Sudah seminggu ini Ayah masih terbaring lemah keadaannya semakin memburuk, sakit kepalanya tak kunjung membaik bahkan sekarang disertai dengan sesak.
Ibu memutuskan untuk menjaga Ayah di rumah, jadi hanya aku yang akan pergi ke toko untuk mengantarkan sisa pesanan pelanggan.
Sebelum pergi tak lupa ku lihat Ayah dahulu di kamarnya, “Ayah bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Tidak... Apa-apa Hansel, Ayah baik-baik saja hanya sedikit sesak,” jawab Ayah terdengar nafasnya sangat berat.
“Nanti akan ku bawakan obat sepulang dari toko,” kataku sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Ayah.
Ku lihat Ibu sedang menyiapkan bubur dan teh hangat untuk Ayah, “Ibu aku pergi.”
“Hati-hati Hansel,” jawab Ibu dari dapur.
Langit hari ini mendung, seperti akan turun hujan lebat. Suram begitulah suasana hari ini sungguh tidak mengenakkan.
Untungnya hari ini aku lumayan sibuk, jadi perasaan suramku sedikit terlupakan. Aku hanya memfokuskan diri pada mengantarkan pesanan ini saja.
Setelah melalui hari yang panjang, terlihat awan senja sudah memunculkan wujudnya pertanda hari akan berakhir, seperti janjiku hari ini kepada Ayah, sebelum pulang ke rumah tak lupa aku pergi lagi ke apotek untuk membelikan obat untuk Ayah.
Saat aku sedang berbicara dengan apoteker yang ada di sini, perangkat komunikasiku berbunyi setelah ku lihat ternyata Ibu memanggilku.
'Ada apa Bu? Aku sedang di apotek untuk membelikan obat ayah,' bukan jawaban yang aku dengar dari Ibu tapi malah suara tangisan dari Ibu.
'Ibu kenapa, katakan padaku apa yang sedang terjadi?’ desak ku pada Ibu, tapi Ibu tak kunjung menjawab.
Tanpa pikir panjang aku langsung pergi dari sana untuk pulang secepat yang aku bisa, aku berlari seperti orang gila yang ku pikirkan hanyalah mencapai rumah secepat mungkin.
“Ibu!!” teriak ku setelah sampai rumah, ku lihat pintu kamar orangtua ku terbuka, segera aku berlari ke sana.
Ada seorang dokter di sini, lalu ku lihat Ibu menangis di samping Ayah, perlahan aku menghampiri Ayah yang sedang terbaring dengan mata tertutup.
Jangan bilang padaku sesuatu yang buruk terjadi pada ayahku.
“Ibu apa yang terjadi pada Ayah,” tanyaku sambil memeriksa tubuh Ayah.
“Maaf untuk mengatakan ini tuan Hansel, Ayah anda sudah tiada,” dokter itu berkata sambil menggelengkan kepala.
“Tidak, ini tidak benar bukan, Ibu dokter itu bercanda kan?” tanyaku dengan histeris kepada Ibu.
“Maafkan Ibu nak,” jawab Ibu dengan tersedu.
Aku rasakan tubuh ayahku sudah mulai dingin, tak ada tanda kehidupan darinya aku tidak menyangka Ayah akan meninggalkan aku dan Ibu seperti ini.
Aku menangis sambil memeluk tubuh Ayah yang mulai dingin. Ibu pun memeluk ku, aku dan Ibu menangis tersedu meratapi kepergian Ayah.
Setelah tenang aku menanyakan sesuatu kepada dokter, “Apa yang terjadi kepada ayahku dok?”
“Ayahmu terlalu stress hingga mengakibatkan sakit kepala yang berkelanjutan, berujung dengan sesak nafas yang mengakibatkan terjadinya serangan jantung,” jelas dokter tersebut kepadaku.
“Saat ibumu memanggilku, ayahmu sudah tidak ada, maafkan aku tidak bisa membawanya kembali tuan Hansel,” lanjutnya dan bersimpati kepadaku.
“Tidak apa-apa dokter, terimakasih telah membantu kami,” ucapku dengan tulus kepada dokter itu.
Aku mengantar dokter itu pulang, dan juga mengurus proses pemakaman untuk ayahku.
