Share

Fitnah Berujung Menikah
Fitnah Berujung Menikah
Author: Misterxqxq

PROLOG

“APA INI? HAH!” Suara gebrakan meja membuat gadis yang asik menikmati tontonan televisi itu langsung terdiam melihat salah satu bagian isi map yang menyembul keluar, “KETERLALUAN SEKALI KAMU, YUR!” Leher Yuda menampakan guratan otot sambil menatap nyalang kearah putri kebanggaanya. Ya dulu, bukan sekarang yang membuat dirinya harus kehilangan harga dirinya. Kesalahanya hanya satu tapi resikonya membuat Yuda ingin melenyapkan putrinya sendiri sekarang juga. “PAPAH UDAH INGETIN KAMU UNTUK JAGA KELAKUAN TAPI APA HAH!!” bentak Yuda menggertakan gigi-giginya.

Ratna tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah meninggalkan belanjaanya di depan teras setelah mendengar teriakan dari suaminya Yuda. Ratna berjalan mendekati putrinya memegang pundaknya yang terlihat bergetar. “Ada apa sih pah? Kamu enggak biasanya marah sampai suaramu udah kaya pake toa masjid. Kalo ada masalah mbok ya jangan pake emosi begitu nggak baik. Anakmu ini sampe gemeter lo ini, di apain sama kamu?” Tanya Ratna menuntut penjelasan pada suaminya. Ratna sebagai ibu yang baik kembali menenangkan putrinya yang mulai menangis.

“Aku marah itu buat kebaikan Yura ngerti nggak mah. Anakmu ini kelakuanya sudah keterlaluan. Aku merasa gagal jadi ayahmu Yur. Papah ini mati-matian sekolahin kamu tinggi-tinggi buat jadi wanita sukses bukan jadi..” Ucapan Yuda berhenti menghela nafas kasar.

“Jadi apa pah? Kamu tuh kalo ngomong jangan setengah-setengah gitu. Mamah kan nggak paham apa yang lagi kamu marahin ke anakmu ini.” Ratna mendekati Yuda menuntut penjelasan, “Kalo masalah pacaran ya biarin dong pah. Yura tuh udah gede jangan dikekang mulu kamu tuh nggak pernah abg ya pah!” Ujar Ratna yang mengira suaminya memarahi anaknya karena sedang menjalin kasih. Karena selama beberapa minggu ini Ratna sering memergoki putrinya di antar pulang dengan mobil tapi Ratna sendiri enggan menanyai putrinya biarkan saja sang anak jujur tanpa harus dirinya tanyai.

“Liat sendiri saja mah.” Tunjuk Yuda pada map coklat diatas meja, “Anakmu ini sudah mempermalukan kita sebagai orang tua. Kebangetan banget jadi anak! Papah sampe nggak habis pikir kurang apa papah ngedidik kamu Yur…yur.” Yuda menghembuskan nafas kasar membuang muka tidak ingin menatap putrinya yang sesenggukan menangis.

Ratna langsung menyambar map coklat kemudian membukanya, “Foto begini aja Pah kamu kok marahnya sampe begitu? Ini enggak ada yang aneh loh. Kalo liat dari umurnya memang keliatan sudah dewasa dari pada Yura toh jodoh nggak mandang umur kan. Kamu kebiasaan Pah masalah begini kamu gede-gedein.” Semprot Ratna dengan segala ketidaktahuannya.

Mama Ratna kembali ke posisi putrinya berdiri menarik lengan putrinya yang masih terisak untuk duduk, “Yang di foto itu pacarmu tah Yur?” Tanya mama Ratna di jawab gelengan oleh Yura. Mendapat jawaban yang tidak seperti perkiraanya mama Ratna memasang wajah penuh pertanyaan di kepalanya, “Terus laki itu siapamu yur?”

“Wes gausah nanya anakmu itu Mah, mana bisa dia jawab.” Ujar Yuda yang sudah kadung dongkol melihat istrinya yang masih saja memperlihatkan pembelaanya kepada putrinya, “Kamu tau nggak kalo Istrinya datang ke saya langsung tadi, minta saya buat nasehatin Yura. Muka saya sampai nggak berani liat wajahnya mah saking malunya, malu saya mah malu!” Tambah Yuda penuh penekanan diujung ucapannya. Yuda menggeser kursi dengan kasar duduk menatap istrinya yang masih belum paham apa yang barusan dikatakanya. Dia bahkan tidak mau menatap iba putrinya yang sedari tadi tangisanya memenuhi ruangan tanpa henti.

