Share

Kau menolakku

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-02-14 08:22:23

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam mereka sampai dirumah. Devan membantu membukakan pintu untuk Sarah.

"Sini biar aku yang bawa." Devan mengambil alih barang-batang yang tadi di beli.

"Ya Den."

"Ayo masuk."

Sarah tersenyum.

Mereka semua masuk dan Devan dikagetkan oleh teriakan seorang wanita yang tak asing olehnya.

"Mas Dev!"

Devan kaget saat masuk ke rumah sudah ada Zahira di rumah Mamanya.

"Mas aku rindu." Setengah berlari Zahira memeluk Devan erat.

Sarah hanya melihatnya sekilas. Lalu menundukkan kepala.

"Kapan kesini?" tanya Devan kaget lalu melirik ke arah Sarah yang menatapnya sebentar dan masih berdiri agak jauh darinya.

"Satu jam yang lalu, Mas. Aku tungguin dari tadi."

Devan hanya bersikap datar.

"Mas Dev ngak rindu sama aku." Kilahnya memeluk mesra Devan.

Devan terdiam.

Sementara Sarah terdiam dan menunduk, berharap jika hatinya aman dan tak kambuh lagi karena melihat keromantisan mereka berdua.

"Ayo pulang, Mas."

Devan terdiam.

"Ayolah kita pulang." Pinta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Tentang Perasaan

    Mereka berdua berjalan ke arah kamar Tiara di sana Sarah menidurkannya, lima menit saat Sarah menceritakan tentang dongeng Malin kundang anak kecil itu sudah tertidur. Sarah menutupi tubuh mungil itu dengan selimut lalu berjalan ke arah luar dan menutup pintu. Sarah berjalan menuju lift kotak itu ia menekan tombol ke lantai satu saat pintu mau tertutup Devan menahan pintu itu dan ikut masuk ke dalam lift. Kini Sarah merasa takut oleh sikap lelaki itu. "Aku bisa membiayai kebutuhanmu, tanpa kamu harus bekerja di sini. Kamu cukup menjadi wanita baik dan menurutiku," tuturnya."Maksudmu menjadi simpananmu, Den?"Devan tertawa. "Kenapa tidak.""Aden, gil--a.""Enak kan tanpa harus bekerja cape-cape."Sarah begitu kesal, kini harga dirinya lagi diinjak-injak lagi oleh lelaki itu. "Sarah aku tak tega lihat kamu bekerja." Kilahnya. "Jangan mendebatkan hidupku. Bukan hakmu. Memangnya siapa, Aden?"Devan terdiam. "Laki-laki macam apa yang menodai terus pergi?" Kesal Sarah. "Maaf.""Aden h

    Last Updated : 2025-02-15
  • Gadis Yang Kunodai   Menjenguk Shaka

    Sarah ke dapur karena lapar. Melihat masakan habis hanya tersisa nasi saja itupun tinggal sedikit. Sarah membuka lemari es, mengambil sawi hijau sosis, telur juga baso dengan pelan Sarah memotong sayuruan beserta bumbu, cabe bawang merah bawang putih juga tomat. Selang beberapa menit mie buatan Sarah sudah matang. Sarah duduk seraya menikmati masakannya, ia lupa tak makan setelah kejadian tadi bersama Devan di lift. Tak jauh darinya, Devan berdiri di depan dapur, mata beningnya tampak meredup. Pria tampan berpostur tinggi tegap itu menampakkan wajah masam, sesekali meraup wajah dengan tangannya. Diusapnya perut yang sedari tadi lapar. Padahal ia sudah menghabiskan dua porsi baso buatan Sarah, tapi ia masih juga lapar, kemudian Devan tampak berjalan mendekati Sarah, matanya lekat menatap perempuan yang selama ini menduduki tempat dihatinya itu. "Makan apa?" tanya Devan seraya duduk di depan Sarah. Sarah kaget menatap ke arah suara. "Oh ini Den. Makan ini mie kuah," jawabnya sedikit

