Pagi ini aku terbangun dengan sebuah berita yang bisa dibilang sesuai dugaan, karena artikel yang aku terbitkan kemarin menjadi perbincangan seantero ibukota Metro.
Kepala direksi langsung menyuruhku untuk datang ke tempat kerja secepat mungkin. Setelah selesai bersiap-siap aku langsung bergegas pergi ke kantor.
Perusahaan kami terbilang salah satu yang sangat terkenal, memiliki gedung bertingkat tinggi dan bergensi di kawasan inti Metro.
Metro adalah ibukota dengan tingkat teknologi yang sangat maju, sudah banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh para robot yang diciptakan oleh ilmuan hebat yang dimiliki Metro.
Dengan keadaan demikian angka kejahatan sangat tinggi di sini, karena banyak orang tidak memiliki pekerjaan digantikan oleh robot.
Atas hal ini juga lah kenapa aku ingin mengusut kasus ini, para petinggi itu tidak memikirkan keadaan menderita para mayoritas penduduk saat ini.
Apalagi ketika para ilmuan yang disetujui oleh pemerintah menciptakan Energizer Food itu semakin membuat masyarakat kesusahan, karena mereka ingin mendistribusikan makanan itu dengan harga yang sangat tinggi.
Sesampainya aku di kantor, terlihat kekacauan yang sangat parah. Kulihat ketua direksi yang sangat kusut lalu aku menghampirinya.
“Ketua apa yang terjadi di sini?”
“Wahh... Lihat ini sang pembuat onar telah datang.” Seseorang dari balik kursi yang ada di sebelah kami muncul sambil bertepuk tangan.
Sedikit terkejut karena aku tidak terlalu memperhatikan dia, aku terlalu fokus melihat ketua direksi.
Ternyata seseorang itu adalah Jasper Cyrilo, Ketua Dewan perdagangan di pemerintahan.
Yaa, dialah dalang dari kasus yang kuangkat, tak ku sangka dia sendiri yang akan muncul di sini, sungguh sebuah kebetulan.
“Ternyata berani juga kau datang sendiri ke sini, siap untuk menyerahkan dirimu tuan?” tanyaku tanpa gentar
“Sungguh sangat percaya diri kau menyuruhku untuk menyerahkan diri,” jawab Jasper dengan santai.
“Semua orang sudah tau tentang kebusukanmu, hanya menunggu waktu sampai kau di tangkap tuan Jasper,” ujarku percaya diri, sedikit aneh melihat dia sangat santai.
“Apakah benar begitu tuan Hansel yang hebat, kulihat sepertinya artikelmu sudah hilang tanpa bekas,” sahutnya dengan nada mengejek kepadaku.
Hah bagaimana mungkin artikelku bisa hilang dalam semalam seperti ini, karena bingung aku menoleh kepada ketua direksi.
“Ketua itu tidak benar bukan?” tanyaku untuk memastikan
“Sayangnya itu benar Hansel, itulah kenapa aku memanggilmu untuk segera kemari,” jelasnya padaku.
Sial kenapa jadinya malah seperti ini, tidak percaya begitu saja aku dengan cepat memeriksa website perusahaan kami untuk memeriksanya langsung.
Setelah di cek langsung aku mendapati bahwa benar artikel itu hilang tak berjejak. Jasper sialan beraninya dia melakukan hal licik seperti ini.
“Sialan kau Jasper, beraninya melakukan hal seperti ini,” aku menunjuknya dengan marah.
“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menggangguku, kau pikir dengan cara anak-anak seperti ini bisa menjatuhkanku, sangat naif jika kau berpikiran seperti itu,” tukasnya sambil memandang tajam ke arahku.
“Karena aku kesal dengan semua leluconmu ini, mulai dari sekarang kau akan ku blokir dari segala aktivitasmu sebagai seorang Jurnalis,” lanjutnya.
“Tidak kau tidak bisa melakukan ini kepadaku,” tidak percaya bahwa ia akan melakukan sampai sejauh ini.
“Tentu aku bisa, kau pikir siapa aku hingga tak bisa membuangmu dari sini.”
