Cepat-cepat aku pergi ke lantai bawah, terlihat orangtuaku sudah pulang tapi mereka terlihat sangat sedih bahkan Ibu pun menangis.
“Ada apa ini?” tanyaku penasaran.
Ibu tetap menangis lalu Ayah menoleh kepadaku, “Proyek baru yang perusahaan jalankan sedang buruk, lalu toko ibumu dihancurkan oleh seseorang yang tidak dikenal.”
Ayah terdengar sangat lemas ketika menceritakan ini, aku mempunyai firasat buruk tentang masalah ini, banyak orang yang sudah aku bongkar kejahatannya selama aku menjadi Jurnalis.
Aku berpikir bahwa ketika mereka mendengar kabar tentang diblokirnya aku dari dunia perjurnalisan mereka mulai menyerangku seperti ini, hingga orangtuaku pun menjadi sasaran mereka.
Keluarga kami memiliki lumayan banyak usaha, ibuku memiliki toko kue di ibukota, lalu Ayah mewarisi perusahaan Kakek.
Aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini terhadapku, beraninya mereka menyerangku disaat aku terpuruk seperti ini, aku tidak terima orangtuaku terkena getah nya seperti ini.
“Apakah ada sesuatu yang terjadi di tempat kerjamu Hansel?” tanya Ayah kepadaku
Mengapa Ayah menanyakan hal ini padaku, “Kenapa memangnya Ayah?”
“Para investor itu memberi tau Ayah bahwa ini adalah balasan untukmu, Ayah awalnya bingung, ada apa dengan mu sebenarnya?”
'sialan' umpatku dalam hati.
“Sebenarnya ada masalah dari artikel yang baru aku terbitkan, yaa sebenarnya semua artikelku sangat sensitif,” ujarku sambil meringis karena membuat masalah ini.
“Hmm... Pantas saja, ternyata karena ini, sudah Ayah bilang bekerjalah dengan hati-hati, lihat lah sekarang perusahaan kita terancam bankrut,” balas Ayah.
Terlihat Ayah sangat pusing memikirkan masalah ini, Ibu pun sangat sedih mendengar ceritaku.
“Sudah lah sayang, pasti ada jalan keluar dari masalah ini,” Ibu mencoba menenangkan ayah walau terlihat Ibu juga sedih.
“Ayah... Ibu... Maafkan aku.”
“Tidak apa-apa Hansel, kita pasti bisa melewati masalah ini, jadi sekarang bagaimana pekerjaanmu?” Ibu bertanya kepadaku.
“Hnggg... Itu aku dipecat dari pekerjaan,” dengan suara kecil aku berbicara.
Aku tidak mendengar jawaban dari mereka, Ayah dan Ibu hanya menghela nafas dengan berat mengetahui bahwa aku dipecat.
“Tidurlah sudah malam, lebih baik beristirahat besok kita bicarakan ini lagi,” jelas Ayah sambil pergi ke kamar bersama Ibu.
Aku hanya bisa duduk terdiam di atas sofa, bagaimana masalah bisa sampai seperti ini.
Bagaimana aku menyelesaikan masalah ini, pikiranku buntu tidak ada satu solusi pun yang terlintas di kepalaku, bagaimana ini aku sudah membawa keluarga ke dalam masalah pribadiku.
Huft...
Menghela nafas itulah yang hanya bisa ku lakukan saat ini, aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk istirahat.
Sudah ku tidurkan badanku ini di atas kasur tapi mataku tidak mau terpejam, seolah-olah menyuruhku untuk memikirkan solusi.
Ingin marah karena tidak bisa tidur, bagaimana aku bisa memikirkan solusi jika kepalaku sakit dan butuh istirahat setelah melalui hari yang panjang ini.
Sudah bosan aku menghela nafas terus menerus dari tadi, okee mata kau ingin terbuka kan aku kabulkan kalau begitu.
Tidak jadi tidur, sekang aku menatapi atap kamarku, ternyata lama kelamaan aku merasa kantuk datang hingga akhirnya aku bisa tertidur dengan sendirinya.
