“Berhenti di sana!” terdengar teriakan mengancam dari belakangku.
Sialan aku sudah terpojok seperti ini, kemana lagi aku akan pergi jika seperti ini, gara-gara para komplotan sialan itu aku jadi seperti ini.
Huft...
Huft...
Aku sudah kehabisan nafas karena terlalu banyak berlari menghindari kejaran para polisi itu.
Semua kesialan ini berawal dari masalah yang terjadi di tempat kerja sialan itu.
Satu bulan yang lalu...
“Senior, ketua direksi mengatakan sepertinya artikel yang senior kerjakan akan susah untuk diterbitkan,” bawahanku berkata dengan takut-takut.
“Hah... Kau pikir ketua bisa menghentikan aku untuk menerbitkan ini,” jawabku dengan ketus.
Siapa yang bisa menghalangi seorang Hansel Rhett dari menerbitkan sebuah artikel, hanya karena artikel yang ku terbitkan berisi tentang para petinggi yang korup itu.
Walaupun dunia ini sudah sangat maju dalam hal teknogi, tapi itu tidak menjadikan budaya korupsi hilang.
Banyak sekali para petinggi di pemerintahan yang melakukan korupsi, mereka sering berkomplot dengan para ilmuan untuk menyelundupkan uang ke dalam kantong pribadi mereka.
Kali ini mereka merencanakan untuk membuat sebuah revolusi di dalam bidang makanan, para ilmuan akan menciptakan sebuah makanan yg berbentuk liquid untuk menggantikan makanan padat saat ini, makanan ini disebut Energizer Food.
Tapi ada yang mencurigakan di dalam projek cemerlang ini, dana yang di keluarkan untuk ini sangatlah besar, negara mengeluarkan dana sebesar 1,8 miliar.
Padahal dari investigasi yang dilakukan bersama salah seorang ilmuan, tidak memerlukan dana sebanyak itu untuk memulai suatu perencanaan seperti ini.
Maka dari itu aku akan menerbitkan artikel yang berisi tentang kejahatan para bajingan di pemerintahan ini.
Aku berjalan dengan tergesa-gesa ke dalam ruangan ketua direksi, “Apa maksud dari terblokirnya artikelku?”
Ketua direksi melihat ku yang marah dengan sebal, “Kenapa kau mulai peperangan dengan para petinggi itu.”
“Ketua, apa kau tidak baca draft dari artikel ini, tidak kah kau mengerti mengapa aku menaikan artikel ini?” cela ku dengan kesal.
Lalu aku melanjutkan, “Yaa aku tau tidak seharusnya kita mencari gara-gara dengan mereka, tapi lihat mereka sudah keterlaluan.”
Ketua direksi menghela nafas, “Tapi Hansel kau tau kan, mereka terlalu kuat.”
“Ketua jika bukan kita siapa lagi yang bisa menceritakan ini,” jawabku dengan putus asa.
“Tapi kita bisa celaka jika kita lanjutkan artikel ini, hansel tolong mengerti,” ketua direksi terlihat seperti sudah tidak tahan lagi denganku.
“Terserah jika seperti itu, aku akan tetap melanjutkan artikel ini untuk diterbitkan, persetan dengan para bajingan itu.” tukas ku dengan marah.
Aku keluar sambil membanting pintu dengan marah.
Bagaimana bisa aku biarkan para petinggi itu bebas melakukan apa yang mereka mau, awas saja akan aku hancurkan rencana mereka kali ini.
Bukan kali ini saja aku menantang mereka jadi aku tidak perlu takut untuk menghadapi mereka lagi.
“Stella, ikut denganku kita pergi.”
“Baik senior,” jawab bawahanku Stella sambil bergegas mengejarku.
Aku berencana untuk melanjutkan investigasiku untuk kasus ini. Bersama dengan Stella aku pergi mengintai perusahaan yang akan menjadi tempat pembuatan projek Energizer Food.
Setelah sampai aku langsung keluar dari mobil dan mencari tempat yang tidak terlihat untuk mengintai pergerakan yang mencurigakan dari mereka.
Setelah sekian jam aku dan Stella mengintai, akhirnya ada pergerakan yang mencurigakan dari mereka.
Salah satu bawahan yang dimiliki oleh salah satu petinggi datang kemari, apa aku bilang sudah pasti mereka akan merencanakan sesuatu yang buruk.
Kulihat perwakilan ilmuan itu menyerahkan sebuah koper kepada bawahan petinggi itu, ketika bawahan itu mengcek sesuatu yang ada di dalam koper itu, terlihat itu adalah uang.