Jasper berdiri dari kursi lalu berjalan pelan menghampiriku, “Kau yang hancur Hansel, kau tidak akan pernah bisa kembali menjadi seorang Jurnalis, sudah ku bilang untuk mengurusi urusanmu sendiri,” aku terbungkam ketika ia berbicara seperti itu kepadaku.
Tak ku sangka akan jadi seperti ini, tidak hanya aku dikeluarkan dari pekerjaanku, tapi lebih parahnya aku diblokir.
Karena sistem yang sangat maju di Metro, ketika siapa pun itu diblokir oleh pusat maka ia tidak akan bisa lagi menggunakan identitasnya untuk bekerja dibidang yang mereka geluti.
Tamat sudah riwayat ku sabagai Jurnalis, aku benar-benar terpaku mendapati informasi ini, bagaimana mungkin aku tidak bisa lagi menjadi seorang Jurnalis.
Ketua direksi menghampiriku, “Sudahku bilang Hansel, kau akan menyesal dengan ini.”
Ia menepuk pundak ku sebagai rasa simpati dan melanjutkan, “Aku tidak bisa membantumu, semua tentangmu sudah diblokir oleh tuan Jasper, dengan berat hati aku memberhentikanmu dari perusahaan.”
“Terimakasih ketua, maafkan aku atas semua kekacauan ini,” jawabku tanpa semangat dan kulihat ketua mamandangiku dengan sedih.
Aku pergi ke mejaku dan membereskannya, ku kemas semua peralatanku dan segera pergi dari sana.
Saat aku ingin meninggalkan kantor Stella mendatangiku, “Senior maafkan aku tidak bisa membantumu disaat seperti ini.”
“Bukan salahmu Stella, maaf juga telah membuatmu kerepotan,” ucapku singkat dan langsung pergi meninggalkannya.
Ketika aku pergi pun hanya Stella yang menghampiri, karyawan yang lain menatapku dengan tatapan mencemooh, yaa tidak ada yang menyukaiku di sini, karena terlalu sering mengusut hal yang sensitif mereka tidak ingin dekat denganku, dan tentu saja aku juga tidak peduli dengan mereka.
Tak ada yang bisa membantuku sekarang, teman pun tidak ada yang datang untuk membantu.
Aku tidak langsung pulang kerumah, setelah semua ini terjadi bagaimana mungkin aku bisa langsung kembali ke rumah.
Aku melajukan mobilku dengan cepat, tak tau kemana tujuanku, aku hanya melajukan mobil ini sekencang mungkin mengikuti arah angin yang ingin menuntunku.
Setelah berjam-jam perjalanan aku mendapati sampai ke pinggiran kota. Waktu telah menunjukkan sore hari, awan senja telah datang.
Kutatapi langit dengan pandangan kosong, sembari memikirkan apakah aku menyesal telah melakukan ini?
Aku bertanya-tanya, kenapa bisa seperti ini aku telah melakukan semua hal yang bisa aku lakukan, kenapa orang jahat sepertinya bisa lolos dari semua kejahatannya.
Apakah sesungguhnya aku yang jahat?
Tujuanku hanya untuk mengungkap kejahatan para bajingan itu, kenapa bukan mereka malah aku yang hancur seperti ini.
Apa aku salah dengan melakukan hal ini?
Hah... Tak ada gunanya memikirkan hal bodoh seperti ini, aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki semua ini.
Yoshhh, semangat Hansel pasti ada jalan keluar dari semua masalah ini.
Walaupun aku belum tau bagaimana menyelesaikan masalah ini tapi aku yakin pasti akan ada jalan untuk menyelesaikannya, untuk sekarang aku akan pulang untuk memikirkan jalannya.
Kuputar balik mobilku kembali ke rumah, sepertinya dengan istirahat sebentar dan menjernihkan pikiran bisa membantuku untuk memikirkan solusi dari masalah ini.
Sesampainya aku ke rumah, ternyata tidak ada siapa-siapa ku kira Ayah dan Ibu sudah pulang dari toko kami.
Aku berjalan ke arah dapur untuk menemukan makanan, ternyata tidak ada makanan.