Pagi telah tiba, bunyi lalu lalang kendaraan membangunkan aku, biasanya aku akan bergegas untuk pergi bekerja sekarang setelah menjadi pengangguran aku tidak tau akan melakukan apa.
Ku putuskan untuk membersihkan diri supaya badanku segar dan segera mencari pekerjaan lain untuk menghasilkan uang.
Aku turun ke lantai bawah untuk makan, ternyata orangtuaku sudah tidak ada lagi, kemana mereka sudah pergi saja pagi-pagi begini.
Untungnya Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk ku, ternyata ibu meninggalkan note untuk ku, tertulis 'Jaga rumah baik-baik, Ibu dan Ayah pergi untuk mengurus perusahaan.’
Setelah membaca note itu aku merasa tidak enak kepada orangtuaku, aku tidak bisa membantu apa-apa untuk perusahaan padahal aku yang menyebabkan ini semua.
Mencari pekerjaan adalah tujuanku saat ini, tidak mungkin aku hanya mengandalkan orangtuaku untuk kehidupan aku apalagi sekarang keluarga kami pun menerima imbasnya, semoga saja tidak akan ada apa-apa pada perusahaan kami.
Di Metro kau tidak perlu berkeliling kota untuk melihat perusahaan mana yang sedang mencari tenaga kerja, cukup menjelajahi online kau bisa melamar untuk pekerjaan yang kah ingin kan.
Setelah menemukan lowongan yang cocok untukku, segera aku mendaftarkan diri tetapi hal yang tidak terduga muncul.
Aku lupa bahwa aku sudah diblokir oleh tuan Jasper, namaku tidak bisa lagi di daftarkan.
Ku coba dengan lowongan yang lain, tanda bahwa namaku tidak bisa di gunakan muncul lagi.
Tidak mau menyerah akhirnya semua lowongan yang tersedia aku coba dan yaa tidak ada yang bisa aku masuki, namaku benar benar tidak bisa di gunakan lagi.
Bagaimana ini...
Bagaimana aku mendapatkan pekerjaan jika namaku sudah tidak bisa di pakai seperti ini.
Haruskah aku menanyakan masalah ini dengan temanku, tapi bagaimana mungkin aku menghubungi mereka sekarang, sangat memalukan jika aku menghubungi mereka.
Hubungi tidak, hubungi tidak, sambil mondar mandir aku memikirkan haruskah aku menghubungi mereka.
Sepertinya tidak, aku akan mencari solusi melalui media online saja lebih praktis.
Okee, sekarang aku harus mengumpulkan data tentang bagaimana cara mencari pekerjaan tanpa nama.
Berjam-jam mengumpulkan data akhirnya aku menemukan sebuah post yang mengatakan bahwa pekerjaan paruh waktu tidak perlu menggunakan nama, kau hanya perlu mendatangi pemilik untuk melamar sebagai pekerja paruh waktu.
Frustrasi bagaimana mungkin aku Hansel bekerja sebagai pekerja paruh waktu, tidak pasti ada cara lain untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Haruskah aku meminta Ibu untuk bekerja di toko kue nya yaa?
Aihh tidak bisa seperti itu, aku akan meminta Ibu bila aku tidak ada pilihan lain.
Untuk sekarang aku harus mencari lebih banyak informasi. Sepanjang sore itu aku sibuk mencari dan mengumpulkan informasi.
Ternyata waktu berlalu dengan cepat, kedua orangtua ku sudah pulang, aku bergegas untuk menghampiri mereka.
Khawatir dengan keadaan perusahaan kami, aku buru-buru mendatangi mereka.
“Ayah bagaimana keadaan perusahaan?”
Ayah terlihat tertunduk lesu di atas sofa, “Sangat buruk, para investor menarik semua investasi mereka dari perusahaan.”
“Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan itu,” jawabku tak kalah frustasi.
“Karena kita kekurangan dana untuk melanjutkan proyek yang baru di mulai, perusahaan kita akan bankrut,” jelas Ayah tidak bersemangat.
Ibu mencoba menyemangati ayah dengan memeluknya, lalu beranjak pergi ke dapur.