    Last Updated : 2025-02-16
  • Gadis Yang Kunodai   Bertemu Saga

    Siang hari mereka kumpul makan siang bersama ada Pak Adiyasa, Bu Lili, Dea dan Devan. "Eh, Ma aku tadi dapat nilai sepuluh lo, karena diajarin, Mbak Sarah." Tiara bercerita tentang kegiatannya di sekolah. "Benarkah, apa itu?" tanya Dea penasaran. "Hmm. Jadi menghapal surah Al-Fiil juga artinya, Ma." Jelas Tiara. "Benarkah wah keren putri, Mama.""Iya. Aku bisa menjawab semua pertanyaan guru termasuk kisah gagalnya usaha penghancuran Ka'bah oleh Raja Abrahah bersama enam puluh ribu tentaranya karena bantuan burung ababil yang diperintah sama Allah.""Wah keren sekali anak Mama. Keren memang Mbak Sarah ya."Devan terlihat tampak tersenyum ia lalu menarik napas berat karena ia tahu jika Sarah sangat pintar sedari kuliah. Tiara mengangguk pelan. "Tapi ngomong-ngomong kemana, Mbak Sarah Ma? Dari tadi Tiara gak melihatnya juga gak jemput Tiara sekolah."Izin pulang, Tiara." Sahut Bu Lili. Kedua netra Devan menatap ke arah Mamanya seolah ingin tahu keberadaan Sarah. "Pulang kemana, Om

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gadis Yang Kunodai   Gadis Kotor

    Gadis Kotor"Tolong bantu Devan. Sarah," ucap Bu Lili saat Sarah tiba di hadapannya.Sarah menatap Devan dengan satu alis terangkat. Ada banyak luka di wajahnya ada apa dengan laki-laki itu? "Baik, Nyah." Sarah mengangguk. Masih dengan senyum menggantung di kedua sudut bibirnya. Jawaban Sarah membuat Bu Lili mengembuskan napas lega. Tidak bisakah membawanya ke rumah sakit? Kenapa dia? Tapi hanya luka luar Sarah pun paham jika Devan pasti keukeuh tidak ingin mendapatkan pertolongan dari rumah sakit. Sarah akhirnya tidak boleh diam mematung, karena Devan saat ini membutuhkan pertolongannya. Terlebih mereka semua memaksa Sarah untuk melakukannya. Setidaknya Sarah bisa melakukan pertolongan pertama. Meskipun laki-laki itu yang dulu membuatnya hampir gila karena perbuatannya. "Ambilkan saya kain kasa juga kapas Mbak Sari," kata Sarah sambil mendekati sofa. Dan duduk di samping Devan. Wajah Sarah terlihat biasa saja, karena ia sudah terbiasa menangani seperti itu. Sari memberikan bebera

    Last Updated : 2025-02-18
  • Gadis Yang Kunodai   Merawat Devan

    Devan hanya diam, mungkin mengiyakan. Ia lalu meminum obatnya lalu kembali berbaring. Matanya terpejam entah mungkin karena obat sudah beraksi. Sarah menatap wajah laki-laki itu perasaan aneh apa itu, Sarah tekan dalam-dalam dadanya agar tak terasa sesak. "Jangan pergi," cegahnya, dengan mata terpejam"Apa!""Please temani aku sebentar saja."Sarah duduk canggung di sofa. Ternyata semua tak sesulit yang Sarah bayangkan, mengingat perkataan Devan yang begitu menyakitkan kemarin. Kepala Sarah tiba-tiba begitu berat hingga tak ia sadari Sarah tertidur di kursi kamar Devan. Devan menatap Sarah yang lagi tertidur, wanita itu begitu cantik. "Maaf Den. Saya ketiduran." Kata Sarah yang baru saja bangun. Devan tersenyum. Sarah bangkit dan malu bisa-bisanya ia tertidur. Memeriksa suhu badan Devan yang sudah tak demam lagi, dan menganti infus yang telah habis. Ia hanya diam dan sesekali menatapnya penuh tanya. Lelaki itu memandang Sarah."Sampai kapan impusnya dilepas?""Sampai, Anda benar

