Jessica dan Irene terlihat berjalan beriringan di lorong sekolah menuju kelas. Seperti biasa, mereka selalu bercanda di tengah perjalanan mereka menuju kelas.
"Astaga, benarkah?"
"Iya, Aku benar-benar tidak menyangka ada orang sekonyol itu."
"Benar, eh, kenapa Cindy belum datang ya??"
"Iya benar, kemana perginya gadis itu? Sejak di rumah William, dia jadi aneh."
"Benar sekali, dia jadi aneh. Bagaimana jika kita ke kelas memastikan dia sudah datang atau belum?" ajak Jessica.
"Kajja!"
Jessica dan Irene pun bergegas ke kelas untuk mencari keberadaan Cindy sekaligus mengikuti pelajaran pertama karena bel masuk sudah berbunyi.
***********
"Hoammm.. Ngantuk sekali!"
"Kalau bukan karena dia, aku tidak akan susah-susah berangkat pagi-pagi buta begini. Sialan, aku melewatkan jam sarapanku! Lapar sekali."
Ya, gadis itu adalah Cindy. Ia sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena sedang menghindari seseorang, siapa lagi kalau bukan Jefrey, sahabatnya. Masih terlihat dengan jelas bayangan-bayangan di kepalanya tentang adegan panas malam itu.
Cindy menggelengkan kepalanya untuk membuang jauh-jauh bayangan itu, pipinya selalu memerah setiap mengingat kejadian itu. Bahkan, ia tak berani berfikir bagaimana jika dirinya bertemu dengan Jefrey nanti. Apakah sikap Jefrey sama seperti yang Cindy lakukan? Tidak bisa tidur, berangkat pagi-pagi buta sampai melupakan jam sarapan.
Sepertinya tidak mungkinkan? Batinnya.
Ketika ia sibuk menyelami pikirannya sendiri, tanpa disadarinya Jessica dan Irene berdiri menjulang dibelakangnya bersiap-siap akan mengagetkannya.
Irene dan Jessica saling memberi aba-aba, "1,2,3!!!! Heiii!"
Dan benar saja, Cindy merasa akan terkena serangan jantung karena ulah usil kedua sahabatnya itu.
"Hei! apakah kalian berharap aku akan terkena serangan jantung? untung saja aku tidak mati." ketus Cindy kepada Irene dan Jessica.
"Kenapa kau marah? Kami hanya bercanda."
"Bercandaan kalian sama sekali tidak lucu, tahu!"
"Cucucucucucu.. Apakah Cindyi kami sekarang sedang merajuk? Maafkan kami ya?"
"Ish! Benar-benar."
"Tumben sekali kau berangkat pagi, ada apa?" tanya Irene.
Cindy terdiam. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang sudah ia alami di rumah William. Cindy tidak ingin yang lainnya tahu karena jujur saja jika mengingat kejadian itu, ia merasa malu pada dirinya sendiri.
"Um, aku lupa tidak mengerjakan PR, jadi aku berangkat pagi karena mau mencontek."
"Serius? Hanya karena PR saja kau berangkat sepagi ini? Ini seperti bukan seorang Cindy Emilo." ejek Irene.
Cindy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, apa boleh buat? Hanya ini jalan satu-satunya untuk mengelabui Irene dan Jessica agar mereka tidak mencurigainya.
**********
"Jef?"
......
"Jefrey!"
...
"Jefrey Antonio!"
...
"Jef-rey!"
....
"Ya!! Brengsek!"
"Wae? ada apa?"
"Heol,Daebak! Jadi namamu sekarang bukan Jefrey Antonio melainkan brengsek??" sambung Leon sambil tertawa.
"Ya!!! Apa maksudmu?!"
Leon menoyor kepala Jefrey karena lelaki itu bersikap tidak sopan kepadanya yang jelas-jelas dua bulan lebih tua darinya. Leon memang menerapkan senioritas di pertemanan mereka. Pada awalnya semua sangat kesal, tapi Leon bilang itu hanya untuk lucu-lucuan saja. Walaupun tidak ada lucu-lucunya sih.
"Beraninya kau bocah ingusan! Sini katakan lagi!"
"Ish! Jangan mulai lagi, dan kau mengapa kau menoyorku? Apa salahku?"
"Masih belum menyadari kesalahanmu? Mau kutoyor lagi kepalamu sampai miring?!" ancam Leon.
