Share

Melamar Kerja

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-01-10 23:14:24

Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya.

"Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu.

"Sarah, Nyonya."

"Nama lengkap?"

"Sarah Mia, Nyonya."

Wanita paruh baya itu manggut-manggut.

"Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"

Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."

Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''

Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya."

"Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik.

Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu.

"Sarah."

"Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong.

"Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya memanglah dia wanita berkelas.

Sarah menganggukkan kepala. "InsyaAllah, Nyonya."

"Kamu saya terima kerja di sini dan mulai besok kau bisa merawat cucuku. Sekarang istirahatlah."

"Baik, Nyonya."

"Aku suka kamu cantik, bersih dan aku minta kamu bisa menjadi suster yang baik untuk cucuku."

Sarah mengangguk pelan. "Nggeh, Nyonya."

Wanita bernama Lili itu menutup kembali surat lamaran kerja Sarah, lalu menaruhnya di atas meja.

"Sekarang istirahatlah."

Sarah kembali mengangguk. "Nggih, Nyonya."

"Bi antar Dia ke kamarnya, ya." Bu Lili bangkit mengambil surat lamarannya dan membawanya ke ruang kerjanya.

Bibi Nik mengangguk patuh. "Nggeh, Nyah."

"Ayo, Sarah ikut, Bibi."

"Nggeh."

***

Sarah dan Bibi mengundurkan diri, kini Sarah merasa sedih sudah satu bulan ia tak bekerja tabungannya sudah menipis untuk biaya putranya.

"Kamu paham dengan perkataan Nyonya tadi?" tanya sang Bibi padanya.

Sarah mengangguk paham. "Ngeh paham, Bi."

'"Bagus."

Sarah berjalan mengikuti langkah sang Bibi. Sarah menatap sekeliling rumah mewah dengan beberapa pekerja membuatnya takjub melihatnya rumah mewah yang hampir terlihat sempurna. Tiang-tiang menjulang tinggi seperti raksasa. Beberapa guci besar memenuhi setiap pojok ruangan. Rumah yang dipenuhi dengan kayu jati klasik, sembilan puluh persen rumah dimodifikasi sangat apik dan begitu wah. Para pekerja mengintip setelah mendengar Sarah berjalan. Para pekerja memicing, mengarahkan pandangan padanya. Membuat Sarah canggung.

"Bibi!" Dea memanggil.

Mereka berhenti. "Ngeh, Non."

"Siapa dia?" tanya Dea penasaran.

"Ini Sarah. Yang akan menjaga putri Anda Non."

"Oh. Begitu? Kenalin saya Dea."

"Nggeh saya Sarah Non."

"Semoga betah ya, Sar."

Sarah mengangguk. "Aamiin nggeh, Non."

Wanita itu tersenyum. "Saya pergi dulu."

Dea pergi dan tersenyum. Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tidak berselang lama, derit engsel berbunyi pintu kamar yang menjulang dari kayu jati itu pun terbuka.

"Istirahatlah ini kamar kamu. Mau, Bibi ambilkan makan?"

"Nanti saja Bi."

"Ya sudah Bibi tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa panggil pake itu ya." Tunjuknya ke arah telepon dalam ruangan kamar.

"Nggeh, Bi."

Sarah sembari menurunkan tas. Dan duduk di sisi ranjang yang lumayan besar juga empuk, tak menyangka ia bisa bekerja di rumah orang yang sangat kaya raya. Bahkan kamarnya yang di desa tak sebagus kamarnya. Sebuah kamar saja sangat bagus dan kedap suara.

Sarah merapikan pakaiannya ke dalam lemari lalu mandi selesai ia Solat Dzuhur ia tertidur. Karena pekerjaannya akan dimulai esok hari.

***

Sore hari Devan bermain ke rumah Ibunya, ia masuk ke dalam rumah, namun dadanya bergetar entah ada apa dengannya sepertinya ia melihat bayangan seorang wanita. Di satu titik pandangan Devan seketika terhenti, menatap sosok gadis berparas cantik yang sangat tak asing buatnya baru saja keluar dari arah samping rumah Ibunya. Devan menatap tak percaya ke arah wanita itu sepertinya ia mengenalinya tapi siapa?