Gocha, segera ku foto apa yang kulihat ini, sudah banyak bukti yang terkumpul untuk kasus ini. Akan aku hancurkan rencana mereka kali ini, tidak akan aku lepaskan mereka semua.
“Senior, sepertinya mereka akan pergi, apakah kita akan mengikuti mereka?”
“Hmmm... Sepertinya iyaa kita akan mengikuti mereka.”
Dengan cepat aku dan Stella bergegas kembali ke dalam mobil, dan menunggu untuk mengikuti mobil bawahan petinggi itu pergi kemana. Setelah melihat mobil bawahan itu akan pergi, kami segera mengikutinya.
Saat kami mengikuti mobil itu dari belakang, tiba-tiba ada mobil yang menyusul dan menghalangi mobilku untuk mengikuti mobil bawahan tadi.
Keparat mana yang menghalangiku ini, sial mereka terus-terusan mendesak mobilku untuk tidak mengikuti mobil itu.
Akhirnya mobil itu berhasil menghentikan mobilku, dengan terpaksa aku menepikan mobil supaya tidak menabrak mobil itu.
Aku segera keluar dari mobil, “Apa masalah mu sialan?”
Kulihat tiga pria berjas hitam dan bersenjata keluar dari mobil itu. Sialan, apakah ini sebuah ancaman.
“Lebih baik kau pergi dan urusi urusanmu sendiri,” ujar salah satu dari mereka sambil menghampiriku.
“Hah, memang siapa kalian berani memerintahkan ku untuk berhenti,” jawabku dengan ketus.
“Pergi dan berhenti untuk mengurusi kasus ini selagi kami masih berbicara baik-baik.”
“Ternyata kalian di sini karena ingin menghentikanku, apakah para petinggi itu yang menyewamu?” tanyaku kepada mereka.
“Tidak perlu tau siapa yang mengutus kami, sebaiknya kau berhenti sebelum kau menyesali ini semua,” mereka mengatakan itu lalu pergi begitu saja.
Sampai seperti ini kah mereka akan menghentikan aku, apa lagi yang akan terjadi bila aku melanjutkan ini.
Untungnya mereka tidak melakukan apa-apa kepadaku dan Stella, sejujurnya aku sudah bersiap-siap jika saja mereka memulai perkelahian.
Aku kembali lagi ke dalam mobil, “Senior apakah kau baik-baik saja?” tanya Stella dengan nada khawatir.
“Ya, tentu aku baik-baik saja, untungnya mereka tidak melakukan apa-apa,” jawabku dengan sedikit tidak fokus.
“Ayo kita kembali saja senior, sepertinya kita sudah tidak bisa mengikuti mobil tadi.”
“Ya kita kembali.”
Ku putuskan untuk kembali ke kantor, dengan segera aku memutar balik mobil dan melaju menuju kantor kami.
Sesampainya di kantor, ku beritahu Stella untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku pun kembali ke meja kerja, dan merenungi apa yang terjadi hari ini.
Aku sudah sejauh ini jika ingin berhenti dari kasus ini, sudah sering hal seperti ini terjadi harusnya aku tidak ragu untuk melanjutkan kasus ini. Ku simpan semua rasa ragu ini, dan ku lanjutkan untuk menulis artikel ini.
Akhirnya artikel untuk kasus ini selesai, dengan segera aku memberikan laporan kepada kepala direksi untuk segera menerbitkan artikel ini.
“Hansel kau yakin ingin menerbitkan artikel ini?” tanya kepala direksi dengan cemas.
“Ya tentu saja, walaupun mereka mencegahnya aku harus tetap meneebitkan artikel ini,” jawabku dengan tegas.
“Tapi Hansel kita tidak bisa menerbitkan ini, kau tau kepalaku akan di penggal jika ini sampai terbit,” terlihat kepala direksi sangat kalut.
“Tenang saja, aku yang akan menanggung akibatnya, kita tidak bisa tinggal diam melihat mereka melakukan hal ini.”
“Terserah kau saja lah, aku tidak ikut bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi nanti,” ujar kepala direksi dengan pasrah.
Dengan persetujuan kepala direksi, aku lansung menerbitkan artikel itu di halaman website kantor kami. Rasakan ini akan ku gagalkan rencana tercela mereka, mereka pikir aku tidak berani untuk menerbitkan artikel ini.
Yaa, semoga saja tidak akan terjadi sesuatu kepadaku, terserahlah walaupun mereka ingin melakukan sesuatu mereka tidak akan bisa.
