodai   Setangkai Mawar Putih

    Selesai mengabari orang tuanya Devan berbelok di sebuah toko bunga. "Silakan, Tuan." Penjual bunga itu tersenyum dengan ramah. "Mau cari buat kekasih?" tanya sang pelayanan itu. "Bukan, istri." Devan menjawab. "Untuk istri bagusnya yang mawar putih, Tuan.""Boleh," balas Devan. Lalu Devan mengambil setangkai mawar putih untuk dibayar setelahnya Devan pergi. Devan tahu Sarah bukan gadis yang menyukai sesuatu yang berlebihan. Pernah memprotes saat Devan terus membelikan buket setiap hari dan Sarah menolaknya saat itu. Setelah itu, Devan tak pernah membelikannya lagi.Devan sangat bersyukur. Kadang, rasanya begitu bangga bisa di beri kesempatan kedua oleh Sarah. Bangga dan Devan tak ingin kehilangan. Berharap hingga menua nanti.Setelah memarkirkan mobil, Devan masuk melangkah menuju kamar mereka. "Sayang belom tidur?""Nggak bisa tidur, aku ingat kejadian tadi pagi saja," jawabnya. Devan tersenyum sekilas. Lalu duduk di kursi di depan Sarah. "Sudah ya. Semuanya baik-baik saja."S

  • Gadis Yang Kunodai   Hadiah Rumah Dari Mama Selin

    Setelah Devan mendapatkan perawatan di kepalanya, Devan kembali ke runagan IGD mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Setelah tenang ia duduk lantunan do'a terus ia ucapkan memohon kesembuhan untuk istri tercinta. Diiringi air mata, Devan meratap, segala dzikir dan do'a dilafadz. Berharap keajaiban yang selalu diyakininya. Jika hamba meminta, Allah akan mengabulkan.Kali ini Devan panik melihat ke arah kanan ada beberapa pengunjung tertidur di bangku panjang. Devan duduk lalu berdiri mematung, Hati Devan begitu terguncang melihat pemandangan yang ada di depannya saat itu. Betapa tidak istrinya pingsan karena kejadian tadi. Tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. "Ya.""Penyebab kebakaran, dugaan sementara oleh pihak Kepolisian korsleting listrik, Den" ''Yakin karena korsleting listrik? Aku minta selidiki lagi.""Baik, Den.""Aku gak mau tahu, cari penyebabnya."Devan mengepalkan tangannya ia ceroboh kenapa bisa ia kecolongan soal ini. Hampir saja nyawa istri dan anaknya terenggut

  • Gadis Yang Kunodai   Kebakaran

    Si Mbok dan si Mbak berlari ke arah kamar Sarah setelah melihat kebakaran dari depan bagian bagasi rumah majikannya. "Kamu cek pintu keluar yang disamping biar aku panggil Non Sarah.''"Baik, Mbok."Wanita muda itu berlari ke arah samping rumah yang masih aman dari kobaran api. "Non Sarah, kebakaran!!" Si Mbok mengedor pintu kamar Sarah. "Non buka pintu, ayo keluar!" Lagi dengan kencang dan panik si Mbok menggedor pintu. Udara sejuk dari pendingin udara berganti jadi panas membara tiba-tiba. Sarah tersentak saat suara teriakan terdengar dari luar rumah memekakkan telinga. Jeritan bersahutan si Mbok dan Mbak itu terus menerus, begitu juga asap menghitam yang memenuhi ruangan. "Non buka pintu!" ucap si Mbok sambil terus batuk-batuk. Sesuatu menyekat pernapasannya. Kian lama rumah kian gelap, anehnya, celah di atas pintu depan rumah memancar cahaya merah yang menyala-nyala. "Ya Mbok.'' Sahut Sarah dari dalam. "Non kebakaran! Ayo cepat.''"Apa. Kebakaran!! Den Dev sudah berangkat?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status