Devan membeku, menatap gadis itu. Entah karena sebuah kebetulan, atau memang semesta yang merencanakan, kedua netra tak bisa lepas dari wanita yang saat ini berjalan menuju ke arah taman lalu begitu saja menghilang. Sesaat mata Devan membulat. Dia terdiam sejenak. Bagai sebuah drama merasa tak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Menemukan wanita yang selama ini menghilang dari hidupnya.

"Sarah ...." Batin Devan tak percaya. Ah mungkin karena ini efek ia semalam mabuk. Jadi mengada-ada. Bukannya kata Pak RT Sarah sudah meninggal.

Devan baru akan melangkah mengikuti wanita itu, namun suara lantang Mamanya memanggil. Kini Devan menghentikan langkah berbalik mengikuti Mamanya ke ruang santai.

"Dev."

Devan menatap Ibunya.

"Tumben kesini, Nak?"

"Iya. Ma. Kangen Tiara."

Bu Lili tersenyum. Mengajak Devan berjalan ke arah ruang santai. Devan lalu beralih menatap pada seorang pria. Dia meraih telapak tangan pria itu lalu menciumnya takzim.

"Bagaimana meetingnya?" tanya Pak Adiyasa.

"Lancar, Pa."

"Om Dev ...." Tiara berlari memeluk Devan dengan erat.

"Tiara Om kangen banget."

"Bohong kangen kok baru kesini padahal Tiara di sini sudah hampir satu minggu." Kesal Tiara.

"Kan Om banyak pekerjaan."

"Ah gak seru."

"Maaf."

Tiara terdiam.

Devan mendekat dan memberikan es krim kesukaan Tiara.

"Nih, ada rasa cokelat, vanila, stroberi mau pilih yang mana?" Rayu Devan pada keponakannya.

Tiara tersenyum. "Semuanya untuk Tiara."

"Eumm tapi ngak marah lagi, kan?"

"Tergantung nanti."

Semuanya ikut tertawa.

***

Bu Lili berjalan ke arah dapur, menyuruh Bibi Nik untuk membuatkan teh hangat kesukaan putranya. Juga menyiapkan ayam panggang yang dibawa oleh Devan.

"Bi. Mbak Sari mana?"

"Masih belanja Nyah."

"Bibi sibuk ngak?"

"Lumayan sih. Kenapa Nyah?"

"Ini Devan bawa ayam panggang, Bibi siapkan ya kalau repot minta tolong sama Sarah saja."

"Sarah. Nyonya yakin?"

"Ya saya akan uji kemampuan wanita itu."

"Nggeh, Nyonya."

Bu Lili kembali ke dalam sedangkan Bibi meracik teh lalu memanggil Sarah melalui sambungan telepon. Tak lama Sarah datang.

"Ada apa Bi?"

"Bantu siapkan ini ya. Bibi akan siapkan tehnya.

"Baik, Bi."

Bibi menyiapkan ayam panggang, urap, mie goreng juga orak arik tempe juga nasi. Kemudian menyuruh Sarah untuk membawakan ke arah ruang santai.

"Sarah, ingat jaga antitut ya. Jangan sampai membuat, Nyonya marah."

"Nggeh, Bi."

Sarah membawa nampan berisikan panggang dan urap dan yang lainnya, sedangkan Bibi membawakan nasi setelah sampai sana pelan Sarah meletakkan makanan itu namun hanya beberapa orang baru berada di sana. selesai Sarah kembali ke dapur lagi. Kembali Sarah membawa nampan berisi tujuh gelas teh hangat. Berapa menit kemudian, pembicaraan seru itu terhenti saat Sarah datang dengan membawakan nampan itu lagi.

"Permisi."

