Teengggg...teengggg...
Suara bel masuk berbunyi, semua murid berlari di sepanjang lorong untuk segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Sementara itu, seorang gadis sedang duduk di bangkunya, ia tampak menyenderkan kepalanya ke tembok seraya memerhatikan pelajaran yang diterangkan gurunya dengan acuh tak acuh. Bel masuk berbunyi sepuluh menit yang lalu, tetapi guru Lee malah datang lebih awal. Satu jam pelajaran saja belum berlalu, dan Cindy tidak bisa menyembunyikan rasa kantuknya apalagi ini adalah salah satu mata pelajaran yang paling tidak disukainya. Matematika adalah mimpi buruk bagi seorang Cindy Emilo diikuti mata pelajaran kimia dan fisika setelahnya.
"Ck, kapan bel ganti pelajaran akan berbunyi?" ucapnya sambil mulai memejamkan matanya.
Dan tidak disangka-sangka, tiba-tiba sebuah benda berukuran sedang cukup keras melesak cepat tepat mengenai kepalanya.
"Akh!" Cindy otomatis meringis menahan sakit.
Tanpa melihat kondisi, Cindy menggebrak mejanya dengan keras sehingga suaranya menggema memenuhi kelas. Siapa yang berani-beraninya mengganggunya, apakah orang itu mau cari mati?
“Siapa yang berani-beraninya mengganggu tidurku?!”
Suasana di dalam kelas itu begitu hening, tidak ada satupun orang yang memberinya jawaban. Namun tak berapa lama terdengar suara high heels yang memecah keheningan lalu berhenti tepat di samping bangkunya.
Perasaan Cindy tiba-tiba terasa tidak enak, ia pun kemudian memandang guru Lee yang melipat tangannya didada seraya memberikan tatapan tajam ke arahnya. Cindy meringis, apalagi setelah mengetahui sebuah benda yang mengenai kepalanya tadi ternyata penghapus papan tulis yang kini juga sudah kembali berada di tangan guru Lee.
“Selamat pagi, guru Lee. Bagaimana pagi anda hari ini?”
"Cindy Emilo, sudah berapa kali aku bilang untuk tidak tidur di jam pelajaranku?” tanya guru Lee pelan namun terdengar menusuk ditelinga Cindy.
“Ah, guru Lee. Sepertinya anda sudah salah paham. Saya sama sekali tidak tidur, tadi itu mata saya kelilipan jadi saya mau tidak mau harus memejamkan mata saat pelajaran anda sedang berlangsung.” jawab Cindy menyangkal tuduhan guru Lee dan setelahnya disambut tawa meledek oleh teman-teman sekelasnya.
Cindy memandangi teman-temannya dengan tatapan membunuh karena sudah menertawakannya disaat seperti ini, dan mereka pun terlihat tidak merasa prihatin ataupun merasa bersalah setelahnya. Teman macam apa mereka itu? Pikir Cindy ngenes.
“Aku tidak bisa mentolerirmu hari ini Cindy, karena ini bukan kali pertama kau melanggar tata tertib sekolah! Keluar dari dalam kelasku dan berdiri di depan kelas sampai pelajaranku berakhir.” Perintah guru Lee mutlak tanpa bisa diganggu gugat.
“Tapi guru Lee—“
“Tidak ada tapi-tapian, atau mau kutambah lagi hukumannya biar membuatmu kapok?”
“Baik, guru Lee. Hukumannya jangan ditambah lagi, saya akan segera melakukannya.” Tolak Cindy cepat.
Dan sesuai yang guru Lee perintahkan, Cindy pun menerima hukumannya dan melakukan apa yang guru Lee suruh. Ini memalukan! batinnya.
Ditempat lain.
"Jefrey Antonio, apakah kau tahu apa yang membuatku sangat menyukaimu?” tanya suara gadis itu dengan suara dimut-imutkan.
Jungkook menoleh ke arah pacarnya, Michelle Andita dengan menarik sebelah alisnya tidak mengerti. Michelle terkekeh dan langsung menyentil hidung mancung milik Jefrey.
“Karena kau adalah murid paling tampan dan populer di sekolah ini. Dan satu lagi,” Michelle menjeda kalimatnya lalu mencium pipi Jefrey. “Kau mau melakukan apapun demi aku.”