Lalu Ayah melanjutkan, “Dan juga karena hal itu perusahaan kita harus membayar hutang-hutang perusahaan.”
Perusahaan kami bankrut, aku tidak bisa menemukan pekerjaan, dan juga kami sekarang memiliki hutang, kesialan macam apa ini mengapa datang beruntun seperti air terjun.
Apakah ini yang di namakan karma, karma yang harus aku hadapi karena menjadi seorang yang selalu melanggar privasi seseorang.
Tapi merekalah yang bersalah, mengapa aku yang harus menanggung ini semua. Mengapa harus aku?
Putus asa, frustasi, stress atau apa lah itu, aku sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.Aku hancur...Setelah perusahaan dijual untuk melunasi setangah hutang kami, sejak saat itu ayah bekerja di perusahaan temannya untuk mencicil sisa hutang kami.Dan aku sekarang membantu di toko kecil Ibu, aku sudah mencoba untuk mencari pekerjaan lain tetapi tidak ada yang mau menerima.Sekarang inilah yang bisa aku lakukan untuk keluargaku, membantu Ibu untuk mengantarkan pesanan kue dari toko Ibu.Karena ekonomi kami yang sangat sulit, kami telah menjual rumah yang ada di ibukota dan pindah ke pinggiran kota dengan rumah yang lebih kecil.Sudah menjual rumah dan perusahaan pun hutang kami masih tersisa, sekarang sebagian besar pendapatan kami untuk membayar hutang, sisa nya kami gunakan untuk kehidupan sehari hari.“Hansel tolong kirimkan kue ini ke pusat kota, alamatnya ada di depan kotaknya.” Ibu memberikan kotak kue kepadaku u
Sudah seminggu ini Ayah masih terbaring lemah keadaannya semakin memburuk, sakit kepalanya tak kunjung membaik bahkan sekarang disertai dengan sesak.Ibu memutuskan untuk menjaga Ayah di rumah, jadi hanya aku yang akan pergi ke toko untuk mengantarkan sisa pesanan pelanggan.Sebelum pergi tak lupa ku lihat Ayah dahulu di kamarnya, “Ayah bagaimana perasaanmu sekarang?”“Tidak... Apa-apa Hansel, Ayah baik-baik saja hanya sedikit sesak,” jawab Ayah terdengar nafasnya sangat berat.“Nanti akan ku bawakan obat sepulang dari toko,” kataku sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Ayah.Ku lihat Ibu sedang menyiapkan bubur dan teh hangat untuk Ayah, “Ibu aku pergi.”“Hati-hati Hansel,” jawab Ibu dari dapur.Langit hari ini mendung, seperti akan turun hujan lebat. Suram begitulah suasana hari ini sungguh tidak mengenakkan.Untungnya hari ini aku lumayan sibuk, jadi perasaan sur
‘Kenapa tidak ada yang datang hari ini,' pikirku bertanya-tanya ketika menjaga toko hari ini. Pagi ini aku dan Ibu mulai lagi untuk membuka toko kue, semenjak kepergian Ayah baru hari ini Ibu mau pergi membuka toko. Kemarin kami mendapat informasi dari teman Ibu yang berkata bahwa makanan inovasi Energizer Food membuat penjualan makanan padat lain menjadi turun drastia Awalnya aku dan Ibu tidak mengharapkan dampak yang dibawa Enegizer Food akan sebesar ini. “Bagaimana nasib kita sekarang kalau keadaannya seperti ini,” keluh Ibu sambil menghela nafas. “Aku akan mencari pekerjaan yang lain Ibu, hutang yang tersisa tinggal sedikit lagi jadi akan ku usahakan untuk melunasinya.” Aku menyampaikan maksudku pada Ibu. Tanpa menatapku Ibu berkata, “Yaa memang seharusnya begitu.” Aku tau Ibu kecewa padaku apalagi dengan ditinggal oleh Ayah, aku melihat Ibu semakin hari semakin tidak semangat. Melihat Ibu seperti
Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral. Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya. “Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku. “Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega. “Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya. “Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan. “Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan. “Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan. “Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya. “S