    Last Updated : 2025-02-19
  • Gadis Yang Kunodai   Jam Dinding

    "Sarah. Devan sudah minum obat?" tanya Bu Lili membuat mereka berdua menoleh.Mereka berdua pun berhenti berjalan karena ada yang memanggil. "Dev sudah makan Sarah?" tanyanya lagi. Sarah menggeleng. "Masih tidur, Nyah.""Lo, kok. Ini sudah agak siang lo""Gak enak, Nyah. Ada Non Zahira di dalam." Sahut Bibi Nik. Bu Lili tersenyum. "Aku temani ke sana ya."Keduanya saling tatap lalu mengangguk. Mereka lalu mengikuti langkah Bu Lili. Sampailah dikamar mereka melihat Zahira masih memeluk tubuh Devan erat. "Dev. Waktunya minum obat." Sarah masih di depan pintu ia tak berani mendekat. "Maaf aku ketiduran, Ma." Devan mengusap-usap matanya. "Gimana sih, kan waktunya minum obat.""Ya, Ma."Hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Satu detik, dua detik hingga beberapa detik. Sarah beranjak masuk, dan Devan bangkit dari tidurnya. Mereka melangkah beriringan mendekati ranjang besar itu. Di sana, terlihat Zahira dengan senyum manisnya tersenyum sinis kearah Sarah. "Peri

    Last Updated : 2025-02-19
  • Gadis Yang Kunodai   Flasback

    Sarah berhenti dan berbalik menatap Zahira yang terus memojokkannya. "Anda memang benar aku adalah wanita murahan, tapi apa masalah Anda padaku, kenapa begitu khawatirnya sama seorang pembantu?""Kau....""Kenapa, Non. Takut dengan seorang pembantu. Tenanglah selera Den Devan bukanlah seorang pembantu sepertiku."Zahira terdiam, ia kalah telak perkataan Sarah membuatnya tak bisa bicara lagi. "Kasihan mulutnya, Non. Dosa jika terus mengumbar kebencian."Sarah berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Zahira yang masih tak percaya dengan ucapan Sarah. "Hah dia ini pembocat lo, bisa-bisanya bicara seperti itu. Sombong sekali dia." Kesal Zahira membanting pintu. Sarah kesal ia duduk di kursi dapur. Seraya memijit kepalanya. "Jangan di dengarkan dan dimasukkan dalam hati, jika Non Zahira bicara, Sarah." Bibi Nik bicara seraya membersihkan dapur. Sarah terdiam menatap ke arah Bibi lalu menaruh nampan di atas wastafel. "Tapi, Non Zahira keterlaluan, Bi.""Iya, Bibi tahu. Tapi mengalah

    Last Updated : 2025-02-20
  • Gadis Yang Kunodai   Masih Sama

    "Mbak Sarah." Teriak Tiara mendadak menyadarkan Sarah dari lamunan. Tiara muncul di hadapannya membuat Sarah tersadar dari lamunan. Segera Sarah mengalihkan pandangan ke arah taman sekolah, mengusap air matanya yang mengalir deras di pipi. "Mbak kenapa kok nangis?"Tiara duduk sejajar dengan Sarah. "Tidak hanya rindu kampung halaman.""Oh. Tapi yakin Mbak gak apa-apa?"Sarah masih mengelap pipinya yang basah. "Mau makan di mana?" tanya Sarah tanpa sedikit pun mengalihkan tatapan ke arah Tiara di hadapannya. Tiara mendekat dan berbisik di telinga Sarah. "Pengen ikan bakar."Sarah tertawa pelan. "Tapi kita izin Mama kamu dulu ya.""Kalau gak boleh bagaimana, Mbak?" Sarah tersenyum."Mbak akan rayu, Mama kamu."Tiara tertawa dan mengangguk. "Oke."Sarah alu mengambil ponsel dalam tas menghubungi majikannya. "Halo, Non Dea." Sapa Sarah usai menempelkan ponselnya ke telinga."Iya, Sarah. Ada apa?""Maaf, Non Tiara minta Ikan bakar, Non. Apa boleh mampir ke lesehan?""Boleh Sarah.""Ya