“Ah, jadi secara tidak langsung kau mengaku mau menjadi pacarku bukan karena cinta?”
Michelle tertawa mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Jefrey, “Hei,Jefrey Antonio. Jangan membuatku merasa geli, apakah lelaki playboy seperti dirimu mempercayai cinta? Bukankah kau mengajakku jadian untuk mempertegas betapa populernya kau di sekolah ini dan untuk menghangatkan ranjangmu?” katanya sambil mengedipkan sebelah alisnya.
Jefrey memang dikenal seorang playboy tingkat akut di sekolahnya yang juga begitu populer berkat ketampanan dan kekayaannya sebagai putra perusahaan Antonio Corp. yang tersohor di seluruh negri. Banyak desas-desus mengatakan walaupun dia baru menginjak usia 18 tahun, ia sering bergonti-ganti pasangan untuk sekedar melakukan one night stand atau cinta satu malam. Selain playboy, dia juga player sejati.
“Benar, aku senang kau sadar akan posisimu, sayang. Setidaknya nanti jika kita putus kau tidak akan membuatku repot.”
Michelle nampak terdiam, kemudian ia memandang Jefrey dengan serius dan tiba-tiba gadis itu menarik tengkuk Jefrey dan menciumnya.
Jefrey yang mendapatkan serangan tak terduga menahan kepala Michelle agar menjauh, “Wow, pelan-pelan saja sayang. Kita masih ada di lingkungan sekolah.”
Michelle tersenyum menggoda, “Tapi aku jamin tidak akan ada yang melhat kita disini, sayang.”
“Tidak, Michelle. Aku tidak mau mengambil resiko. Sekarang mari kembali ke kelas. Aku sibuk.”
Walaupun Michelle masih enggan berpisah dengan Jefrey, namun mau tidak mau ia pun harus menurutinya. Ia berjanji dan menekankan pada dirinya sendiri jika Jefrey akan menjadi miliknya sampai kapanpun.
*******
"Hah, kapan bel istirahat akan berbunyi? Kakiku benar-benar terasa pegal karena berdiri terus sejak tadi." ucap Cindy merasa lelah harus menempa hukumannya terlalu lama.
Matanya menelisik ke segala penjuru memastikan tidak ada yang melewati depan kelasnya sehingga dirinya tidak perlu merasa malu karena mendapatkan hukuman dari guru Lee.
"Setidaknya aku tidak harus menanggung malu karena tidak ada murid lain yang lewat. " ucapnya bersyukur.
Dan ketika Cindy mulai melanjutkan hukumannya, tiba-tiba gadis itu mengaduh kesakitan karena kedua kalinya hari ini keningnya harus merasakan sakit lagi. Ia pikir guru Lee yang melakukannya, tapi setelah mengetahui siapa orang itu, otomatis emosinya mencapai pada titik klimaksnya.
"Jefrey sialan!" umpatnya keras pada lelaki itu, namun kemudian membungkam mulutnya sendiri takut ada guru lain mendengar umpatannya itu.
Jefrey yang melihat Cindy seperti itu malah terbahak.
"Hahahahahaha... Kenapa kau berdiri sendirian di depan kelas? Tidak mungkin, apakah kau sedang dihukum sekarang?”
“Tutup mulutmu, Jef. Untung saja kepalaku tidak bonyok hari ini..”
“Hei, jangan berlebihan. Aku hanya menyentilmu pelan kok. Lagian kau juga kenapa berbicara sendirian,hmm? Sebagai sahabat tentu aku berinisiatif memastikan kau tidak sedang kesurupan.”
"Ish! Kau tidak tahu betapa beratnya pagiku hari ini, mulai dari mendapatkan lemparan penghapus dari guru Lee lalu dihukum untuk berdiri di depan kelas sampai jam pelajarannya berakhir, belum lagi mendapatkan ledekan dari anak-anak lain, benar-benar sangat sial.”
Bukannya merasa kasihan dengan keadaan sahabatnya, Jefrey tertawa makin terbahak mendengarkan cerita Cindy yang apes.
"Makanya kalau dikelas jangan tidur." ucap Jefrey menasehati.
"Mwo? Bagaimana kau tahu jika aku tertidur di kelas?" kaget Cindy.