Sarah menundukkan pandangan dan sedikit menekuk punggung saat meletakkan nampan di meja. Pelan, satu demi satu cangkir itu di suguhkan, aroma khas teh bikinan Bibi yang menusuk ke hidung sungguh sangat menggoda selera. Perlahan, jemari lentik Sarah bekerja. Sarah dengan pelan sekali meletakkan cangkir itu tanpa menimbulkan bunyi.

"Monggo."

"Terima kasih, Sarah."

Sarah mengangguk. "Saya permisi, Nyonya."

"Sarah," panggil Bu Lili kembali.

"Saya, Nyah." Sarah memeluk nampan masih dengan wajah menunduk.

"Dev, Dea, Ris kenalin ini Sarah dia yang akan mengurus Tiara."

Dea tersenyum dan mengangguk. "Hai kita sudah bertemu ya tadi."

Sarah mengagguk dan membuka suaranya. "Ngeh salam kenal Non."

"Mbak cantik deh." Sahut Tiara

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gadis Yang Kunodai   Rawon Terenak

    "Sarah, oh dia baru kemarin datang. Kebetulan Tiara makin bandel jadi adikmu Dea kewalahan. Apalagi kan Dea bantuin kamu kerja. Jadi butuh suster untuk jagain Tiara." "Oh." Devan manggut-manggut ternyata baru kemarin Sarah bekerja di rumah Mamanya. "Cantik dia rajin mama suka. Dan sepertinya Tiara juga nyaman bersamanya." "Semoga saja, Ma." Gejolak bingung terhenti kala Mamanya kembali berbicara. Tidak ingin terlihat tidak sopan, Devan pun menyimak baik-baik ucapan Mamanya. Walaupun itu artinya Devan harus menyingkirkan sejenak tanda tanya yang sebelumnya muncul soal Sarah. Devan berusaha melebarkan bibir guna menciptakan senyum. Rasanya canggung sekali menanyakan soal Sarah lagi. "Wajah kamu agak pucat, Sayang? Kecapekan, ya?" Bu Lili memasang raut khawatir. "Ngak kok, Ma. Aku baik-baik saja." "Baik gimana orang bibir kamu juga kelihatan kering. Kurang minum itu?" "Mama aku baik-baik saja." "Baiklah. Yuk makan." Devan meringis. "Ngak lapar, Ma." "Apa aku minta Bibi untu

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gadis Yang Kunodai   Depresi Lagi

    Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea. "Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang. "Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan.""Oke. Sudah Salat?""Sudah.""Oke kita jalan yuk.""Hu um."Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu. "Kita sudah sampai, Non."Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak.""Suka?""Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum"Sa

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gadis Yang Kunodai   Menggenggam Tangnnya

    "Mbak Sarah kenapa?" tanya Tiara. "Ngak apa-apa Non. Hanya masuk angin sedikit.""Mau berhenti dulu atau bagaimana?" tanya Devan. "Ngak usah saya tidak apa-apa, Den.""Minumlah!" Devan memberikan minuman pada Sarah. "Terima kasih."Devan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan keluar ia berjalan membelikan roti juga teh hangat untuk Sarah. Sarah pindah ke belakang dan Dea yang sekarang pindah ke depan. Devan memberitan roti juga teh hangat untuk Sarah. Tak sengaja Devan menyentuh tangan Sarah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman Devan. Baru kali ini Devan merasa sangat khawatir dan cemas. "Minumlah ini akan menghangatkan tubuhmu."Sarah mengangguk pelan. Dia menarik genggaman Devan.***Tiga puluh puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang Villa elite kediaman Pak Adiyasa. Mobil masuk ke halaman sebuah Vila mewah berlantai dua. Devan turun dari mobil, semua mengikuti. Berjalan masuk ke arah bangunan megah itu. Di depan pintu penjagaan seseorang menyapa