Tok...Tokk...Tok...Dalam tidurku, aku seperti mendengar ketukan pada pintu kamarku. Setelah aku dengarkan ternyata benar ada yang mengetuk pintu kamarku.“Hansel...”Aku segera bangun ketika mendengar suara Ibu dari luar kamarku.“Iyaa, ada apa?” jawabku sambil mengumpulkan nyawa.Ibu lalu masuk ke dalam kamar, “Ibu pergi sebentar, hari ini sepertinya kita tidak usah membuka toko, pergilah cari pekerjaan lain atau pergi bersama temanmu jika kau bosan di rumah,” ucap Ibu kemudian.“Iyaa,” jawabku singkat sambil mengucek mataku.Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 pagi, tak biasanya aku bangun setelat ini. Sepertinya karena tidur terlalu larut tadi malam.Setelah membersihkan diri aku mengingat bahwa ada tugas yang harus aku kerjakan. Ketua kelompok pencurian itu memberiku tugas untuk memcari cara untuk masuk ke dalam pusat Eneegizer Food. Sepertiny
Srak.. Srak... Gemeresik daun terdengar ketika melewati hutan. Saat ini operasi pencurian akan dilakukan. Aku memberi tahu tempat yang biasa aku jadikan persembunyian ketika masih menjadi Jurnalis dahulu. Hutan ini terletak tak jauh dari target, jaraknya sekitar 200 meter. Aku dan Philip diberi tugas untuk mencari petugas patroli untuk dijadikan sandera dan alat kami untuk mendapat akses lebih dalam. “Mereka belum juga patroli.” Tiba-tiba aku mendengar Philip berkata. “Dari informasi yang aku tau, mereka akan patroli sekitar 10 menit lagi,” ucapku sembari melihat waktu di jam tanganku. “Kenapa kita tidak langsung masuk saja, tidak ada juga yang patroli di sini.” Philip kesal sudah menunggu lama untuk mencari sandera mereka. “Tanyakan saja pada ketuamu kenapa malah ngomel ke aku,” kataku mengacuhkannya dan tetap fokus mengintai. Aku mendengar Philip mendengus dari sebelahku. Giovanni dan yang lain sedan
Perasaanku tidak enak, firasatku berkata ada yang tidak beres dengan perubahan rencana ini. Bukankah mereka memerlukan sidik jari dari kami untuk melakukan operasi ini.Dengan pikiran yang berkecambuk aku mengumpulkan Energizer Food ke dalam wadah yang sudah kami siapkan.“Hansel cepatlah, kita harus segera keluar dari sini.” Panik menghinggapi aku dan Philip.“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa,” kataku untuk menenangkan Philip.“Jujur saja, aku cemas sekali,” ungkapnya padaku.“Bukan hanya kau, aku pun juga. Tetaplah tenang.” Aku berkata sambil segera menyelesaikan menjarah target kami.Semua Energizer Food yang ada di sini sudah kami amankan di dalam wadah elastis yang sudah kami siapkan.Nginggggg...Ngingg...Nginggg...Saat kami akan keluar dari tempat ini. Tiba-tiba terdengar suara sirine yang sangat bising.
Bulan telah terbit tinggi di atas langit sana, angin berhembus membawa suasana yang kelam. Malam ini aku dan Philip akan mencoba kembali ke markas untuk melarikan diri dari kejaran para polisi.Sebelum pergi kami menyiapkan banyak hal. Benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi rintangan yang akan kami hadapi nanti.Aku dan Philip menggunakan jaket ya tersisa pada tubuh untuk menyamarkan penampilan kami. Penyelinapan malam ini sungguh membuat was-was.Salah sedikit saja kami pasti akan tertangkap tangan. Semoga saja apa yang dikatakan oleh Gio untuk kembali ke markas adalah pilihan yang tepat.“Kau siap Philip?” tanyaku.“Tentu saja, percayalah kita akan baik-baik saja.” Philip meyakinkan aku untuk percaya pada aksi ini.“Semoga saja teman,” kataku pelan.“Lima menit lagi kita akan berangkat. Periksalah senjatamu, jangan sampai ada yang terlewat,” ucapnya memperingatkanku.&l