Beranda / Fantasi / Fantazia / Chapter 7

Share

Chapter 7

Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral.

Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya.

“Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku.

“Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega.

“Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya.

“Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan.

“Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan.

“Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan.

“Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya.

“Shhhh... Cukup ikuti aku saja, kau akan tau nanti,” selanya sambil tetap berjalan di depan.

Aku mengikuti Philip dari belakang, dia menuntunku masuk lebih dalam  gang.

Sebetulnya gang ini sangat panjang, jadi tadi aku menemui Philip hanya seperempat dari panjang gang ini.

Karena gelap aku tidak melihat banyak, setelah sampai di ujung gang, aku melihat Philip meraba dinding di sebelah kanan kami.

“Apa yang kau lakukan Philip?” tanyaku penasaran dengan tingkahnya yang aneh.

Philip tidak menjawab dan tetap meraba dinding di sebelah kami.

“Kau ane-“ ucapanku terputus ketika aku mendengar jalan setapak di depan kami bergerak dan terbelah.

Terkejut melihat ada mekanisme rahasia di sebuah gang gelap sepeeti ini, aku sangat tidak menyangka ada sebuah markas rahasia di sini.

“Yap, inilah markas rahasia kami ehehehe, keren kan.” Philip menyombongkan mekanisme dari markas rahasianya.

“Iyaa.. Iyaa... Terserah padamu saja lah,” jawabku datar.

“Ayo cepat masuk sebelum ada yang melihat pintu ini.” Philip langsung meloncat turun ke bawah.

Aku dengan cepat mengikutinya dari belakang, ikut meloncat seperti yang dilakukan Philip.

Setelah aku loncat, pintu diatas menutup dengan otomatis dan sekarang keadaan di sekitar kami gelap gulita tanpa ada setitik cahaya pun.

“Philip apa yang terjadi?” tanyaku pada Philip yang sebenarnya aku tak tau dia ada di mana.

“Tunggu sebentar.”

Tiba-tiba cahaya datang, aku melihat Philip yang sedang memegang lampu senter ditangannya.

“Kau membuatku takut Philip,” ujarku serius padanya.

“Hehehe.. maafkan aku, lupa kalau di bawah sini akan sangat gelap,” jawabnya seperti tidak bersalah.

“Dasar kau, mana yang lain bukankah kita sudah sampai?”

“Sebentar lagi kita akan sampai.” Philip memimpin jalan lagi.

Tak lama kemudian sekitar lima melnit akhirnya kami sampai, aku melihat ada sekitar tiga orang di ruangan ini.

Tempatnya seperti basement biasa, tidak terlalu luas dan ada papan tulis yang terletak di ujung tengah ruangan.

Terlihat banyak gambar dan tulisan di papan tulis tersebut, sepertinya mereka menuliskan rencana mereka di sana.

Lalu mereka mendatangi Philip dan berbicara padanya, Philip menarikku dan mengenalkan pada mereka.

“Yoshh aku berhasil membawanya untuk bergabung dengan kita,” kata Philip lalu menyenggolku mengisyaratkan untuk memperkenalkan diri.

“Hansel.”

Philip diam, semuanya diam, apa yang salah memangnya kenapa mereka hanya diam.

“Ehmm... Jadi dia yang akan membantu kita untuk melacak target dan masuk ke dalam.” Philip berdehem dan menjelaskan tugasku.

“Ternyata ini orang yang kau bilang bisa membantu kita,” kata seseorang yang terlihat sulit untuk di dekati.

“Yaa benar ketua, ini temanku yang aku bicarakan,” jawab Philip.

“Perkenalkan aku Giovanni ketua kelompok ini, dan ini dua orang lain yang akan ikut bersama kita,” jelas orang itu yang ternyata bernama Giovanni.

“Yang lain sedang tidak ada di sini, kau bisa menemui mereka di lain hari,” jelas Philip kepadaku.

“Bisakah aku tau bagaimana rencana kalian?” tanyaku tanpa basa-basi.