    Last Updated : 2025-02-08
  • Gadis Yang Kunodai   Khawatir

    Sampai disana wanita petugas medis yang siaga lantas memeriksa Sarah. "Tidak apa-apa, kok, Pak. Sepertinya dia hanya shok saja. Tunggu, sebentar lagi pasti sadar. Bajunya basah di ganti saja.""Terima kasih," ucap Devan lega.Setelah wanita perawat keluar, Devan ikut keluar. Sementara Dea dan Tiara mengambil baju ganti yang dibelikan Devan. Lalu Dea memakaikan kaos dan rok. Selesai Devan ikut masuk. "Bagaimana masih belom siuman?""Belom Mas.""Ini salah aku, bagaimana ini?""Sabar ya sebentar lagi Mbak Sarah bangun."Devan menaruh minyak kayuh putih ditangan kemudian memgusapkan ke tengkuk leher juga hidung Sarah. Di sana, Sarah yang terbaring lemas samar-samar merasakan usapan hangat pada tubuhnya itu. Saat membuka mata Sarah melihat wajah Devan yang cemas. Sarah kaget dan kebingungan ketika tubuhnya sudah berganti pakaian, bahkan diruangan itu hanya ada dirinya dan Devan. Ia meraba seluruh badan dan rambut basahnya. Dan ingat kalau tadi sempat tidak sadarkan diri setelah menolon

    Last Updated : 2025-02-09
  • Gadis Yang Kunodai   Canggung

    Sarah terkejut menatap ke arah Devan tanpa kedip. "Anda ada ... apa, Den?"Hening menyelimuti mereka. "Sarah maaf. Aku tahu kamu belom tidur. Makanya aku bawakan ini makanlah." Tunjuk Devan membawakan satu mangkuk bubur juga susu hangat. Hening, Sarah masih menunduk sementara Devan menatap ke arah dalam kamar. "Kamu demam. Ada kompres itu?" tanyanya yang langsung memegang kening Sarah yang masih demam. "Ini sudah malam, Den. Pergilah." Usir Sarah takut. "Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan bubur ini." Ancamnya. Sarah berdecak malas. "Ya. Nanti aku makan Den."Devan tersenyum. "Tidak aku harus memastikan kamu memakannya, sekarang."Lagi-pagi Sarah berdecak malas. Dibuat jengkel oleh ulah Devan. "Astaga, apa maksudnya ini?" tanya Sarah bingung. Devan memaksa. "Makan." "Mulutku pahit, Den." "Aku suapi."Belum sempat Sarah menjawab Devan menarik tangan Sarah menuju kursi membuat Sarah ketakutan. "Ada apa dengan lelaki itu malam-malam gak jelas kelakuannya. Jangan-jangan?" B

    Last Updated : 2025-02-10
  • Gadis Yang Kunodai   Terima Kasih, Den.

    Devan masuk ke kamar membawa nampan berisi piring dengan potongan roti isi dan segelas susu. Dia sudah terlihat rapi dalam balutan kaos putih dan celana jeans. Sedangkan Sarah sudah selesai mandi air hangat dan Solat Subuh. "Sudah bangun. Ini sarapannya. Setelah sarapan nanti minum obat," ucapnya mengingatkan. "Den aku bisa sendiri gak usah repot-repot."Devan tak menjawab. Hanya memijat kening pelan dengan mata terpejam. Kemudian ia keluar menutup pintu. Lalu pintu kembali terbuka dan Devan kembali masuk lagi. Sarah tersenyum."Aku tunggu sampai rotinya habis." Ucapnya membuat Sarah kaget. "Den.""Ayo dimakan takutnya ngak kamu makan.""Ya baiklah."Setelah suapan terakhir potongan roti dari tangannya, Devan menyodorkan segelas susu. Sarah menatap wajah Devan lekat. Dia mengalihkan pandangan ke arah gelas susu yang ada di tangan Devan. "Semalam Aden nggak tidur?" tanya Sarah terbata. Karena Devan mengompres dirinya semalaman hingga pagi. Dan sekarang suhu badan Sarah sudah memb

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Siapa Dia?