    Last Updated : 2025-02-20

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Semua Rindu Devan

    "Bunda lihatlah Kak Shaka teleponan sama seorang wanita." Adu Raiyan pada sang Bunda. Sarah tersenyum. "Masa? Benar itu Shaka?" tanya Sarah penasaran karena selama ini Shaka begitu rapat menyimpan teman wanitanya. "Tidak ada. Orang ini teman mengajar aku Bunda. Adek saja yang kepo," jawabannya seraya menunduk. "Itung-itungan buat semangatin kalau ngajar kan, Mas.""Apaan ngak ngak ngak.""Dih. Cakep tau itu fotonya." Goda adiknya Raiyan. Shaka merasa malu. "Adek." Shaka kembali menggendong adik perempuannya Syena. Sarah menggelengkan kepala, "sudah-sudah mungkin Kakak kamu ingin fokus mengajar Raiyan."Raiyan tergelak, jalan pikiran kakaknya Shaka memang lain dari yang lain. Baginya itu sangat menghibur karena ia tipe pendiam, "Ide bagus. Tapi jangan kelamaan jomblo Mas." Godanya seraya menemani Syema bermain. "Raiy sudah jangan ganggu Kakakmu, lihatlah mukanya merah itu." Kata Sarah tersenyum. "Iya iya, Bunda."Shaka menguncir rambut adiknya. ''Bunda Syena dan Syema sudah maka

  • Gadis Yang Kunodai   Rindu kamu

    Devan mengisap dalam-dalam rokoknya, lalu mengembuskannya pelan. Ia menatap istrinya lama. Tatapan mata itu yang dulu selalu berhasil meluluhkan Devan, hingga Devan kalah berulang kali. "Minumlah, Mas!" Sarah membawakan secangkir kopi panas untuk suaminya. "Ya.""Bagaimana tangannya masih linu?'' tanya Sarah pada suaminya lagi. "Lumayan sih."Sarah menggeleng. "Jadi hari ini terakhir kontrol?''"Ya Sayang. Alhamdulillah pen sudah dilepas semua normal tinggal pemulihan saja.''"Alhamdulillah kalau begitu." Sarah duduk didekat suaminya. "Kamu tidak mencintaiku lagi?" Sarah tertawa keras hingga air mata menghentikannya. "Mas."Kekhawatiran berlebih pada sesuatu yang belum terjadi, kerap menimbulkan ketakutan tak beralasan, karena usai jatuh beberapa tahun lalu Devan harus terapi karena tangannya cidera akibat menghindari mobil yang mengarah ke pada dirinya. Sarah mendorong pelan dadanya untuk melepaskan diri dari pelukannya. Tersenyum kaku saat melihat tatapannya yang seolah menunt

  • Gadis Yang Kunodai   Penyesalan Zahira

    Tangan Zahira mengusap cepat air yang tersisa di mata dan pipi. Ia lantas mengulas sebuah senyum, senyum yang bisa Zahira pastikan hanya sebuah kamuflase. Ya, hanya untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Padahal, gurat kesedihan dan kecewa terlihat jelas di wajahnya."Pagi Sayang.""Pagi, Ma.""Bagaimana semalam tidurnya nyenyak?""Eumm.""Syukurlah. Kita lalui ini sama-sama," ucap Mamanya seraya menariknya dalam pelukan. Zahira tahu Mamanya bermaksud menghiburnya, tetapi yang terjadi ia malah kembali menangis, hingga terisak-isak di pelukannya. "Sudah, jangan nangis lagi. Hanya kamu satu-satunya harta Mama.''"Kenapa pas kecelakaan aku tak mati saja, Mama. Kenapa harus Joy?" "Hus. Jangan bicara begitu, mungkin Allah punya rencana lain untukmu, Nak."Zahira terdiam. "Sabar ya."Sang Ibu mendorong kursi Zahira ke dekat sofa. "Tapi aku bukan wanita sempurna aku cacat, Mama."''Kamu masih punya Mama. Tenanglah.''Zahira menggelengkan kepala. "Tidak, aku kesepian, Ma.""Sudah, ja

