Lima tahun dikabarkan meninggal dunia, kini sosok itu berdiri tegap di hadapan Sabrina. Wajah, nama ,postur tubuh dan suara yang sama. Dia benar-benar Erlangga suaminya, tapi dia sama sekali tidak mengingat Sabrina dan masa lalu bersama. Ternyata, ibu mertuanya telah membuat skandal untuk memisahkan mereka. Akan tetapi ,takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah Sabrina memperjuangkan Erlangga kembali? Atau dia akan menyerah dan kembali menjauh?
View More"Mama!" "Papa!" Teriak Tari dan Bukan secara bersamaan. Mereka berlari sembari merentangkan tangan pada Bia dan Erlangga. Meskipun baru pulang dari rumah sakit, kondisi Erlangga benar-benar sehat saat ini. Jadi dia memutuskan untuk menjemput kedua gadis kecilnya. Tentu saja dengan meminta bantuan sopir untuk menjemput. Erlangga dan Bia sama-sama berlutut untuk menyambut masing-masing putrinya. "Umm, ceria sekali dua putri Mama," ujar Bia yang mencium pipi Tari. Kemudian, Tari beralih memeluk Erlangga dan begitupun pada Bulan. Kembaran Tari itu ganti memeluk Bia. Erlangga membantu kedua gadis kecil itu masuk ke mobil sembari mereka bercerita tentang kegiatan di sekolah. "Ma, tadi Tari dapat bintang lima loh! Kata Bu Guru, hasil mewarnai Tari rapi dan bagus.""Bulan, juga! Bulan, juga! Bulan juga mendapat bintang lima. Bu Guru juga memuji gambar Bulan." "Benarkah? Karena kedua putri Papa mendapat nilai bagus, bagaimana kalau kita merayakannya?" sahut Erlangga yang antusias deng
"Apa katamu?" Erlangga menyerengit. Dia tidak terlalu mendengar karena suara Bia sangat pelan. "Aku tadi mengucapkan semoga cinta kita bisa langgeng. Kenapa?" Bia mengira Erlangga tidak mendengar gumanannya yang samar. Jadi hatinya dag-dig-dug takut Erlangga benar-benar mendengar. "Benarkah?" "Memangnya kamu mendengar aku berkata apa?" Bia berusaha untuk tidak gugup. "Lupakan saja! Ayo kita mandi lalu makan. Aku yakin kamu pasti belum makan." Wanita itu bersyukurlah, Erlangga benar-benar tidak jelas mendengar. "Hum. Aku sangat lapar sekarang." ***Wajah Ratna memerah bak tomat menahan marah melihat putra dan menantunya, turun dari tangga bergandengan tangan dan bercengkrama. Tangannya yang berada di atas sofa terkepal erat hingga buku-buku tangan terlihat. "Selamat siang, Ma!" sapa Erlangga. Ratna kembali melipat koran yang dibaca setelah Bia dan Erlangga sudah di samping sofa. Wanita yang telah melahirkan Erlangga itu hanya menatap keduanya dengan wajah sinis tanpa senyum.