Setelah menyelesaikan proses pemakaman, aku dan Ibu kembali ke rumah, suasana rumah sangat suram tidak ada sedikit pun aura bahagia di sini.
“Istirahatlah Hansel,” Ibu berkata dengan lesu, sehabis mengatakan itu Ibu langsung masuk ke kamar meninggalkan aku sendirian di ruang tamu.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, ternyata sudah tengah malam ku putuskan untuk duduk sebentar di sini.
Tanpa terasa air mataku mengalir lagi, aku menangis tanpa suara, bagaimana nasib keluarga kami sekarang, apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak tau apakah sanggup di tinggalkan oleh Ayah seperti ini, bagaimana aku harus melunasi hutang keluarga belum lagi harus menghidupi Ibu.
Aku pun sekarang tidak mempunyai pekerjaan, bagaimana masa depan kami jika seperti ini, aku merasakan stress yang amat sangat berat.
Tangisku tak kunjung berhenti, air mata ini terus turun mengaliri wajahku, ingin rasanya aku teriakan semua rasa frustasi ini.
Tanpa ku sadari aku tertidur di ruang tamu, sepertinya aku kelelahan menangis hingga tertidur disini. Ternyata sudah pagi, semalaman aku tidur disini ternyata.
Cepat-cepat aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bergegas pergi menjaga toko kue.
“Hansel Ibu pikir hari ini kita tidak perlu membuka toko,” ucap Ibu ketika melihatku akan pergi.
“Ahh... Begitu, aku hanya akan melihat dan membersihkan toko kalau seperti itu Ibu,” jawabku dan tetap pergi ke toko.
Lebih baik aku menyibukkan diri dengan kesibukan, dari pada harus larut dalam kesedihan.
Maka dari itu aku memutuskan untuk membersihkan toko dari pada berdiam diri di rumah.
Ketika aku sedang menyapu toko, televisi yang ada di toko sedang menyiarkan sebuah berita.
'Hari ini inovasi terbaru dari para ilmuan yang beberapa hari yang lalu dirilis akan segara di distribusikan untuk konsumsi publik...’
Kurang lebih seperti itu berita yang di siarkan, aku sedikit terganggu ketika mendengarkan berita ini.
Yaa... Terserah lah itu sudah bukan urusanku lagi, persetan dengan mereka dan makanan sialan itu.
Aku melanjutkan untuk menyapu dan membersihkan depan toko, belum ada sehari ditinggal tapi sudah banyak sampah berserakan di jalanan.
“Heii, Hansel!” aku mendengar seseorang memanggil namku.
Ku tolehkan kepala ku untuk mencari siapa yang memanggilku.
“Heyyoo, apa kabarmu temanku?” aku merasakan punggungku ditepuk dari belakang.
“Ahh kau ternyata Philip, apa mau mu?” ku tanya balik dia.
“Seperti biasa dibalas dengan ketus,” jawabnya.
“Terserah apa katamu,” kataku membiarkannya.
“Oiyaa, aku turut berduka untuk ayahmu Hansel,” katanya kemudian.
“Yaa, terimakasih.”
“Kau tau aku sedang mencari orang untuk bekerja denganku, apakah kau ingin ikut denganku?” tidak aku sangka ia akan mengajak ku untuk bekerja bersamanya.
“Eitsss jangan buru buru menjawab tidak, jika kau ingin ikut temui aku besok malam di gang sebelum jalan ke pusat kota,” dengan cepat ia berlari pergi sambil melambaikan tangan dari jauh kepadaku
Kebiasaan, begitulah Philip temanku dari bangku sekolah dulu, dia selalu ceria dan bersemangat, sepertinya aku tidak akan ikut bersamanya.
Aku tidak ingin merepotkannya, tapi sebenarnya aku membutuhkan pekerjaan lain, apa aku ikut saja dulu yaa.
Dasar Philip membuatku bingung saja, melupakan soal Philip aku melanjutkan bersih-bersih toko.
Sebelum pulang aku mampir sebentar untuk membelikan Ibu makan malam, semoga Ibu suka dengan makanan yang aku belikan untuknya.
Aku pulang ke rumah dengan sekantong makanan, “Ibu aku pulang, “ ujarku ketika sampai rumah.
“Aku membawakan makan malam untukmu Bu.”
Aku melangkah kan kaki ke dapur untuk menata makanan yang sudah ku beli, aku harap bisa makan bersama dengan Ibu.
Ku lihat Ibu menghampiriku, aku menyiapkan tempat duduk untuknya, “Ibu makanlah, aku sudah menyiapkannya.”
Malam itu kami pertama kali makan malam bersama tanpa adanya kehadiran Ayah.
“Hansel, bibi May teman Ibu memberi tahu untuk berhati hati, kabar tentang Energizer Food yang baru itu akan mengancam penjualan toko kue kita,” ujar Ibu mengagetkanku.
“Bibi May bilang hari ini tidak ada satu pun pelanggan yang datang untuk membeli kue di tokonya,” lanjut Ibu dengan lesu.
“Tidak mungkin akan separah itu dampak dari makanan liquid itu,” jawabku sedikit bingung.
“Yaa... Semoga saja tidak akan separah itu,” jawab Ibu sambil membersihkan piring kotor.
Semoga saja tidak akan terjadi sesuatu yang buruk esok hari.
‘Kenapa tidak ada yang datang hari ini,' pikirku bertanya-tanya ketika menjaga toko hari ini. Pagi ini aku dan Ibu mulai lagi untuk membuka toko kue, semenjak kepergian Ayah baru hari ini Ibu mau pergi membuka toko. Kemarin kami mendapat informasi dari teman Ibu yang berkata bahwa makanan inovasi Energizer Food membuat penjualan makanan padat lain menjadi turun drastia Awalnya aku dan Ibu tidak mengharapkan dampak yang dibawa Enegizer Food akan sebesar ini. “Bagaimana nasib kita sekarang kalau keadaannya seperti ini,” keluh Ibu sambil menghela nafas. “Aku akan mencari pekerjaan yang lain Ibu, hutang yang tersisa tinggal sedikit lagi jadi akan ku usahakan untuk melunasinya.” Aku menyampaikan maksudku pada Ibu. Tanpa menatapku Ibu berkata, “Yaa memang seharusnya begitu.” Aku tau Ibu kecewa padaku apalagi dengan ditinggal oleh Ayah, aku melihat Ibu semakin hari semakin tidak semangat. Melihat Ibu seperti
Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral. Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya. “Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku. “Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega. “Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya. “Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan. “Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan. “Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan. “Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya. “S
Tok...Tokk...Tok...Dalam tidurku, aku seperti mendengar ketukan pada pintu kamarku. Setelah aku dengarkan ternyata benar ada yang mengetuk pintu kamarku.“Hansel...”Aku segera bangun ketika mendengar suara Ibu dari luar kamarku.“Iyaa, ada apa?” jawabku sambil mengumpulkan nyawa.Ibu lalu masuk ke dalam kamar, “Ibu pergi sebentar, hari ini sepertinya kita tidak usah membuka toko, pergilah cari pekerjaan lain atau pergi bersama temanmu jika kau bosan di rumah,” ucap Ibu kemudian.“Iyaa,” jawabku singkat sambil mengucek mataku.Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 pagi, tak biasanya aku bangun setelat ini. Sepertinya karena tidur terlalu larut tadi malam.Setelah membersihkan diri aku mengingat bahwa ada tugas yang harus aku kerjakan. Ketua kelompok pencurian itu memberiku tugas untuk memcari cara untuk masuk ke dalam pusat Eneegizer Food. Sepertiny
Srak.. Srak... Gemeresik daun terdengar ketika melewati hutan. Saat ini operasi pencurian akan dilakukan. Aku memberi tahu tempat yang biasa aku jadikan persembunyian ketika masih menjadi Jurnalis dahulu. Hutan ini terletak tak jauh dari target, jaraknya sekitar 200 meter. Aku dan Philip diberi tugas untuk mencari petugas patroli untuk dijadikan sandera dan alat kami untuk mendapat akses lebih dalam. “Mereka belum juga patroli.” Tiba-tiba aku mendengar Philip berkata. “Dari informasi yang aku tau, mereka akan patroli sekitar 10 menit lagi,” ucapku sembari melihat waktu di jam tanganku. “Kenapa kita tidak langsung masuk saja, tidak ada juga yang patroli di sini.” Philip kesal sudah menunggu lama untuk mencari sandera mereka. “Tanyakan saja pada ketuamu kenapa malah ngomel ke aku,” kataku mengacuhkannya dan tetap fokus mengintai. Aku mendengar Philip mendengus dari sebelahku. Giovanni dan yang lain sedan
Perasaanku tidak enak, firasatku berkata ada yang tidak beres dengan perubahan rencana ini. Bukankah mereka memerlukan sidik jari dari kami untuk melakukan operasi ini.Dengan pikiran yang berkecambuk aku mengumpulkan Energizer Food ke dalam wadah yang sudah kami siapkan.“Hansel cepatlah, kita harus segera keluar dari sini.” Panik menghinggapi aku dan Philip.“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa,” kataku untuk menenangkan Philip.“Jujur saja, aku cemas sekali,” ungkapnya padaku.“Bukan hanya kau, aku pun juga. Tetaplah tenang.” Aku berkata sambil segera menyelesaikan menjarah target kami.Semua Energizer Food yang ada di sini sudah kami amankan di dalam wadah elastis yang sudah kami siapkan.Nginggggg...Ngingg...Nginggg...Saat kami akan keluar dari tempat ini. Tiba-tiba terdengar suara sirine yang sangat bising.
Bulan telah terbit tinggi di atas langit sana, angin berhembus membawa suasana yang kelam. Malam ini aku dan Philip akan mencoba kembali ke markas untuk melarikan diri dari kejaran para polisi.Sebelum pergi kami menyiapkan banyak hal. Benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi rintangan yang akan kami hadapi nanti.Aku dan Philip menggunakan jaket ya tersisa pada tubuh untuk menyamarkan penampilan kami. Penyelinapan malam ini sungguh membuat was-was.Salah sedikit saja kami pasti akan tertangkap tangan. Semoga saja apa yang dikatakan oleh Gio untuk kembali ke markas adalah pilihan yang tepat.“Kau siap Philip?” tanyaku.“Tentu saja, percayalah kita akan baik-baik saja.” Philip meyakinkan aku untuk percaya pada aksi ini.“Semoga saja teman,” kataku pelan.“Lima menit lagi kita akan berangkat. Periksalah senjatamu, jangan sampai ada yang terlewat,” ucapnya memperingatkanku.&l
Aku otomatis memejamkan mataku ketika cahaya itu datang menghantamku. Ketika aku bangun dari pingsan, aku mendapati diri berada di ruang hampa yang sangat gelap dan menyesakkan.'Dimana ini?’ batinku cemas ketika melihat ke sekelilingku yang kosong.Apakah aku sudah meninggal?“Bisa dibilang begitu,” jawab seseorang tiba-tiba.“Siapa itu?!” aku berteriak dengan cemas ketika rasa sesak itu memenuhi hatiku.“Aku?” nada bicara orang itu seperti sedang meledekku.“Bisa dikatakan aku adalah Dewa,” lanjutnya dengan kekehan kecil.Lalu tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki kecil tak jauh dariku.“Aku mempunyai tawaran untukmu anak muda,” jelas anak kecil itu sembari berjalan mendekat kepadaku.Aku berpikir sejenak sebelum menjawab perkataan anak kecil itu, “Apa tawaranmu?” jawabku takut-takut.“Aku akan memberikanmu sebuah misi.&r
“Tidak mungkin! Bagaimana aku bisa mengumpulkan semua pecahan Artefak itu!” Aku berteriak keras di dalam hutan lebat itu saat mendengarkan cerita dari Gust yang berbicara mengenai legenda yang ada di duni barunya ini. 'Kau lupa?! Aku akan membantumu menemukan semua Artefak itu!’ ucap Gust di dalam kepalaku sambil mendengus sebal kepadaku. “Tapi ... Bagaimana mungkin aku mengalahkan ras-ras lain seperti mereka!” Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, ia akan mengambil sebuah pecahan Artefak dari ras lain. Tidak pernah terbayangkan di dalam hidupku akan menjadi seperti ini, lebih baik dirinya bertarung melawan pemerintah korup itu daripada harus bertempur melawan ras lain seperti ini.Hansel memegang kepalanya yang mulai berdenyut sakit saat memikirkan apa yang akan dilaluinya di depan nanti, bagaimana mungkin ia bisa bertempur melawan seorang Vampire hingga kawanan Naga. Terlebih lagi ia hanyalah seorang manusia biasanya yang tidak mempunyai kemampuan apapun.“GUST! Kekua