  • Gadis Yang Kunodai   Tak Bisa Melupa

    Sekarang apa yang bisa Zahira lakukan selain menjalani hidup tanpa arti, mungkin itu karmanya karena sikap jahatnya selama ini padanya. Mata kini terpejam, segera kembali terbuka ketika mobil sepertinya sudah berhenti di depan rumah. Zahira menyusuri halaman rumah di dorong dengan kursi roda, oleh bodyguard sekaligus sopir kiriman Papanya tiga tahun lalu. "Deri, apa aku terlalu buruk?" tanyanya tidak sanggup lagi menahan ucapan. Ada yang menekan keras hati di dalam sini, seluruh sendi seakan lepas dari pengait. "Siapa yang bilang, Non?" tanya balik Deri pada majikannya itu. "Aku. Aku bahkan wanita tak berguna juga wanita jahat, aku telah menyakiti banyak orang.""Non semua orang punya masa lalu.""Aku lelah bolak-balik berobat ke Singapore tapi sepertinya tak ada hasil."Deri menatapnya lembut, terlihat dia tersenyum. "Karena bolak-balik itu akan membuat, Non bisa berjalan lagi."Zahira menunduk karena tidak kuasa menahan rasa bersalah, merasa malu telah berbuat semena-mena dengan

  • Gadis Yang Kunodai   Karma

    Tiga tahun kemudian. Perjalanan pulang dari Singapura terasa panjang dan melelahkan. Bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai juga jalanan Jakarta yang padat, menyambut kedatangan Zahira seperti sekarang ini. Sudah hampir satu tahun belakangan ini Sarah mondar-mandir Jakarta-Singapura. Demi pengobatan kakinya yang lumpuh karena tak bisa jalan. Zahira menghela napas panjang. Mematikan layar ponsel dan memasukannya ke tas yang ia kenakan. Di dorong Deri sang bodyguard dengan kursi roda itu membuatnya muak dan putus asa, ia menangis hampir setiap saat. Zahira memejamkan mata lelah dan berat. Teringat terakhir kali mereka bertemu Devan di kantor sehari setelah Zahira mengalami kecelakaan hebat, Karena Zahira ingin menabrak Devan hingga dirinya terbanting sendiri bahkan rekan kerja juga sahabatnya Joy meninggal di tempat. Berdua duduk berdampingan siang itu, Zahira mulai berkeluh kesah. Mulai menyesali diri, mengutuki diri karena kematian Joy sahabatnya. Masih Zahira ingat perkataan Devan

  • Gadis Yang Kunodai   Mencelakai Devan

    "Sayang sudah siap?'' tanya Devan selesai sarapan. "Sudah, Mas.""Mau diantar ke Apotek apa ke rumah Mama.""Kerumah Mama Lili sebentar boleh gak?""Boleh.""Yakin Mas gak telat.""Enggak Sayang."Sarah tersenyum mencium pipi suaminya. "Makasih Mas.""Sama-sama. Yuk." Devan berjalan membukakan pintu mobil. Kebetulan Raiyan sudah dibawa Bu Selin tadi pagi, kini giliran Sarah ke apotek untuk meninjau ada beberapa obat-obatan datang hari ini. "Kamu suka ini, Sayang?" tanya Devan sembari menyodorkan sebuah cincin ketika mobil belom berjalan. Mata Sarah berbinar. "Ini bagus sekali, Mas! Tapi, ini....""Tapi, kenapa?""Dalam rangka apa memberikan ini?''"Biar aku pasangkan."Ada sebuah rasa haru tersemat dalam hatinya. Lelaki di hadapannya ini memang luar biasa. Selama pernikahan selalu Devan memberikan kejutan-kejutan kecil. "Cantik sekali." Kata Devan seraya tersenyum. Entah mengapa matanya Sarah malah tiba-tiba basah karena terharu. "Sayang, Kamu tidak menyukai cincinnya, atau kek