    Anak kecil itu sangat lihai berbicara, lebih-lebih menjawab segala pertanyaan Lea. Di sisi lain, Shaka tak pernah merasa minder ataupun bersedih. Tawa dan tangis silih berganti memenuhi rumah sederhana itu. Makin jauh waktu melaju, cerita demi cerita makin berdesakan memenuhi ingatan. Meski Sarah telah lama berteman dengan luka, Sarah membesarkan Shaka dengan kasih sayang tanpa seorang Ayah. Dia begitu setia menanggapi setiap tanya dan keluh anak semata wayangnya itu. Belaian, pelukan, dan tindakan. Setiap kata yang keluar dari mulut Shaka ia selalu menjawabnya dengan baik. Baginya, Shaka adalah bentuk anugrah terindah dari Mahakarya Sang Pencipta. Shaka teramat disayangi dan dididik dengan cara yang baik. Jika Shaka melakukan kesalahan, hal pertama yang Sarah lakukan adalah memberitahu secara baik-baik. Baginya, Shaka adalah sebagian dari dirinya. Karena jika Shaka emosi maka akan cepat pula ia meredam emosinya. "Bunda, teman-teman pondok bilang jika, Shaka tak punya, Ayah?" tanyan

  • Gadis Yang Kunodai   Jatuh Talak

    Gilang memutar tubuhnya menghadap ke arah Devan menunduk. Dia tersenyum sinis seperti meremehkan Devan."Mau gimana lagi kau tak pernah menganggapnya ada. Dan kau jarang menyentuhnya, kan?" Sahutnya penuh ejekan. Pria itu tertawa lepas. Dia membenarkan ucapan Devan. Devan tertawa sinis. "Haha selama ini aku seperti orang yang bodoh. Kalian berdua membohongiku.""Tidak seperi itu, Mas." Elak Zahira. Devan terlihat gusar. "Zahira, aku talak kamu, mulai hari ini, pernikahan kita telah selesai.""Mas Devan. Kumohon." Zahira hanya bisa memohon dan meremas jemari seiring hati yang tergores luka karena talak itu. Devan pergi dengan amarah, membanting pintu dengan amat keras. Bayangkan saja Zahira bisa selingkuh darinya dan ia tak tahu. Zahira menatap kesal ke arah Gilang kekasih bayangannya itu. "Pergi dari sini. Aku sudah tidak tertarik lagi padamu!" ucapnya pada Gilang. Gilang tertawa dalam hati. "Kenapa Sayang bukanlah itu benar? Aku bahkan disini untukmu." "Aku bilang pergi!" Bent

  • Gadis Yang Kunodai   Kekasih Bayangan

    Kekasih Bayangan "Mari kita lihat, Ma. Siapa yang salah. Sengaja aku menyuruh Pak Di agar memasang CCTV di setiap sudut kamar.""CCTV?""Ya."Semua berkumpul duduk melihat sebelum kejadian Zahira terpeleset jatuh. Terlihat Zahira menyakiti Sarah di ruang tamu membuat semuanya kaget, semua terdiam menatap layar laptop Dea. "Mbak Sari, suruh Sarah bersihin kamar mandi ya.""Tapi, Non.""Gak ada tapi-tapi lakukan perintah saya."Terlihat di CCTV itu Sari merasa gugup dan kesal. "Gimana sih bukannya, Sarah pulang kampung." Gerutunya. Satu hari sebelum kejadian Zahira mengendap-endap membawa minyak ke arah kamar mandinya sendiri, lalu menyiramkan minyak ke kamar mandi itu dan tertawa keras. "Game over. Lihatlah Sarah kau akan dipecat dari rumah suamiku ini." Bisik Zahira yang masih bisa di dengar dilayar laptopSemua terkejut, Bu Lili memegang dadah, ia baru tahu ternyata wanita pilihannya adalah wanita yang sangat jahat berharap apa yang dilihatnya bohong. Kelakuan Zahira diluar bata

  • Gadis Yang Kunodai   Keguguran Lagi.