"Aku sudah mengenalmu lama Cindy, alasan dibalik kau dihukum berarti kalau tidak tidur di kelas, ya tidak mengerjakan PR." tebak Jefrey tepat sasaran dan langsung disambut poutan dibibir Cindy.
"Terima kasih Jef, kau memang benar-benar mengenalku dengan baik." sindirnya.
"Tidak masalah, sahabat." balas Jefrey dengan ekspresi meledek.
Cindy memutar bola matanya jengah, namun kemudian ia menatap Jefrey sambil mengerutkan dahinya setelah teringat sesuatu.
"Tunggu, apakah kau juga dihukum? Kenapa kau tidak mengikuti pelajaran? Apakah kelasmu jam kosong ataau kau membolos ya?" tebak Cindy beruntun.
"Ti--tidak, aku tadi baru saja ke toilet. Jangan berpikir macam-macam tentangku." sanggah Jefrey.
Cindy mengedikkan bahunya kemudian, mau apapun alasannya itu bukan urusannya.
"Okeee, aku percaya."
"Aku mau kembali ke kelas dulu, dan nikmati hukumanmu. " pamit Jefrey pergi, namun sebelum itu dia kembali menyentil kening Cindy lagi.
"Awwhhhh.. ya!! Sialan kau Jef, mau jadi apa keningku hari ini heii!!" kesal Cindy tak berkesudahan.
Kantin
Suasana kantin mulai ramai karena jam istirahat telah tiba, banyak murid yang datang ke kantin untuk antri mengambil makan siang mereka yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Sementara itu, di sudut penjuru kantin ada dua orang gadis tengah menyantap makan siang mereka.
"Cindy, bisakah kau makan dengan pelan-pelan? Kau bisa tersedak nanti.." ucap Irene mengingatkan Cindy yang terlihat makan dengan cepat.
Cindy tak mengindahkan peringatan Irene karena setelah melalui hukuman yang berat, akhirnya ia bisa bebas dan perutnya benar-benar keroncongan karena tadi pagi ia lupa tidak sarapan.
"Maafkan aku Irene, aku benar benar lapar. Kau tahu? Hari ini aku sial sekali karena harus dihukum guru Lee berdiri selama 2 jam di depan kelas." Curhat Cindy.
Irene tersenyum seraya menggeleng-gelengkankan kepalanya.
"Makanya jadi orang tuh, dengerin pelajaran sampai selesai bukannya malah tidur." Jawab Irene menasehati.
Cindy mempoutkan bibirnya karena nasehat irene. Gadis itu memang memiliki kebiasaan suka mempoutkan bibirnya jika sedang kesal.
"Ya..ya..yaa.. anggap saja aku khilaf hari ini." Kata Cindy seadanya.
"Cih, khilaf sih khilaf , tapi berkali kali. " balas irene sambil mencebik.
"Hehehehe.. itu kau tahu. Eh tunggu, Jefrey, Jessica, Leon dan William kemana? Mengapa mereka belum muncul juga dari tadi?” heran Cindy kepada sahabat-sahabatnya itu.
"Oh, Jessica dan Leon sedang di Taman, biasalah orang pacaran. William sedang berada di lapangan bermain basket dan Jefrey, aku tidak mengetahuinya." jawab Irene menjawab pertanyaan yang diajukan Cindy.
"Ck, anak itu paling sedang making out dengan pacar barunya itu, si Michelle" ucap Cindy menebak.
"Hahahahahaha..benar juga, dasar player." angguk Irene setuju dengan tebakan Cindy yang mengarah benar.
Panjang umur, tak berapa lama Jefrey datang memasuki kantin dan setelah melihat dua sahabatnya tengah duduk berdua di sudut kantin. Ia pun segera menghampirinya.
"Hai, girls!" sapa Jefrey.
"Hai!" balas Irene.
"Panjang umur sekali dirimu, Jef." Kata Cindy menyambut Jefrey.
"Panjang umur? Um, Kalian pasti sedang membicarakan ketampananku ya?? " Ucap Jefrey percaya diri.
"Cihhhh.. aku ingin ke kamar mandi mau muntah." balas Cindy buru-buru pergi dari sana.