  • Gadis Yang Kunodai   Setangkai Mawar Putih

    Selesai mengabari orang tuanya Devan berbelok di sebuah toko bunga. "Silakan, Tuan." Penjual bunga itu tersenyum dengan ramah. "Mau cari buat kekasih?" tanya sang pelayanan itu. "Bukan, istri." Devan menjawab. "Untuk istri bagusnya yang mawar putih, Tuan.""Boleh," balas Devan. Lalu Devan mengambil setangkai mawar putih untuk dibayar setelahnya Devan pergi. Devan tahu Sarah bukan gadis yang menyukai sesuatu yang berlebihan. Pernah memprotes saat Devan terus membelikan buket setiap hari dan Sarah menolaknya saat itu. Setelah itu, Devan tak pernah membelikannya lagi.Devan sangat bersyukur. Kadang, rasanya begitu bangga bisa di beri kesempatan kedua oleh Sarah. Bangga dan Devan tak ingin kehilangan. Berharap hingga menua nanti.Setelah memarkirkan mobil, Devan masuk melangkah menuju kamar mereka. "Sayang belom tidur?""Nggak bisa tidur, aku ingat kejadian tadi pagi saja," jawabnya. Devan tersenyum sekilas. Lalu duduk di kursi di depan Sarah. "Sudah ya. Semuanya baik-baik saja."S

  • Gadis Yang Kunodai   Hadiah Rumah Dari Mama Selin

    Setelah Devan mendapatkan perawatan di kepalanya, Devan kembali ke runagan IGD mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Setelah tenang ia duduk lantunan do'a terus ia ucapkan memohon kesembuhan untuk istri tercinta. Diiringi air mata, Devan meratap, segala dzikir dan do'a dilafadz. Berharap keajaiban yang selalu diyakininya. Jika hamba meminta, Allah akan mengabulkan.Kali ini Devan panik melihat ke arah kanan ada beberapa pengunjung tertidur di bangku panjang. Devan duduk lalu berdiri mematung, Hati Devan begitu terguncang melihat pemandangan yang ada di depannya saat itu. Betapa tidak istrinya pingsan karena kejadian tadi. Tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. "Ya.""Penyebab kebakaran, dugaan sementara oleh pihak Kepolisian korsleting listrik, Den" ''Yakin karena korsleting listrik? Aku minta selidiki lagi.""Baik, Den.""Aku gak mau tahu, cari penyebabnya."Devan mengepalkan tangannya ia ceroboh kenapa bisa ia kecolongan soal ini. Hampir saja nyawa istri dan anaknya terenggut

  • Gadis Yang Kunodai   Kebakaran

    Si Mbok dan si Mbak berlari ke arah kamar Sarah setelah melihat kebakaran dari depan bagian bagasi rumah majikannya. "Kamu cek pintu keluar yang disamping biar aku panggil Non Sarah.''"Baik, Mbok."Wanita muda itu berlari ke arah samping rumah yang masih aman dari kobaran api. "Non Sarah, kebakaran!!" Si Mbok mengedor pintu kamar Sarah. "Non buka pintu, ayo keluar!" Lagi dengan kencang dan panik si Mbok menggedor pintu. Udara sejuk dari pendingin udara berganti jadi panas membara tiba-tiba. Sarah tersentak saat suara teriakan terdengar dari luar rumah memekakkan telinga. Jeritan bersahutan si Mbok dan Mbak itu terus menerus, begitu juga asap menghitam yang memenuhi ruangan. "Non buka pintu!" ucap si Mbok sambil terus batuk-batuk. Sesuatu menyekat pernapasannya. Kian lama rumah kian gelap, anehnya, celah di atas pintu depan rumah memancar cahaya merah yang menyala-nyala. "Ya Mbok.'' Sahut Sarah dari dalam. "Non kebakaran! Ayo cepat.''"Apa. Kebakaran!! Den Dev sudah berangkat?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status