    Zahira membuka mata perlahan, kepalanya luar biasa sakit dan berdenyut-denyut parah. Seolah ia baru mengalami mimpi yang tak pernah ia rasakan. Sesaat kepalanya melayang-layang. Dan kembali terlelap, lalu bangun lagi dengan kepala yang begitu berat. Beberapa bagian tubuhnya, bahkan sulit untuk bisa digerakkan. Cahaya terang menerangi matanya. sepertinya hanya ada beberapa lubang angin yang bisa ia lihat. Membuat Zahira kesulitan untuk melihat ruangan lebih jauh. Seperti saat ini ia sedang berbaring lemah ada sesuatu yang menyelimuti tubuhnya. Ia ingin bicara namun tak bisa, karena efek dari obat bius masih bekerja. Zahira mendengar suara tangisan yang memegang tangannya. Ia berusaha sedikit membuka mata dan cahaya terang terlihat, suara ibunya terdengar oleh pendengaran. Tenggorokannya terasa kering Zahira mencoba bersuara dengan pelan. "Zahira, sudah bangun, Nak?" sebuah suara meraih pendengarannya, ia berusaha menggerakkan kepala mencoba mencari asal suara. Dan benar wajah Mamany

  • Gadis Yang Kunodai   Menjemput Shaka

    Sarah berjalan meninggalkan Zahira yang masih menatapnya kesal, Sarah berjalan ke arah depan berpamitan dengan Bibinya. "Salam buat Shaka." Aang Bibi menepuk pundak Sarah pelan. "Nggeh. Saya berangkat dulu Bi." Pamit Aarah sedih. Wanita paruh baya itu tersenyum. "Ya, hati-hati." "Nggeh, Bi." Setengah jam kemudian guncangan yang Sarah rasakan di bahu, saat sebuah tangan membangunkannya. Pak Di membangunkan Sarah. "Sudah sampai, Mbak." "Eh, ya Pak maaf aku ketiduran." Sarah bergegas mengambil tas dan keluar dari mobil. "Ngak apa-apa. Saya duluan kalau begitu, Mbak." Sarah mengangguk. "Iya terimakasih dan hati-hati." "Ngeh, Mbak." Sesaat Sarah tersadar saat melihat Shaka berlari ke arahnya dengan senyuman termanisnya. "Bunda ...!" "Sayang." Shaka hampir saja menangis."Bunda, Shaka kangen!" "Bunda juga, Sayang. Jagoan Bunda ceria sekali." "Ya kan bisa bareng Bunda lagi." Sarah memeluk putranya lama. Betapa ia sangat merindukan putra kesayangannya. "Pulang yuk se

  • Gadis Yang Kunodai   Jadi Asing

    Lima bulan berlalu Sarah menatap cermin rias. Menatap tubuhnya sendiri yang tampak di bayangan kaca. Meraba wajah, kulitnya tampak putih bersih, rambutnya hitam panjang melewati bahu. Semua orang mengakui tubuhnya mendekati kata sempurna. Sarah hanya terpaku karena kecantikannya tak sebaik kisah cintanya. Sarah menguncir rambutnya lalu memakai pashmina dengan pelan berjalan ke arah luar menuju dapur."Sarah."Sarah berhenti dan menoleh. "Nggeh, Bi.""Emm bisa bantu.""Bisa, Bi.""Bawakan kopi ini untuk, Den Devan dan Tuan ya."Glek. Bahkan sudah hampir lima bulan ini Devan dan mereka kembali menjadi seperti orang asing. Devan pun jarang main ke rumah Mamnya ini. "Tapi.""Tolonglah. Bibi harus belanja di depan tuh."Sarah menganggukkan kepala. "Ya, deh."Namun, ada rasa resah yang bersemayam dihati. Kemudian Sarah mengingatkan dirinya bahwa memang sudah seharusnya bisa mulai membiasakan diri. Berjuang untuk dirinya dan juga Shaka putranya. "Sarah, tidak semua orang jahat. Banyak oran