"Aku jugaa... Hueeekkk!" sambung Irene mengikuti Cindy di belakangnya.
"Yaa!!! Kalian mau kemana? Yaa!!" Teriak Jefrey tidak terima, namun kemudian lelaki itu tersenyum memandang kedua sahabatnya yang baru saja meninggalkannya itu. Jefrey senang bisa memiliki sahabat seperti mereka karena mereka bukan tipikal teman yang tulus di depan dan busuk di belakang.
Tiga orang gadis kini tengah berjalan beriringan disepanjang lorong sekolah. Mereka terlihat bercanda bersama. Jessica, Cindy, dan Irene, tiga gadis populer di sekolah Smart High school yang digilai oleh para lelaki di sekolah itu.Selain cantik, mereka bertiga memiliki pesona tersendiri yang tak bisa diganggu gugat. Bahkan tak jarang banyak para gadis lain juga iri karena apa yang mereka miliki. Di sepanjang lorong itu mereka tak henti hentinya disapa, dan mereka hanya menanggapinya dengan senyuman."Kita mau kemana?" Tanya Cindy."Bagaimana kalau duduk di bangku itu saja?" usul Irene sambil menunjuk bangku yang berada di Taman sekolah."Baiklah, kajja!" ajak Jessica.Mereka bertiga pun duduk bersama di bangku tadi. Mereka kembali melanjutkan perbincangan mereka yang tampak tidak pernah ada habisnya."Jadi bagaimana hubunganmu dengan Leon?" tanya Cindy k
1 detik....2 detik.....3 detik...."Ehemmm!.."Leon berdehem memecah suasana yang terasa kaku setelah tantangan William. Lelaki itu benar-benar gila."Ya!! Apa kau gila,Wil??" ujar Cindy menyuarakan keterkejutannya."Waee??"Sementara itu, Jefrey terdiam ditempatnya mencerna kata-kata William yang menantang Cindy agar menciumnya setelah gadis itu memilih tantangan. Jefrey tahu betapa gilanya seorang William, tapi ia juga tidak tahu jika imbas kegilaan lelaki itu sekarang justru membuat jantungnya berdegup tak karuan. Ia bahkan juga sudah membayangkan bagaimana jadinya jika Cindy menciumnya nanti. Astaga, sepertinya dirinya sudah tidak waras. Ya, tidak sebelum Cindy datang dengan pakaian basahnya. Sialan!"Tak apa, jika kau menola
Rated 21+Jefrey membanting tubuh Cindy ke atas ranjang berukuran kingsize itu. Cindy segera memberingsut ke sudut ranjang. Jefrey menatap nyalang atas kelakuan Cindy barusan."Cindy, kau tak perlu malu-malu seperti itu."Kepala Cindy menggeleng kuat, ia benar-benar merasa ketakutan sekarang. Setelah Jefrey memaksanya untuk masuk ke dalam kamar, lelaki itu sepertinya sudah kehilangan akal."Jef, apa maksudmu memperlakukan aku dengan seperti ini?" ucap Cindy pada lelaki itu yang bersikap berbeda tidak seperti biasanya."Cindy, jangan berpura-pura polos. Dan ah, aku juga ingin menunjukkan jika seorang perempuan dan lelaki itu tidak bisa bersahabat.""Tidak! sekarang aku paham, jadi lepaskan aku!" jawab Cindy ketakutan."Apakah kau tidak ingin seperti yang lain? mari bersenang-senang. Kau pasti akan menyukainya."&nb
Jessica dan Irene terlihat berjalan beriringan di lorong sekolah menuju kelas. Seperti biasa, mereka selalu bercanda di tengah perjalanan mereka menuju kelas."Astaga, benarkah?""Iya, Aku benar-benar tidak menyangka ada orang sekonyol itu.""Benar, eh, kenapa Cindy belum datang ya??""Iya benar, kemana perginya gadis itu? Sejak di rumah William, dia jadi aneh.""Benar sekali, dia jadi aneh. Bagaimana jika kita ke kelas memastikan dia sudah datang atau belum?" ajak Jessica."Kajja!"Jessica dan Irene pun bergegas ke kelas untuk mencari keberadaan Cindy sekaligus mengikuti pelajaran pertama karena bel masuk sudah berbunyi.***********"Hoammm.. Ngantuk sekali!""Kalau bukan karena dia, aku tidak akan susah-susah berangkat pagi-pagi buta begini. Sialan, aku melewatkan jam sarapanku!
