Beranda / Fantasi / Fantazia / Chapter 1

Share

Fantazia
Fantazia
Penulis: Moonster

Chapter 1

Berhenti di sana!” terdengar teriakan mengancam dari belakangku.

Sialan aku sudah terpojok seperti ini, kemana lagi aku akan pergi jika seperti ini, gara-gara para komplotan sialan itu aku jadi seperti ini.

Huft...

Huft...

Aku sudah kehabisan nafas karena terlalu banyak berlari menghindari kejaran para polisi itu.

Semua kesialan ini berawal dari masalah yang terjadi di tempat kerja sialan itu.

Satu bulan yang lalu...

“Senior, ketua direksi mengatakan sepertinya artikel yang senior kerjakan akan susah untuk diterbitkan,” bawahanku berkata dengan takut-takut.

“Hah... Kau pikir ketua bisa menghentikan aku untuk menerbitkan ini,” jawabku dengan ketus.

Siapa yang bisa menghalangi seorang Hansel Rhett dari menerbitkan sebuah artikel, hanya karena artikel yang ku terbitkan berisi tentang para petinggi yang korup itu.

Walaupun dunia ini sudah sangat maju dalam hal teknogi, tapi itu tidak menjadikan budaya korupsi hilang.

Banyak sekali para petinggi di pemerintahan yang melakukan korupsi, mereka sering berkomplot dengan para ilmuan untuk menyelundupkan uang ke dalam kantong pribadi mereka.

Kali ini mereka merencanakan untuk membuat sebuah revolusi di dalam bidang makanan, para ilmuan akan menciptakan sebuah makanan yg berbentuk liquid untuk menggantikan makanan padat saat ini, makanan ini disebut Energizer Food.

Tapi ada yang mencurigakan di dalam projek cemerlang ini, dana yang di keluarkan untuk ini sangatlah besar, negara mengeluarkan dana sebesar 1,8 miliar.

Padahal dari investigasi yang dilakukan bersama salah seorang ilmuan, tidak memerlukan dana sebanyak itu untuk memulai suatu perencanaan seperti ini.

Maka dari itu aku akan menerbitkan artikel yang berisi tentang kejahatan para bajingan di pemerintahan ini.

Aku berjalan dengan tergesa-gesa ke dalam ruangan ketua direksi, “Apa maksud dari terblokirnya artikelku?”

Ketua direksi melihat ku yang marah dengan sebal, “Kenapa kau mulai peperangan dengan para petinggi itu.”

“Ketua, apa kau tidak baca draft dari artikel ini, tidak kah kau mengerti mengapa aku menaikan artikel ini?” cela ku dengan kesal.

Lalu aku melanjutkan, “Yaa aku tau tidak seharusnya kita mencari gara-gara dengan mereka, tapi lihat mereka sudah keterlaluan.”

Ketua direksi menghela nafas, “Tapi Hansel kau tau kan, mereka terlalu kuat.”

“Ketua jika bukan kita siapa lagi yang bisa menceritakan ini,” jawabku dengan putus asa.

“Tapi kita bisa celaka jika kita lanjutkan artikel ini, hansel tolong mengerti,” ketua direksi terlihat seperti sudah tidak tahan lagi denganku.

“Terserah jika seperti itu, aku akan tetap melanjutkan artikel ini untuk diterbitkan, persetan dengan para bajingan itu.” tukas ku dengan marah.

Aku keluar sambil membanting pintu dengan marah.

Bagaimana bisa aku biarkan para petinggi itu bebas melakukan apa yang mereka mau, awas saja akan aku hancurkan rencana mereka kali ini.

Bukan kali ini saja aku menantang mereka jadi aku tidak perlu takut untuk menghadapi mereka lagi.

“Stella, ikut denganku kita pergi.”

“Baik senior,” jawab bawahanku Stella sambil bergegas mengejarku.

Aku berencana untuk melanjutkan investigasiku untuk kasus ini. Bersama dengan Stella aku pergi mengintai perusahaan yang akan menjadi tempat pembuatan projek Energizer Food.

Setelah sampai aku langsung keluar dari mobil dan mencari tempat yang tidak terlihat untuk mengintai pergerakan yang mencurigakan dari mereka.

Setelah sekian jam aku dan Stella mengintai, akhirnya ada pergerakan yang mencurigakan dari mereka.

Salah satu bawahan yang dimiliki oleh salah satu petinggi datang kemari, apa aku bilang sudah pasti mereka akan merencanakan sesuatu yang buruk.

Kulihat perwakilan ilmuan itu menyerahkan sebuah koper kepada bawahan petinggi itu, ketika bawahan itu mengcek sesuatu yang ada di dalam koper itu, terlihat itu adalah uang.