“Huh.. bocah yang tidak sabaran ternyata.” Aku melihat Giovanni menyeringai kepadaku.

Lalu Giovanni menjelaskan rencana kelompok kepadaku, aku menjelaskan rencana dengan seksama, dan tak jarang aku memberi ide tambahan untuk rencana mereka.

“Setelah mengetahui renca kami, aku ingin mendengar informasi darimu,” tanya Giovanni setelah menjelaskan rencananya.

“Aku adalah mantan Jurnalis yang menyelidiki mereka, jadi aku tau seluk beluk mereka.”

“Jadi kau tau di mana letak pusat produksi mereka?”

“Tentu saja, aku sudah sering ke sana untuk investigasi,” kataku.

“Bagus kalau begitu, rencana ini akan berjalan mulus,” ujar Giovanni dengan senang.

“Jadi kapan kita akan melakukan rencana ini ketua?” tanya Philip tiba-tiba.

“Setelah kita mengumpulkan semua orang dan memberi tau mereka tentang rencana ini maka kita akan langsung melaksanakannya.”

“Satu lagi Hansel, apa kau tau bagaimana cara kita untuk masuk ke dalam markas mereka?” tanya Giovanni padaku.

“Aku akan memikirkan cara untuk masuk ke dalam sana,” jawabku.

“Oke aku serahkan masalah ini padamu.”

“Jika begitu aku dan Hansel akan pergi ketua,” ucap Philip kemudian.

“Yaa, pergilah.”

Aku dan Philip berjalan pulang setelah itu, memanjat ke atas lewat pintu rahasia, aku masih terkejut ketika melihat pintu itu terbuka lagi.

Setelah sampai di atas lagi, aku dan Philip berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

“Hansel terimakasih telah membantuku.” Tiba-tiba aku mendengar suara Philip dari kejauhan.

Anak itu kebiasaan, walaupun Philip mengajakku untuk melakukan kejahatan tapi aku tetap senang karena ia sudah mengajakku untuk bekerja bersamanya.

Aku tidak ada waktu untuk memikirkan masalah moral ini, sekarang aku mempunyai tugas untuk mencari tau bagaimana kami bisa masuk ke dalam pusat produksi itu.

Aku berjalan pulang ke rumah smabil memikirkan hal ini, bagaimana yaa caranya aku bisa masuk kesana.

Selama aku menginvestigasi mereka, aku hanya melihat mereka dari luar, pernah sekali aku melihat mereka dari dekat.

Kalau tidak salah mereka menggunakan sebuah kartu akses untuk masuk ke dalam, kalau seperti itu berarti aku harus memiliki kartu akses mereka.

Lalu masalahnya adalah bagaimana aku mendapatkan kartu akses itu, haruskah aku mencurinya?

Tidak otakku sekarang sudah terkontaminasi dengan kejahatan, bagaimana aku bisa memikirkan untik mencuri kartu akses itu.

Sepertinya aku butuh makanan untuk membuat otakku jernih lagi.

Cepat-cepat aku berjalan pulang, tak lupa aku mengeratkan jaketku makin malam makin terasa dingin udara malam ini.

Aku lihat jam dan waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, ternyata sudah tengah malam pantas saja dingin sekali.

Aku tak menyangka akan menghabiskan waktu banyak dengan Philip, apa Ibu mencariku yaa sudah jam segini aku belum pulang.

Akhirnya aku berlari untuk segera sampai di rumah, setelah sampai di rumah aku tidak melihat Ibu.

Sepertinya Ibu sudah tidur duluan dan tidak menungguku, yaa baguslah kalau begitu.

Karena sangat lapar, setelah membersihkan diri aku menyempatkan untuk makan malam yang sangat terlambat.

Aku susah untuk tidur jika perutku kosong, jadi aku makan dulu sebelum tidur.

Setelah makan dengan jeda tiga puluh menit aku pergi tidur, enak sekali setelah lelah hari ini akhirnya aku merasakan kenyamanan kasur lembut ini.

Doakan, semoga hari esok aku beruntung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status