Kecewa karena tidak ada makanan apapun di dapur aku melangkahkan kakiku ke kamar untuk mandi, membersihkan diri sekaligus untuk menenangkan pikirkan sejenak.
Setelah selesai mandi dan berpakaian dengan lengkap, aku mendengar suara tangisan di lantai bawah.
Terkejut karena ternyata ibuku yang menangis, kenapa ini?
Apa yang terjadi dengan orangtuaku?
Cepat-cepat aku pergi ke lantai bawah, terlihat orangtuaku sudah pulang tapi mereka terlihat sangat sedih bahkan Ibu pun menangis.“Ada apa ini?” tanyaku penasaran.Ibu tetap menangis lalu Ayah menoleh kepadaku, “Proyek baru yang perusahaan jalankan sedang buruk, lalu toko ibumu dihancurkan oleh seseorang yang tidak dikenal.”Ayah terdengar sangat lemas ketika menceritakan ini, aku mempunyai firasat buruk tentang masalah ini, banyak orang yang sudah aku bongkar kejahatannya selama aku menjadi Jurnalis.Aku berpikir bahwa ketika mereka mendengar kabar tentang diblokirnya aku dari dunia perjurnalisan mereka mulai menyerangku seperti ini, hingga orangtuaku pun menjadi sasaran mereka.Keluarga kami memiliki lumayan banyak usaha, ibuku memiliki toko kue di ibukota, lalu Ayah mewarisi perusahaan Kakek.Aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini terhadapku, beraninya mereka menyerangku disaat aku terpuruk seperti ini, aku
Putus asa, frustasi, stress atau apa lah itu, aku sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.Aku hancur...Setelah perusahaan dijual untuk melunasi setangah hutang kami, sejak saat itu ayah bekerja di perusahaan temannya untuk mencicil sisa hutang kami.Dan aku sekarang membantu di toko kecil Ibu, aku sudah mencoba untuk mencari pekerjaan lain tetapi tidak ada yang mau menerima.Sekarang inilah yang bisa aku lakukan untuk keluargaku, membantu Ibu untuk mengantarkan pesanan kue dari toko Ibu.Karena ekonomi kami yang sangat sulit, kami telah menjual rumah yang ada di ibukota dan pindah ke pinggiran kota dengan rumah yang lebih kecil.Sudah menjual rumah dan perusahaan pun hutang kami masih tersisa, sekarang sebagian besar pendapatan kami untuk membayar hutang, sisa nya kami gunakan untuk kehidupan sehari hari.“Hansel tolong kirimkan kue ini ke pusat kota, alamatnya ada di depan kotaknya.” Ibu memberikan kotak kue kepadaku u
Sudah seminggu ini Ayah masih terbaring lemah keadaannya semakin memburuk, sakit kepalanya tak kunjung membaik bahkan sekarang disertai dengan sesak.Ibu memutuskan untuk menjaga Ayah di rumah, jadi hanya aku yang akan pergi ke toko untuk mengantarkan sisa pesanan pelanggan.Sebelum pergi tak lupa ku lihat Ayah dahulu di kamarnya, “Ayah bagaimana perasaanmu sekarang?”“Tidak... Apa-apa Hansel, Ayah baik-baik saja hanya sedikit sesak,” jawab Ayah terdengar nafasnya sangat berat.“Nanti akan ku bawakan obat sepulang dari toko,” kataku sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Ayah.Ku lihat Ibu sedang menyiapkan bubur dan teh hangat untuk Ayah, “Ibu aku pergi.”“Hati-hati Hansel,” jawab Ibu dari dapur.Langit hari ini mendung, seperti akan turun hujan lebat. Suram begitulah suasana hari ini sungguh tidak mengenakkan.Untungnya hari ini aku lumayan sibuk, jadi perasaan sur
‘Kenapa tidak ada yang datang hari ini,' pikirku bertanya-tanya ketika menjaga toko hari ini. Pagi ini aku dan Ibu mulai lagi untuk membuka toko kue, semenjak kepergian Ayah baru hari ini Ibu mau pergi membuka toko. Kemarin kami mendapat informasi dari teman Ibu yang berkata bahwa makanan inovasi Energizer Food membuat penjualan makanan padat lain menjadi turun drastia Awalnya aku dan Ibu tidak mengharapkan dampak yang dibawa Enegizer Food akan sebesar ini. “Bagaimana nasib kita sekarang kalau keadaannya seperti ini,” keluh Ibu sambil menghela nafas. “Aku akan mencari pekerjaan yang lain Ibu, hutang yang tersisa tinggal sedikit lagi jadi akan ku usahakan untuk melunasinya.” Aku menyampaikan maksudku pada Ibu. Tanpa menatapku Ibu berkata, “Yaa memang seharusnya begitu.” Aku tau Ibu kecewa padaku apalagi dengan ditinggal oleh Ayah, aku melihat Ibu semakin hari semakin tidak semangat. Melihat Ibu seperti
Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral. Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya. “Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku. “Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega. “Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya. “Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan. “Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan. “Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan. “Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya. “S
Tok...Tokk...Tok...Dalam tidurku, aku seperti mendengar ketukan pada pintu kamarku. Setelah aku dengarkan ternyata benar ada yang mengetuk pintu kamarku.“Hansel...”Aku segera bangun ketika mendengar suara Ibu dari luar kamarku.“Iyaa, ada apa?” jawabku sambil mengumpulkan nyawa.Ibu lalu masuk ke dalam kamar, “Ibu pergi sebentar, hari ini sepertinya kita tidak usah membuka toko, pergilah cari pekerjaan lain atau pergi bersama temanmu jika kau bosan di rumah,” ucap Ibu kemudian.“Iyaa,” jawabku singkat sambil mengucek mataku.Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 pagi, tak biasanya aku bangun setelat ini. Sepertinya karena tidur terlalu larut tadi malam.Setelah membersihkan diri aku mengingat bahwa ada tugas yang harus aku kerjakan. Ketua kelompok pencurian itu memberiku tugas untuk memcari cara untuk masuk ke dalam pusat Eneegizer Food. Sepertiny
Srak.. Srak... Gemeresik daun terdengar ketika melewati hutan. Saat ini operasi pencurian akan dilakukan. Aku memberi tahu tempat yang biasa aku jadikan persembunyian ketika masih menjadi Jurnalis dahulu. Hutan ini terletak tak jauh dari target, jaraknya sekitar 200 meter. Aku dan Philip diberi tugas untuk mencari petugas patroli untuk dijadikan sandera dan alat kami untuk mendapat akses lebih dalam. “Mereka belum juga patroli.” Tiba-tiba aku mendengar Philip berkata. “Dari informasi yang aku tau, mereka akan patroli sekitar 10 menit lagi,” ucapku sembari melihat waktu di jam tanganku. “Kenapa kita tidak langsung masuk saja, tidak ada juga yang patroli di sini.” Philip kesal sudah menunggu lama untuk mencari sandera mereka. “Tanyakan saja pada ketuamu kenapa malah ngomel ke aku,” kataku mengacuhkannya dan tetap fokus mengintai. Aku mendengar Philip mendengus dari sebelahku. Giovanni dan yang lain sedan
Perasaanku tidak enak, firasatku berkata ada yang tidak beres dengan perubahan rencana ini. Bukankah mereka memerlukan sidik jari dari kami untuk melakukan operasi ini.Dengan pikiran yang berkecambuk aku mengumpulkan Energizer Food ke dalam wadah yang sudah kami siapkan.“Hansel cepatlah, kita harus segera keluar dari sini.” Panik menghinggapi aku dan Philip.“Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa,” kataku untuk menenangkan Philip.“Jujur saja, aku cemas sekali,” ungkapnya padaku.“Bukan hanya kau, aku pun juga. Tetaplah tenang.” Aku berkata sambil segera menyelesaikan menjarah target kami.Semua Energizer Food yang ada di sini sudah kami amankan di dalam wadah elastis yang sudah kami siapkan.Nginggggg...Ngingg...Nginggg...Saat kami akan keluar dari tempat ini. Tiba-tiba terdengar suara sirine yang sangat bising.