Gocha, segera ku foto apa yang kulihat ini, sudah banyak bukti yang terkumpul untuk kasus ini. Akan aku hancurkan rencana mereka kali ini, tidak akan aku lepaskan mereka semua.

“Senior, sepertinya mereka akan pergi, apakah kita akan mengikuti mereka?”

“Hmmm... Sepertinya iyaa kita akan mengikuti mereka.”

Dengan cepat aku dan Stella bergegas kembali ke dalam mobil, dan menunggu untuk mengikuti mobil bawahan petinggi itu pergi kemana. Setelah melihat mobil bawahan itu akan pergi, kami segera mengikutinya.

Saat kami mengikuti mobil itu dari belakang, tiba-tiba ada mobil yang menyusul dan menghalangi mobilku untuk mengikuti mobil bawahan tadi.

Keparat mana yang menghalangiku ini, sial mereka terus-terusan mendesak mobilku untuk tidak mengikuti mobil itu.

Akhirnya mobil itu berhasil menghentikan mobilku, dengan terpaksa aku menepikan mobil supaya tidak menabrak mobil itu.

Aku segera keluar dari mobil, “Apa masalah mu sialan?”

Kulihat tiga pria berjas hitam dan bersenjata keluar dari mobil itu. Sialan, apakah ini sebuah ancaman.

“Lebih baik kau pergi dan urusi urusanmu sendiri,” ujar salah satu dari mereka sambil menghampiriku.

“Hah, memang siapa kalian berani memerintahkan ku untuk berhenti,” jawabku dengan ketus.

“Pergi dan berhenti untuk mengurusi kasus ini selagi kami masih berbicara baik-baik.”

“Ternyata kalian di sini karena ingin menghentikanku, apakah para petinggi itu yang menyewamu?” tanyaku kepada mereka.

“Tidak perlu tau siapa yang mengutus kami, sebaiknya kau berhenti sebelum kau menyesali ini semua,” mereka mengatakan itu lalu pergi  begitu saja.

Sampai seperti ini kah mereka akan menghentikan aku, apa lagi yang akan terjadi bila aku melanjutkan ini.

Untungnya mereka tidak melakukan apa-apa kepadaku dan Stella, sejujurnya aku sudah bersiap-siap jika saja mereka memulai perkelahian.

Aku kembali lagi ke dalam mobil, “Senior apakah kau baik-baik saja?” tanya Stella dengan nada khawatir.

“Ya, tentu aku baik-baik saja, untungnya mereka tidak melakukan apa-apa,” jawabku dengan sedikit tidak fokus.

“Ayo kita kembali saja senior, sepertinya kita sudah tidak bisa mengikuti mobil tadi.”

“Ya kita kembali.”

Ku putuskan untuk kembali ke kantor, dengan segera aku memutar balik mobil dan melaju menuju kantor kami.

Sesampainya di kantor, ku beritahu Stella untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku pun kembali ke meja kerja, dan merenungi apa yang terjadi hari ini.

Aku sudah sejauh ini jika ingin berhenti dari kasus ini, sudah sering hal seperti ini terjadi harusnya aku tidak ragu untuk melanjutkan kasus ini. Ku simpan semua rasa ragu ini, dan ku lanjutkan untuk menulis artikel ini.

Akhirnya artikel untuk kasus ini selesai, dengan segera aku memberikan laporan kepada kepala direksi untuk segera menerbitkan artikel ini.

“Hansel kau yakin ingin menerbitkan artikel ini?” tanya kepala direksi dengan cemas.

“Ya tentu saja, walaupun mereka mencegahnya aku harus tetap meneebitkan artikel ini,” jawabku dengan tegas.

“Tapi Hansel kita tidak bisa menerbitkan ini, kau tau kepalaku akan di penggal jika ini sampai terbit,” terlihat kepala direksi sangat kalut.

“Tenang saja, aku yang akan menanggung akibatnya, kita tidak bisa tinggal diam melihat mereka melakukan hal ini.”

“Terserah kau saja lah, aku tidak ikut bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi nanti,” ujar kepala direksi dengan pasrah.

Dengan persetujuan kepala direksi, aku lansung menerbitkan artikel itu di halaman website kantor kami. Rasakan ini akan ku gagalkan rencana tercela mereka, mereka pikir aku tidak berani untuk menerbitkan artikel ini.

Yaa, semoga saja tidak akan terjadi sesuatu kepadaku, terserahlah walaupun mereka ingin melakukan sesuatu mereka tidak akan bisa.

Karena tugasku sudah selesai di sini, dan juga ketika aku lihat jam sudah lebih dari jam kerja, maka kuputuskan untuk pulang ke rumah sambil menunggu bagaimana reaksi mereka ketika melihat artikel itu terbit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status