Share

Sebuah Tekad

Datuak Rajo Tuo bermuram durja. Hanya bisa memandang sedih pada orang-orang yang saling bunuh di bawah sana.

“Paduko,” Kanteh menghampiri jendela yang sama. Jendela yang menghadap ke halaman depan dari lantai teratas istana. “Sebaiknya, Paduko menjauhi jendela yang terbuka. Kami khawatir kalau-kalau ada serangan panah yang terarah ke sini.”

Kamba dan Kirawah saling pandang. Mereka berpikir keras tentang wajah muram sang raja.

“Mungkin,” ucap Datuak Rajo Tuo dengan embusan napas yang begitu panjang dan terdengar sangat berat. “Jika aku turun ke bawah sana, mereka akan berhenti untuk saling menyakiti.”

“Paduko!” Kanteh mereguk ludah. Dia berpaling pada dua rekannya.

“Maafkan kami, Paduko,” Kirawah mengapit sang raja dari sisi kanan sedang Kanteh di sisi kiri. “Kami tidak akan mengambil risiko semacam itu. Kami tidak ingin kehilangan Anda, Paduko.”

“Kalian lihat di bawah sana!”

Tatapan sang raja, Kanteh, Kirawah, dan Kamba yang berdiri di belakang sang raja sama tertuju pada orang-orang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status