“Maksudmu istri siapa?” Tanya mama Ratna sedikit menaikan nada suaranya. Kembali menatap intens suaminya yang belum menjawab pertanyaanya barusan, “Jangan bilang..” mama Ratna menutup mulutnya sambil menatap lembaran foto yang berserakan di atas meja kemudian kembali menatap putrinya dengan ekspresi tidak percaya, “Astagfirullah, Yur. Apa bener yang di foto sama kamu itu sudah bersuami? Dijawab Yur jangan cuma nangis mamah cuma butuh kamu jelasin! Mamah masih percaya kamu Yur masa iya anak mama bisa-bisanya jadi apa tuh namanya jaman sekarang. PE..pe.. Pelakor ah itu maksud mamah. Kamu tuh anak perempuan mamah yang berharga Yur jangan bikin mamah hilang kepercayaan sama kamu Yur.” Tatap mama Ratna mengarah ke putrinya menunggu jawaban tentunya. Sebisa mungkin dirinya menghilangkan prasangka buruk mengenai anak yang dia besarkan penuh kasih sayang. Perjuangan mengandung sembilan bulan masih teringat jelas bagi mama Ratna mengingat anaknya yang merupakan perempuan akan sangat terluka hatinya jika benar anaknya mengambil jalan yang tidak semestinya, “Jangan diem aja Yur, mau bunuh mama pelan-pelan kamu!” Ratna kembali bersuara cukup membuat Yura tidak sanggup melihat sang mama marah.

“Astagfirullah istigfar mah kalo ngomong jangan bawa-bawa mati.” Papah Yuda mendekati istrinya yang matanya sudah terlihat kilatan amarah. Tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, Yuda segera menggenggam tangan istrinya Ratna, “Kamu tau mah istrinya sampai memohon sama saya, sebagai ayah hati saya hancur. Umurnya masih sangat muda kalo dilihat tidak jauh beda dengan Yura.” Jelas Papah Yuda kembali menceritakan kejadian siang tadi di tempat kerjanya. Sekali lagi mama Ratna menghela nafas agar melegakan dadanya yang terasa sesak.

“Mah Yura sama Pak Bram cuma sebatas atasan sama bawahan enggak lebih. Pak Bram manager ditempat magang Yura. Dia sering anter Yura cuma karna dia kasian ke Yura rumahnya jauh kan lumayan hemat ongkos juga.” Ucap Yura lirih masih di barengi dengan tangisnya yang tidak kunjung mau berhenti, “mamah percaya kan sama Yura?” ujar Yura meyakinkan hati mamah Ratna.

“Istrinya sampai datang loh Yur ketemu sama bapakmu. Kalopun kamu emang enggak ada apa-apa mana mungkin istrinya sampe segitunya loh nyamperin bapakmu. Jujur Yur sama mamah kamu ngapain aja sama dia?” Tanya mama Ratna lagi terus mengintrogasi putrinya.

“Ya Allah mah, Yura enggak pernah macem-macem. Pak Bram sering minta bantuan ke Yura itu doang enggak lebih masa iya Yura nolak kan gimanapun dia atasan Yura di tempat magang.” Ujar Yura membantah segala yang di pojokan mengenai dirinya.

“Bantuin apa Yur jelasin ke mamah? Yang sering telponan sama kamu malem–malem mama liat itu siapa?” Lagi- lagi Yura dibuat terdiam. Kepalanya yang tadi menunduk seketika terangkat menatap mamanya. Melihat putrinya yang terdiam mama Ratna cukup peka akan hal itu, “Jadi itu yang kamu bilang bantuan! Mamah enggak habis pikir sama kamu, Yur.” Helaan nafas kembali terdengar. Disitu memang sudah tidak ada suaminya karena barusan ada panggilan dadakan yang mengharuskan dia kembali ke tempat kerjanya. Kalo ada mungkin peralatan rumah sudah dipastikan hancur akan amukanya.

“Enggak gitu mah.” Ujar Yura kembali mencari cela agar dirinya tidak disalahkan atas tindakanya yang memang tidak dibenarkan itu.

“Kamu ngebela seribu kalipun Yur kamu tetap salah, salah ngerti nggak! Mama juga seorang istri sekaligus ibu sudah pasti tau perasaan istrinya Yur. Kamu bisa-bisanya hal begitu kamu anggap enteng! Kamu juga perempuan harusnya dipikir kalo mau ngapa-ngapain tuh, kalo udah tau punya istri jaga jarak. Lah ini bukanya jaga jarak malah sengaja ngasih tempat. Gimana enggak seneng dia dikasih respon sama kamu yang masih muda seger gini. Walaupun sekarang enggak ada apa-apa takutnya kamu yang palah nyaman sama dia.” Ucapan mama Ratna bagai hantaman batu besar mengisi dada Yura, “Disini sudah jelas kamu yang salah. Biarin bapakmu nanti yang ngurus apa yang baik buat kamu Yur. Mama cuma pesen jangan sampai kamu ngecewain mamah. Sampai kamu ngelakuin itu sudah mamah lepas tangan.” Tambah mama Ratna sambil berdiri yang teringat dengan belanjaanya yang dia tinggal saking kalutnya suasana tadi.

Setelah kepergian mama Ratna mengarah ke pintu depan, Yura mendadak menghentikan tangisanya mengambil ponsel  yang berdering di lantai. Tadi ponselnya memang diletakan di atas pangkuanya sampai tidak sadar entah bagaimana posisi ponsel itu sudah dilantai, untung saja tidak ada retak sedikitpun. Yura sedikit menatap lega melihat ponselnya sedikit mengerutkan dahinya sebelum tanganya menggeser tombol hijau di layar.

“Aku menunggumu sayang.” Suara berat dari seorang pria terdengar di sertai bunyi pembicaraan mereka berdua terputus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status