Erlangga terus menatap pintu dan menunggu sosok yang diharapkan datang. Akan tetapi, setelah dua detik waktu yang terlewat dari waktu yang diberitahukan, orang itu belum juga muncul. "Bia kemana sih?" gerutunya sambil berkali-kali mengecek ponsel. "Harus berapa kali Mama bilang kalau istrimu itu tidak akan datang. Tadi pagi aja, waktu Mama ke kamarmu untuk memberitahunya, dia masih tidur pulas," sahut Ratna yang mengemas pakaian Erlangga. Erlangga hanya diam karena sulit percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Menurutnya, Sabrina tidak seperti itu. "Tuh kan! Kamu tidak percaya dengan ucapan Mama." Ratna kembali berucap sinis. Keadaan menjadi hening. Bahkan sampai di depan rumah, ibu dan anak itu hanya bicara seperlunya. Saat memasuki rumah, Erlangga mendapati keadaan rumah yang sepi. Dia heran karena tidak biasanya seperti ini. Hanya Sumi yang menyambutnya di depan pintu. "Bi, kemana Bia dan anak-anak?" tanya Erlangga padanya sedikit sinis. "Neng Bia masih di kamar, Den
Saat senja mulai tampak, Fredy memutuskan untuk kembali. "Cepatlah sembuh! Maaf jika nanti, mungkin Papa tidak bisa mengunjungimu lagi." Pria paruh baya itu tersenyum sangat manis pada Erlangga. "Ini adalah uang terakhir tabungan Papa. Jika uang itu sudah habis, mungkin Papa tidak bisa menengokmu lagi." "Kenapa terburu-buru, Pa. Memang Papa tidak merindukan Tari dan Bulan? Mereka berdua sangat merindukanmu." Meskipun ada masalah diantara mereka, tetapi Erlangga masih enggan menerima kalau kenyataan kalau Fredy memilih untuk hidup sederhana di kota kecil yang mungkin terpencil."Papa titip pesan, bilang kalau kakeknya ini juga merindukan mereka. Tapi kamu yakin tidak ada masalah dengan istrimu? Papa hanya khawatir kalau Mamamu kembali membuat ulah." Fredy sedikit menurunkan nada bicaranya. Memang, Ratna tidak berada disana. Namun dia tetap takut ada orang lain yang mendengar. "Nanti setelah pulang, aku akan menyelidiknya, Pa." "Ya sudah, jaga dirimu dan juga keluargamu baik-baik
Tabrakan tak bisa di hindari. Mobil Erlangga terpenjal jauh dan berguling ke depan. Jika tidak ada pembatas, sudah dipastikan akan jatuh ke jurang. Beberapa saat lalu saat berada di kios sate padang, ada seseorang yang membututi mereka di belakang. Seperti kejadian saat mereka makan mie ayam bakso. Namun pria misterius itu tidak mempotret atau memfoto mereka diam-diam. Melainkan melakukan sesuatu pada mobil Erlangga. "Akhirnya punya kesempatan juga. Kalau tidak, sudah pasti Bos Elvano yang akan menggorok leherku." Hanya beberapa menit pria itu selesai mengutik mobil Erlangga. Pria yang mengenakan hodie hitam itu memotong kabel rem mobil. Erlangga dan Sabrina sama sekali tidak curiga karena tidak ada yang mencurigakan. Pria itu sama sekali tidak meninggalkan jejak yang membuat curiga. Rencana Elvano semakin sukses saat ada sopir truk dari arah yang berlawanan sedang mengantuk. Kedua mobil itu sama–sama tidak bisa menghindar dan saling bertabrakan. Erlangga sudah berusaha sekuat
Susi mengatakan itu sembari menatap Sekar dan Leon secara bergantian. Mata jelas penuh harap. Sementara Sekar dan Leon saling padang dan diam sesaat. Tanpa diduga, kemudian mereka tertawa cukup keras. Membuat Susi mengerut heran. Awalnya dia mengira akan banyak pertimbangan dari keduanya. Siapa sangka dugaannya salah. "Tentu saja kami setuju, Sayang. Kami sudah mengenal Farhan. Semenjak kamu pergi, Kakakmu sering mengajak temannya berkunjung ke rumah." Saat itu, Susi dan Aldo tidak mengumbar hubungannya pada siapapun termasuk para sahabat masing-masing. Aldo tidak mengenalkan Susi dengan sahabatnya. Waktu kuliah, Aldo adalah orang yang paling tertutup diantara ketiga sahabatnya. Pun ketiga sahabatnya itu tidak pernah mempertanyakan masalah Aldo. Prinsip mereka, tidak akan ikut campur jika tidak diminta. Makanya, persahabatan itu selalu langgeng sampai sekarang."Terima kasih, Bunda, Papi. Kalau begitu aku panggil Farhan kesini ya?" tanya Susi. Terdengar memang meminta persetujua