  • Gadis Yang Kunodai   Kamu Menolakku Lagi

    Devan menaruh ponselnya tergeletak di meja kamar ia bangkit dari duduknya dan mengambil baju ganti di lemari. Selesai ia turun duduk disofa seraya menikmati secangkir kopi buatan Bibi Nik. "Sayang!" Bu Lili datang memeluk putranya. Wajahnya terlihat bahagia. "Mama."Wanita cantik di usia yang tidak lagi muda itu tidak menjawab. Dia hanya menggeleng sambil terus memeluk putranya itu. "Mama kapan datang?""Baru saja. Bagaimana keadaan Sarah?"Devan tersenyum. "Baik. Sudah pulang tadi pagi.""Syukurlah.""Mama gantian peluknya." Lea mendengus pelan. Karena wanita cantik itu juga baru pulang kuliah di luar negeri. Yang tentunya juga sangat merindukan sang kakak. Lea adalah adik bungsu Devan yang selama ini kuliah jauh, hampir beberapa tahun mereka tak saling bertemu. Devan tertawa dan melepaskan pelukan sang Mama. "Sini!" Devan tersenyum. Lea berhambur memeluk kakaknya. "Aku rindu, Mas.""Lancar kuliahnya?""Alhamdulillah lancar, hanya ada beberapa yang sulit dimengerti, tapi oke si

  • Gadis Yang Kunodai   Tentang Tahta

    "Ya sih tapi aku terlanjur benci sama dia. Dia merebut hati Papa dari Mamaku."Saga membelalakan kwdua matanya. "Why! Sarah menolak, kan?"Zahira terdiam. "Sesuatu yang buruk dari awal, apalagi di lakukan dengan cara kebohongan dan licik akan menghancurkan orang itu sendiri, Zahira." Zahira tersenyum licik. "Baiklah akan aku lakukan sendiri, aku yang akan atur dan aku pastinya nanti Sarah akan di pecat dari rumah mertuaku."Saga menatapnya tajam. "Kau wanita licik. Ingat ya jika terjadi sesuatu dengan Sarah aku tak akan memaafkanmu."Zahira menatap ke arah Saga kesal. "Hah, heran sekali aku apa kelebihan wanita itu hingga semua orang ingin melindunginya.""Karena dia punya hati yang baik.""Bedebah. Aku benci dia.""Semoga alasannya karena kamu telah jatuh cinta pada Devan, bukan karena hal lain juga embel-embel soal Papamu yang bahkan dari awal Sarah sudah menolaknya." Sindirnya. "Tetap saja dia wanita penggoda.""Terserah aku tekankan jangan membuat Sarah terluka. Jika tidak kam

  • Gadis Yang Kunodai   Masa Lalu

    Saga meneliti penampilan Sarah beralih melihat sekilas Devan. Pria itu terlalu tampan untuk menjadi saingannya. Saga merasa kesal karena Sarah tetap memilih dan masih saja percaya dengan Devan lelaki yang jelas-jelas menyakitinya. Begitupun Devan ia tidak nyaman karena kehadiran Saga. Ah, Devan merasa cemburu dan segera menepis pemikiran aneh yang sempat melintas. Mana mungkin Sarah akan menjalin hubungan dengannya? Bahkan setelah beberapa tahun ini Sarah juga masih sendiri. "Saya titip, Sarah. Pastikan dia baik-baik saja, jika tidak aku akan mengambilnya menjauh darimu."Satu alis Devan terangkat. Pria itu memintanya menjaga Sarah? Tanpa pria itu minta pun, tentu saja akan Devan lakukan karena sudah menjadi tugasnya. Lagian pertemanan mereka berdua dulu begitu akrab kenapa Saga berubah menjadi sosok yang menyebalkan. "Kamu tenang saja. Saya akan menjaga Sarah lebih dari menjaga diri saya sendiri."Saga manggut-manggut tak percaya. "Semoga bisa dipercaya ucapanmu."Devan hanya diam.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status