Share

Terpusat di Halaman Istana

“Maafkan saya, Datuk.” Saliah lantas membantu Datuk Merah untuk berdiri. “Saya tidak punya maksud apa-apa dengan mengenakan pakaian prajurit seperti ini.”

Dia pun membantu Datuk Ungu untuk berdiri.

“Tapi, sa-saya Saliah.”

“Saliah?” Datuk Ungu mengernyit, begitu juga dengan rekannya.

Sang pemuda mengangguk, lantas memerhatikan Inyiak Marapi yang tergeletak di teras istana. Dia menghela napas dalam-dalam, tapi ada sedikit senyuman di sudut bibirnya.

“Saya tidak punya wa-waktu untuk men-menjelaskan tentang hal ini.”

Lagi pula, di sana masih terjadi pertempuran. Setidaknya, yang bisa terlihat dari sudut itu adalah pertempuran para prajurit dan para penjahat.

Tidak ada waktu untuk berbasa-basi, pikirnya.

“Sa-Saya berasal dari Bukit Bulan.”

“Bukit Bulan?” Datuk Ungu mengernyit dan memandang Datuk Merah.

“Kalau tidak salah,” kata Datuk Merah. “Bukit Bulan ada di kawasan Pariaman.”

“Benar,” Saliah mengangguk. “Dan, dan Putra Mah-Mahkota mengenal saya. Ju-Juga si Gadis Champa itu.”

“Ahh …” Dat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status