Karena tugasku sudah selesai di sini, dan juga ketika aku lihat jam sudah lebih dari jam kerja, maka kuputuskan untuk pulang ke rumah sambil menunggu bagaimana reaksi mereka ketika melihat artikel itu terbit.
Pagi ini aku terbangun dengan sebuah berita yang bisa dibilang sesuai dugaan, karena artikel yang aku terbitkan kemarin menjadi perbincangan seantero ibukota Metro.Kepala direksi langsung menyuruhku untuk datang ke tempat kerja secepat mungkin. Setelah selesai bersiap-siap aku langsung bergegas pergi ke kantor.Perusahaan kami terbilang salah satu yang sangat terkenal, memiliki gedung bertingkat tinggi dan bergensi di kawasan inti Metro.Metro adalah ibukota dengan tingkat teknologi yang sangat maju, sudah banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh para robot yang diciptakan oleh ilmuan hebat yang dimiliki Metro.Dengan keadaan demikian angka kejahatan sangat tinggi di sini, karena banyak orang tidak memiliki pekerjaan digantikan oleh robot.Atas hal ini juga lah kenapa aku ingin mengusut kasus ini, para petinggi itu tidak memikirkan keadaan menderita para mayoritas penduduk saat ini.Apalagi ketika para ilmuan yang disetujui oleh
Cepat-cepat aku pergi ke lantai bawah, terlihat orangtuaku sudah pulang tapi mereka terlihat sangat sedih bahkan Ibu pun menangis.“Ada apa ini?” tanyaku penasaran.Ibu tetap menangis lalu Ayah menoleh kepadaku, “Proyek baru yang perusahaan jalankan sedang buruk, lalu toko ibumu dihancurkan oleh seseorang yang tidak dikenal.”Ayah terdengar sangat lemas ketika menceritakan ini, aku mempunyai firasat buruk tentang masalah ini, banyak orang yang sudah aku bongkar kejahatannya selama aku menjadi Jurnalis.Aku berpikir bahwa ketika mereka mendengar kabar tentang diblokirnya aku dari dunia perjurnalisan mereka mulai menyerangku seperti ini, hingga orangtuaku pun menjadi sasaran mereka.Keluarga kami memiliki lumayan banyak usaha, ibuku memiliki toko kue di ibukota, lalu Ayah mewarisi perusahaan Kakek.Aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini terhadapku, beraninya mereka menyerangku disaat aku terpuruk seperti ini, aku
Putus asa, frustasi, stress atau apa lah itu, aku sudah tidak tau harus melakukan apa lagi.Aku hancur...Setelah perusahaan dijual untuk melunasi setangah hutang kami, sejak saat itu ayah bekerja di perusahaan temannya untuk mencicil sisa hutang kami.Dan aku sekarang membantu di toko kecil Ibu, aku sudah mencoba untuk mencari pekerjaan lain tetapi tidak ada yang mau menerima.Sekarang inilah yang bisa aku lakukan untuk keluargaku, membantu Ibu untuk mengantarkan pesanan kue dari toko Ibu.Karena ekonomi kami yang sangat sulit, kami telah menjual rumah yang ada di ibukota dan pindah ke pinggiran kota dengan rumah yang lebih kecil.Sudah menjual rumah dan perusahaan pun hutang kami masih tersisa, sekarang sebagian besar pendapatan kami untuk membayar hutang, sisa nya kami gunakan untuk kehidupan sehari hari.“Hansel tolong kirimkan kue ini ke pusat kota, alamatnya ada di depan kotaknya.” Ibu memberikan kotak kue kepadaku u
Sudah seminggu ini Ayah masih terbaring lemah keadaannya semakin memburuk, sakit kepalanya tak kunjung membaik bahkan sekarang disertai dengan sesak.Ibu memutuskan untuk menjaga Ayah di rumah, jadi hanya aku yang akan pergi ke toko untuk mengantarkan sisa pesanan pelanggan.Sebelum pergi tak lupa ku lihat Ayah dahulu di kamarnya, “Ayah bagaimana perasaanmu sekarang?”“Tidak... Apa-apa Hansel, Ayah baik-baik saja hanya sedikit sesak,” jawab Ayah terdengar nafasnya sangat berat.“Nanti akan ku bawakan obat sepulang dari toko,” kataku sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Ayah.Ku lihat Ibu sedang menyiapkan bubur dan teh hangat untuk Ayah, “Ibu aku pergi.”“Hati-hati Hansel,” jawab Ibu dari dapur.Langit hari ini mendung, seperti akan turun hujan lebat. Suram begitulah suasana hari ini sungguh tidak mengenakkan.Untungnya hari ini aku lumayan sibuk, jadi perasaan sur