"Awww,, lepaskan."Cindy ditarik paksa oleh Jefrey. Pergelangan Cindy terasa perih karena tarikan Jefrey yang terlalu keras.Jefrey melepaskan tarikannya karena kini mereka sudah sampai di atap sekolah. Ketika ia memutuskan untuk tidur didalam kelas tadi, tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik oleh seseorang yang ternyata adalah Jefrey."Apa yang kau lakukan,huh??" teriak Cindy tak terima karena Jefrey menyeretnya kesini. Merasa tak ada jawaban, Cindy merasa jengah dan bergegas pergi dari sana.Belum sempat berbalik, Cindy sudah ditarik Jefrey lagi dan langsung mendapatkan ciuman yang kasar pada bibirnya.Cindy membelalakan matanya, dia terkejut karena perlakuan Jefrey kepadanya.Jefrey menggigit bibir Cindy sehingga bibir gadis itu kini terbuka dan kesempatan itu tidak disia-siakan Jefrey untuk mengeksplor isi mulut Cindy.Cindy tersadar
Cindy tengah merapikan seragamnya, dia sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, ia suka sekali memerhatikan penampilannya sebelum berangkat sekolah. Cindy suka sekali mengucir rambutnya."Cindy?! Cepatlah keluar dari dalam kamarmu!" teriak mama Cindy dari luar." Iya ma." balas Cindy meneriaki mamanya."Cepat, sayang. Temanmu sudah menunggu!!!""Teman?? Jessica? Irene?"Cindy segera mengambil tasnya dan bergegas keluar dari kamarnya untuk memastikan siapa yang datang. Ia sangat penasaran dan menduga-duga, pasalnya jika memang Irene ataupun Jessica datang menjemputnya, mereka akan menghubunginya lebih dulu. Dan ketika ia sudah berada di ruang tamu, orang itu sedang bersama mamanya. Cindy hanya bisa terkejut setelah mengetahui siapa dia."Dylan??""Pagi, Cindy." sapa lelaki itu."Mengapa kau bisa ada disini?""
"Aww!" ringis Dylan ketika Cindy berusaha mengobati lukanya akibat tinjuan Jefrey diwajahnya."Maaf, aku akan pelan-pelan."Dylan tersenyum, ia menghentikan Cindy yang begitu perhatian mengobati lukanya. Tentu saja hal itu membuat Dylan sangat senang."Terima kasih."Cindy menghela nafas, ia sangat menyayangkan tindakan Jefrey kepada Dylan. Entah apapun alasannya, ia tidak mau mendengarkan penjelasan Jefrey karena dia sudah bersikap kasar."Maafkan kelakuan Jefrey tadi ya, aku tak menyangka dia bisa melakukan ini padamu, anak itu benar-benar!!""Tidak apa-apa, mungkin dia marah karena aku dekat denganmu akhir-akhir ini.""Mengapa kau berkata begitu? Kau kan temanku. Lagipula aku lebih senang berteman dengan anak yang baik seperti dirimu daripada mereka."Dan diluar dugaan, tiba-tiba Jessica dan Irene yang secara diam-diam mengikuti
Jefrey melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum. Emosinya kini sudah tak bisa ditahan lagi. Bagaimana tidak? Dengan kedua matanya sendiri, ia melihat William tiba-tiba datang dan langsung memeluk Cindy tanpa permisi.Apa yang ada di kepala William sebenarnya? Bukankah dia dekat dengan Irene? Tapi mengapa berani-beraninya dia memeluk Cindy-nya? Tentu saja Jefreyk tidak terima dan tidak kuasa melihat pemandangan itu dan memilih bergegas pergi.Walaupun dirinya terkenal dingin, ia juga punya hati. Dan entah sejak kapan hatinya terasa sakit, ahh.. itu dimulai sejak Jefrey jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, Cindy Emilo.********"William??"Cindy terlihat memastikan kalau ia tidak salah lihat. Ia kenal betul dengan parfum yang menguar dari orang di depannya ini. Bukannya apa-apa, Cindy sudah mengenal William