Sekar menangis dan tangisan itu menular pada Susi. Keduanya menangis hingga menimbulkan suara. Seakan keduanya lupa dengan banyak orang yang berada di gedung ini. Leon juga terkejut saat melihat Susi berdiri disana bersama temannya Aldo. Melihat istrinya dan Susi berpelukan, Leon juga ikut memeluk mereka. Sontak, semua orang disana memandang ketiga orang yang sedang berpelukan itu. "Maafkan Bunda, Sayang!" lirih Sekar sekali lagi. "Maafkan Papi juga, Nak!" "Susi juga minta maaf, Bunda, Papi. Maafkan Susi karena hal itu, Susi marah dengan kalian." Orang-orang di sekeliling mereka merasa haru. Namun, Zaskia dan Papinya merasa aneh. Apa hubungan keluarga Richard dengan calon istri Farhan? Santoso-ayahnya Zaskia juga bertanya-tanya dalam hati. "Keluarga kalian mengenal temannya Kak Bia?" tanya Zaskia setelah menyenggol Aldo. "Susi adik angkatku," jawab Aldo datar yang tatapannya tetap tertuju pada orang tuanya dan Susi. "Apa?" Zaskia dan Santoso tertegun sejenak. Setelah puas
Erlangga memukul stir mobil saat sudah berada di depan rumahnya. Dia benar–benar tidak menyangka kalau Elvano akan mengkhianatinya seperti ini. Padahal, saat Fredy memilih untuk mengundurkan diri dan pergi bersama istri barunya, dia sudah memiliki rencana untuk membujuk Ratna agar meminta Elvano yang mengurus perusahaan itu. Biar bagaimana pun, Elvano juga berhak atas perusahaan itu. Karena dia juga sama-sama cucu dari keluarga Kusuma. Ratna dan ibunya Elvano adalah kakak beradik, meskipun dari ibu yang berbeda. Selain itu, Erlangga juga memiliki perusahaannya sendiri. Dia sama sekali tidak serakah. Namun, Elvano terlalu tidak sabar. Bahkan dia juga berani ingin merebut Sabrina darinya.Untuk mengatasi hal seperti ini, teman yang bisa diandalkan Erlangga hanya lah Aldo. Dia satu–satunya teman yang memiliki koneksi pada bidang mafia dan hacker yang mumpuni. "Pasti dia sedang sibuk dengan rencana pernikahannya. Seharusnya aku tidak menganggunya sekarang." Monolognya sembari kembal
Erlangga mengerutkan keningnya seraya menatap nomor yang tertera di layar ponselnya. Pikirannya seakan sedang memikirkan sesuatu yang rumit. Pria itu berjalan keluar. Saat melawati ruangan sekretarisnya dia mengatakan, "Anggia, undur rapatnya menjadi jam sebelas siang." "Baik, Pak!" Sesampainya di dalam mobil, Erlangga kembali mendapat pesan dari nomor misterius tadi. (Kamu ingin menemuiku bukan? Aku berada di Vila dekat pesisir pantai dua kelapa.)Erlangga membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya. Kemudian dia melajukan mobilnya ke alamat yang di dalam chat. Awalnya dia ingin meminta bantuan Aldo untuk melacak nomor misterius itu. ***Sementara itu, pria yang berada di villa sedang meneguk segelas kecil vodka. Wajahnya terlihat mengerut setelah meminumnya. "Anak muda, kamu telah menjalankan tugasmu dengan baik. Sekarang katakan, apa yang kamu inginkan?" tanya pria paruh baya yang baru saja meneguk minuman beralkohol itu. "Permintaan saya tidak banyak, Tuan Redd. Saya hanya
"Mama, aku mohon jangan bawa putriku! Aku sanggup menghidupinya, Ma." Seorang wanita berparas memikat yang baru saja melahirkan bersimpuh dan memegang kaki wanita lain yang sedang menggendong seorang bayi perempuan baru lahir. "Jangan egois, kamu! Ini adalah balasan karena kamu telah merebut putraku," hardik wanita dengan usia yang dua kali lipat dengan usianya. Wanita paruh baya itu menghentakkan kakinya agar ibu dari bayi yang digendongnya melepaskan kakinya. Setelah lepas, dia pergi dengan cepat agar tidak bisa dikejar. "Ma…. Aku mohon…!" Ratna, mertua dari wanita yang baru saja melahirkan itu, sama sekali tidak menoleh. Kabar kematian anaknya–Erlangga Edward membuatnya tega memisahkan ibu dan bayi yang baru dilahirkan, yang tak lain adalah cucu dan menantunya. Bagaimana tidak, menantunya baru saja menyebabkan hilangnya satu generasi penerus dari dari Fredi Edward, pemilik perusahaan WANGS GOOD. Wanita bernama Sabrina yang sebelumnya berstatus sebagai istri sah dari Er
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments