Putus asa, frustasi, stress atau apa lah itu, aku sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.
Aku hancur...
Setelah perusahaan dijual untuk melunasi setangah hutang kami, sejak saat itu ayah bekerja di perusahaan temannya untuk mencicil sisa hutang kami.
Dan aku sekarang membantu di toko kecil Ibu, aku sudah mencoba untuk mencari pekerjaan lain tetapi tidak ada yang mau menerima.
Sekarang inilah yang bisa aku lakukan untuk keluargaku, membantu Ibu untuk mengantarkan pesanan kue dari toko Ibu.
Karena ekonomi kami yang sangat sulit, kami telah menjual rumah yang ada di ibukota dan pindah ke pinggiran kota dengan rumah yang lebih kecil.
Sudah menjual rumah dan perusahaan pun hutang kami masih tersisa, sekarang sebagian besar pendapatan kami untuk membayar hutang, sisa nya kami gunakan untuk kehidupan sehari hari.
“Hansel tolong kirimkan kue ini ke pusat kota, alamatnya ada di depan kotaknya.” Ibu memberikan kotak kue kepadaku untuk di antar ke pelanggan kami.
“Ya.”
Saat aku menerima kotak kue, Ibu terlihat pucat sepertinya sudah kelelahan, karena terlalu banyak membuat kue. Tidak tega sebenarnya melihat Ibu kesusahan.
Aku menghela nafas dengan berat, bergegas untuk mengantarkan kue pesanan. Ku kendarai motorku melintasi pusat kota.
Layar besar di tengah kota memperlihatkan acara perilisan penemuan baru yaitu Energizer Food, dan aku melihat tuan Jasper di sana bersama para ilmuan bawahannya.
Sialan bagaimana kejahatan mereka berhasil sedangkan aku disini sangat menderita berkat ulah mereka.
Dengan kesal ku pukul dashboard motor dan merutuki mereka yang membuat ku menjadi seperti ini, awas saja suatu saat nanti akan ku balas mereka.
Setelah melihat jam aku mendapati harus segera mengantarkan kue pesanan, segera aku tancap gas.
Ting...
Pintu kaca otomatis terbuka ketika aku akan melewatinya, ternyata alamat yang aku tuju adalah sebuah hotel yang sangat mewah.
Aku segera menelfon nomor yang tertera di note yang telah Ibu siapkan.
Tutt...
Tut...
'Selamat sore tuan, saya dari Rhett's Bakery sudah di lobby untuk mengantarkan pesanan kue tuan, haruskah saya titipkan di meja resepsionis?’ tanyaku
'Tunggu di sana aku akan mengambilnya sendiri.’
'Baik tuan.’
Aku menunggu sekitar lima menit, ketika seseorang dari arah belakang memanggilku, “Rhett's bakery?”
“Ahh iyaa, ini tuan pesanan anda,” jawabku sambil berbalik dan segera memberikan kotak kue.
“Hah... Lihat ini Jurnalis hebat kita sekarang menjadi seorang pengantar kue,” dengan nada mencemooh orang itu berkata padaku.
Seketika aku mengangkat kepalaku dan melihat ternyata orang yang memesan kue itu adalah Jasper, ketika melihat wajah nya yang menyebalkan aku memendam amarah.
“Ohh... Halo tuan Jasper kita bertemu lagi,” jawabku dengan enggan ingin rasanya langsung menghilang dari sini.
“Wahh... Wah... Wahh... Tidak ku sangka ternyata sekarang kau jadi seperti ini tuan Hansel, kau lihat siapa yang jatuh sekarang,” ledeknya di hadapanku.
“Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi aku akan pergi, permisi tuan dan selamat menikmati,” tukasku dengan cepat berbalik pergi.
Terdengar tawa Jasper dari kejauhan, sialan kenapa malah bertemu langsung dengan Jasper, aihh aku pasti jadi bahan tertawaannya kalau begini.
Sungguh sial bisa bertemu lagi dengan nya, kenapa dia bisa memesan kue di toko ibuku, semoga aku tidak akan bertemu dengannya lagi.
Perasaan kesal ini tetap hinggap di hatiku hingga aku pulang ke rumah, sungguh mengesalkan menjadi bahan olokan oleh musuhmu, memikirkannya lagi membuatku sangat marah.
Jasper berbicara seolah-olah dia tidak tau keadaanku sekarang, padahal dia lah penyebab masalah ini datang padaku. Rasanya ingin ku tonjok wajahnya yang sombong itu.
Huftt...
Yang bisa ku lakukan sekarang hanya lah menghela nafas, berharap itu bisa membuat hatiku sedikit tenang.
Rasanya lelahku berkali lipat hari ini, segera ku istirahatkan badanku, bersiap untuk bekerja keras esok hari.
Hari ini ayahku tidak berangkat kerja karena ia mengeluhkan sakit kepalanya tak kunjung reda. Akhir akhir ini memang Ibu memberi tau bahwa Ayah sering sakit kepala.
Aku khawatir melihat keadaanya seperti itu, ketika aku mengajaknya untuk pergi ke rumah sakit Ayah terus-terusan menolaknya.
Rutinitas aku setiap hari hanya pergi ke toko membantu Ibu, mengantar kan pesanan, lalu pulang untuk beristirahat, walaupun hanya seperti itu tapi sangat lelah ketika melaluinya.
Hari ini sepertinya aku akan mampir ke apotek untuk membelikan obat untuk ayah, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit kepalanya bisa menggunakan obat.
Setelah pulang dari toko aku langsung pergi ke apotek, “Permisi apakah ada obat untuk meringankan sakit kepala?” tanyaku kepada apoteker.
“Ini obatnya silahkan tuan,” balasnya sambil menyodorkan sebungkus obat.
“Apakah ini ampuh untuk menghilangkan sakit kepala?”
“Iyaa, ini adalah obat terbaik yang ada di sini,” jawabnya yang entah kenapa terdengar ketus di telinga ku.
“Ahh okee, berapa semuanya?” ucapku sambil mengambil kartu.
“Sepuluh dollar tuan.”
Apa obat bisa berharga semahal ini, tak ku sangka akan semahal ini, tidak apa-apa lah ini juga untuk kesembuhan Ayah.
Segera aku berikan kartu pembayaran kepada apoteker itu.
Srekk...
Srekk...
“Terimakasih tuan,” kata apoteker itu sambil mengembalikan kartuku.
Aku langsung memberikan obat kepada Ayah setelah kembali ke rumah, “Ini obat untuk sakit kepalamu Ayah.”
“Ya, terimakasih Hansel.”
Ayah terdengar sangat lemah, aku semakin khawatir dengan kondisi Ayah. Sepertinya keadaan Ayah semakin memburuk.
“Ayah ayo kita periksa ke dokter saja, kondisimu semakin memburuk,” ajakku merayu Ayah untuk berobat.
“Tidak usah, Ayah tidak apa-apa Hansel,” jawab Ayah meyakinkanku.
“Ya sudah kalau begitu semoga lekas sembuh Ayah.”
Akuu tinggalkan Ayah kepada Ibu, aku sangat khawatir dengan kondisinya tapi beliau teguh dengan pendiriannya untuk tidak pergi ke dokter, semoga saja obat yang aku belikan bisa membantu nya.
Melihat Ayah seperti itu membuat ku tidak berselera makan, selalu terlintas pikiran tentang Ayah ketika aku akan melakukan apa pun, perasaan ini sangat membuatku tidak nyaman.
Ku putuskan untuk membersihkan diri saja, semoga saja kepala dan hatiku bisa dingin kembali ketika tertimpa guyuran air.
Sambil mandi aku merileks kan tubuh dan pikiranku, supaya bisa tenang dan memikirkan cara untuk membujuk Ayah pergi ke dokter.
Berdiri di bawah guyuran air dingin memanglah hal terbaik ketika dirimu kelelahan, sangat nyaman bisa merasakan ketenangan seperti ini.
Sudah cukup mandi air dinginnya aku melihat jam sudah menunjuk kan waktu hampir tengah malam.
Wahh ternyata aku mandi lama juga, bisa bisa aku ikut sakit jika seperti ini, bergegas untuk istirahat supaya esok hari aku baik-baik saja.
Semoga saja esok hari akan menjadi lebih baik untuk aku dan keluargaku.
Sudah seminggu ini Ayah masih terbaring lemah keadaannya semakin memburuk, sakit kepalanya tak kunjung membaik bahkan sekarang disertai dengan sesak.Ibu memutuskan untuk menjaga Ayah di rumah, jadi hanya aku yang akan pergi ke toko untuk mengantarkan sisa pesanan pelanggan.Sebelum pergi tak lupa ku lihat Ayah dahulu di kamarnya, “Ayah bagaimana perasaanmu sekarang?”“Tidak... Apa-apa Hansel, Ayah baik-baik saja hanya sedikit sesak,” jawab Ayah terdengar nafasnya sangat berat.“Nanti akan ku bawakan obat sepulang dari toko,” kataku sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Ayah.Ku lihat Ibu sedang menyiapkan bubur dan teh hangat untuk Ayah, “Ibu aku pergi.”“Hati-hati Hansel,” jawab Ibu dari dapur.Langit hari ini mendung, seperti akan turun hujan lebat. Suram begitulah suasana hari ini sungguh tidak mengenakkan.Untungnya hari ini aku lumayan sibuk, jadi perasaan sur
‘Kenapa tidak ada yang datang hari ini,' pikirku bertanya-tanya ketika menjaga toko hari ini. Pagi ini aku dan Ibu mulai lagi untuk membuka toko kue, semenjak kepergian Ayah baru hari ini Ibu mau pergi membuka toko. Kemarin kami mendapat informasi dari teman Ibu yang berkata bahwa makanan inovasi Energizer Food membuat penjualan makanan padat lain menjadi turun drastia Awalnya aku dan Ibu tidak mengharapkan dampak yang dibawa Enegizer Food akan sebesar ini. “Bagaimana nasib kita sekarang kalau keadaannya seperti ini,” keluh Ibu sambil menghela nafas. “Aku akan mencari pekerjaan yang lain Ibu, hutang yang tersisa tinggal sedikit lagi jadi akan ku usahakan untuk melunasinya.” Aku menyampaikan maksudku pada Ibu. Tanpa menatapku Ibu berkata, “Yaa memang seharusnya begitu.” Aku tau Ibu kecewa padaku apalagi dengan ditinggal oleh Ayah, aku melihat Ibu semakin hari semakin tidak semangat. Melihat Ibu seperti
Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral. Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya. “Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku. “Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega. “Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya. “Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan. “Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan. “Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan. “Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya. “S
Tok...Tokk...Tok...Dalam tidurku, aku seperti mendengar ketukan pada pintu kamarku. Setelah aku dengarkan ternyata benar ada yang mengetuk pintu kamarku.“Hansel...”Aku segera bangun ketika mendengar suara Ibu dari luar kamarku.“Iyaa, ada apa?” jawabku sambil mengumpulkan nyawa.Ibu lalu masuk ke dalam kamar, “Ibu pergi sebentar, hari ini sepertinya kita tidak usah membuka toko, pergilah cari pekerjaan lain atau pergi bersama temanmu jika kau bosan di rumah,” ucap Ibu kemudian.“Iyaa,” jawabku singkat sambil mengucek mataku.Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 pagi, tak biasanya aku bangun setelat ini. Sepertinya karena tidur terlalu larut tadi malam.Setelah membersihkan diri aku mengingat bahwa ada tugas yang harus aku kerjakan. Ketua kelompok pencurian itu memberiku tugas untuk memcari cara untuk masuk ke dalam pusat Eneegizer Food. Sepertiny
Srak.. Srak... Gemeresik daun terdengar ketika melewati hutan. Saat ini operasi pencurian akan dilakukan. Aku memberi tahu tempat yang biasa aku jadikan persembunyian ketika masih menjadi Jurnalis dahulu. Hutan ini terletak tak jauh dari target, jaraknya sekitar 200 meter. Aku dan Philip diberi tugas untuk mencari petugas patroli untuk dijadikan sandera dan alat kami untuk mendapat akses lebih dalam. “Mereka belum juga patroli.” Tiba-tiba aku mendengar Philip berkata. “Dari informasi yang aku tau, mereka akan patroli sekitar 10 menit lagi,” ucapku sembari melihat waktu di jam tanganku. “Kenapa kita tidak langsung masuk saja, tidak ada juga yang patroli di sini.” Philip kesal sudah menunggu lama untuk mencari sandera mereka. “Tanyakan saja pada ketuamu kenapa malah ngomel ke aku,” kataku mengacuhkannya dan tetap fokus mengintai. Aku mendengar Philip mendengus dari sebelahku. Giovanni dan yang lain sedan
Perasaanku tidak enak, firasatku berkata ada yang tidak beres dengan perubahan rencana ini. Bukankah mereka memerlukan sidik jari dari kami untuk melakukan operasi ini.Dengan pikiran yang berkecambuk aku mengumpulkan Energizer Food ke dalam wadah yang sudah kami siapkan.“Hansel cepatlah, kita harus segera keluar dari sini.” Panik menghinggapi aku dan Philip.“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa,” kataku untuk menenangkan Philip.“Jujur saja, aku cemas sekali,” ungkapnya padaku.“Bukan hanya kau, aku pun juga. Tetaplah tenang.” Aku berkata sambil segera menyelesaikan menjarah target kami.Semua Energizer Food yang ada di sini sudah kami amankan di dalam wadah elastis yang sudah kami siapkan.Nginggggg...Ngingg...Nginggg...Saat kami akan keluar dari tempat ini. Tiba-tiba terdengar suara sirine yang sangat bising.
Bulan telah terbit tinggi di atas langit sana, angin berhembus membawa suasana yang kelam. Malam ini aku dan Philip akan mencoba kembali ke markas untuk melarikan diri dari kejaran para polisi.Sebelum pergi kami menyiapkan banyak hal. Benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi rintangan yang akan kami hadapi nanti.Aku dan Philip menggunakan jaket ya tersisa pada tubuh untuk menyamarkan penampilan kami. Penyelinapan malam ini sungguh membuat was-was.Salah sedikit saja kami pasti akan tertangkap tangan. Semoga saja apa yang dikatakan oleh Gio untuk kembali ke markas adalah pilihan yang tepat.“Kau siap Philip?” tanyaku.“Tentu saja, percayalah kita akan baik-baik saja.” Philip meyakinkan aku untuk percaya pada aksi ini.“Semoga saja teman,” kataku pelan.“Lima menit lagi kita akan berangkat. Periksalah senjatamu, jangan sampai ada yang terlewat,” ucapnya memperingatkanku.&l
Aku otomatis memejamkan mataku ketika cahaya itu datang menghantamku. Ketika aku bangun dari pingsan, aku mendapati diri berada di ruang hampa yang sangat gelap dan menyesakkan.'Dimana ini?’ batinku cemas ketika melihat ke sekelilingku yang kosong.Apakah aku sudah meninggal?“Bisa dibilang begitu,” jawab seseorang tiba-tiba.“Siapa itu?!” aku berteriak dengan cemas ketika rasa sesak itu memenuhi hatiku.“Aku?” nada bicara orang itu seperti sedang meledekku.“Bisa dikatakan aku adalah Dewa,” lanjutnya dengan kekehan kecil.Lalu tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki kecil tak jauh dariku.“Aku mempunyai tawaran untukmu anak muda,” jelas anak kecil itu sembari berjalan mendekat kepadaku.Aku berpikir sejenak sebelum menjawab perkataan anak kecil itu, “Apa tawaranmu?” jawabku takut-takut.“Aku akan memberikanmu sebuah misi.&r