‘Kenapa tidak ada yang datang hari ini,' pikirku bertanya-tanya ketika menjaga toko hari ini. Pagi ini aku dan Ibu mulai lagi untuk membuka toko kue, semenjak kepergian Ayah baru hari ini Ibu mau pergi membuka toko. Kemarin kami mendapat informasi dari teman Ibu yang berkata bahwa makanan inovasi Energizer Food membuat penjualan makanan padat lain menjadi turun drastia Awalnya aku dan Ibu tidak mengharapkan dampak yang dibawa Enegizer Food akan sebesar ini. “Bagaimana nasib kita sekarang kalau keadaannya seperti ini,” keluh Ibu sambil menghela nafas. “Aku akan mencari pekerjaan yang lain Ibu, hutang yang tersisa tinggal sedikit lagi jadi akan ku usahakan untuk melunasinya.” Aku menyampaikan maksudku pada Ibu. Tanpa menatapku Ibu berkata, “Yaa memang seharusnya begitu.” Aku tau Ibu kecewa padaku apalagi dengan ditinggal oleh Ayah, aku melihat Ibu semakin hari semakin tidak semangat. Melihat Ibu seperti
Aku dihadapkan dengan dua pilihan apakah aku akan melakukan pencurian dengan teman masa kecilku atau tetap berpegang teguh pada hatiku untuk tetap menjadi manusia yang bermoral. Dan yaa aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Philip, mengesampingkan hatiku yang berteriak untuk tidak melakukannya. “Oke, aku akan ikut denganmu,” jawabku menegaskan pilihanku. “Syukurlah kau akan ikut, terimakasih Hansel sudah mau membantuku.” Aku melihat Philip membuang nafas dengan lega. “Pegang janji yang sudah kau katakan, bagian kita akan sama rata,” kataku menegaskan janjinya. “Tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku,” jawab Philip penuh keyakinan. “Jadi sekarang apa yang perlu akh lakukan untuk membantu kalian,” tanyaku penasaran untuk mendenagr rencana pencurian yang sudah mereka pikirkan. “Ayo ikut aku ke markas kami.” Philip memimpin jalan di depan. “Memang di mana letak markas kalian?” tanyaku penasaran padanya. “S
Tok...Tokk...Tok...Dalam tidurku, aku seperti mendengar ketukan pada pintu kamarku. Setelah aku dengarkan ternyata benar ada yang mengetuk pintu kamarku.“Hansel...”Aku segera bangun ketika mendengar suara Ibu dari luar kamarku.“Iyaa, ada apa?” jawabku sambil mengumpulkan nyawa.Ibu lalu masuk ke dalam kamar, “Ibu pergi sebentar, hari ini sepertinya kita tidak usah membuka toko, pergilah cari pekerjaan lain atau pergi bersama temanmu jika kau bosan di rumah,” ucap Ibu kemudian.“Iyaa,” jawabku singkat sambil mengucek mataku.Aku lihat jam ternyata sudah jam 10 pagi, tak biasanya aku bangun setelat ini. Sepertinya karena tidur terlalu larut tadi malam.Setelah membersihkan diri aku mengingat bahwa ada tugas yang harus aku kerjakan. Ketua kelompok pencurian itu memberiku tugas untuk memcari cara untuk masuk ke dalam pusat Eneegizer Food. Sepertiny
Srak.. Srak... Gemeresik daun terdengar ketika melewati hutan. Saat ini operasi pencurian akan dilakukan. Aku memberi tahu tempat yang biasa aku jadikan persembunyian ketika masih menjadi Jurnalis dahulu. Hutan ini terletak tak jauh dari target, jaraknya sekitar 200 meter. Aku dan Philip diberi tugas untuk mencari petugas patroli untuk dijadikan sandera dan alat kami untuk mendapat akses lebih dalam. “Mereka belum juga patroli.” Tiba-tiba aku mendengar Philip berkata. “Dari informasi yang aku tau, mereka akan patroli sekitar 10 menit lagi,” ucapku sembari melihat waktu di jam tanganku. “Kenapa kita tidak langsung masuk saja, tidak ada juga yang patroli di sini.” Philip kesal sudah menunggu lama untuk mencari sandera mereka. “Tanyakan saja pada ketuamu kenapa malah ngomel ke aku,” kataku mengacuhkannya dan tetap fokus mengintai. Aku mendengar Philip mendengus dari sebelahku. Giovanni dan yang lain sedan