William hanya berdecak melihat kedua sahabatnya itu bertengkar, mereka tidak akan berhenti sebelum ia bertindak sebagai penengah.
"Sudahlah, jangan bertengkar lagi. Aku lelah melihat kalian berdua seperti ini sepanjang waktu. Dan kau Jef, kau itu aneh, aku memanggilmu berkali-kali tetapi kau sama sekali tak merespon dan giliran ku panggil brengsek saja kau meresponnya, jadi siapa yang salah?"
Jefrey mengibaskan tangannya tanda dia menyerah berargumen dengan kedua orang itu, mereka benar benar jagonya membuat moodnya hancur. Ia pun berdiri bergegas pergi keluar kelas meninggalkan Jefrey dan William tanpa berkata-kata.
"Apa-apaan ini? Dia merajuk?"
"Entahlah, baru kali ini dia bersikap seperti itu."
"Sejak tadi dia melamun, apakah dia sedang ada masalah?"
"Mungkin dia sedang bertengkar dengan Michelle?"
Ketika Jefrey baru saja keluar dari dalam kelas, seorang gadis yang menyadari keberadaannya terlihat sangat girang. Ia pun segera memberingsut memeluk Jefrey dari belakang.
"Sayang, aku merindukanmu!"
"Michelle?"
Michelle melepaskan pelukannya dan memutari tubuh Jefrey untuk memandang wajah kekasihnya itu dengan jelas.
Ekspresi wajah Michelle yang tadinya begitu antusias karena bertemu dengan Jefrey, kini terlihat kebingungan.
"Apakah ada masalah?"
Jefrey mengernyit, "Masalah?"
Michelle berniat akan mengusap wajah Jefrey, namun diluar dugaan tiba-tiba Jefrey menampik tangannya dan membuat gadis itu terkejut bukan main. Michelle menengok kanan dan kiri takut ada yang melihat kejadian tadi.
"Ini tidak seperti yang kita janjikan! Ada apa denganmu? Bagaimana jika ada yang melihat sikapmu barusan?"
Jefrey berdecih, "Maaf." jawabnya acuh lalu pergi setelahnya.
"Ya! Jefrey!" teriak Michelle kesal dan setelah itu banyak murid-murid lain keluar dari kelas untuk menyaksikan adegan itu.
Michelle berubah panik dan memaksakan senyumnya, "Kami tidak bertengkar kok, dia hanya tidak enak badan saja." dan kemudian ganti Michelle yang buru-buru pergi dari sana.
*************
Tenggg..teng..tenggg..
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Irene dan Jessica berteriak gembira karena akhirnya jam pelajaran yang tidak mereka sukai sudah berakhir. Sementara itu, disisi lain Cindy malah terlihat murung dan tak bersemangat, dulu jika bel istirahat berbunyi dia dululah yang paling bersemangat tapi sekarang entah kemana perginya masa-masa bersemangat itu. Sekarang Cindy tak ingin keluar dari kelas, sungguh.
"Cindy kami sudah lapar, ayo ke kantin dan menemui para lelaki."
Deg! ah tidak!
Tidak bisa, ia tidak siap bertemu dengan Jefrey. Mau ditaruh mana wajahnya nanti?
"Tidak, kalian duluan saja, lagipula aku belum lapar." ujar Cindy beralasan.
"Benarkah? Tumben sekali."
"Iya, lagian aku juga malas untuk keluar kelas."
"Kau bercanda? Hei, ada apa denganmu hari ini? Kau aneh sekali."
"Aneh? Maksud kalian apa? Aku benar-benar sudah kenyang dan malas keluar kelas."
"Tidak,Cindy. Ini seperti bukan dirimu."
"Apa maksudmu? Jangan mengada-ngada. Jika kalian memang lapar, segeralah pergi ke kantin daripada sibuk mengajakku yang sudah kenyang ini."
Irene dan Jessica menatap satu sama lain, "Ya sudah, kami ke kantin ya? Rasanya ada yang kurang kalau kita tidak pergi bersama-sama." aku Jessica.
Irene mengangguk, "Benar, ya sudah kami pergi dulu."
"Maafkan aku ya, besok kita pasti pergi ke kantin bersama lagi."
"Tidak apa-apa, kami pergi." pamit Jessica pergi.
Dan kedua gadis itu sekarang benar-benar pergi meninggalkan Cindy sendirian di dalam kelas. Cindy mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas yang ternyata juga sudah kosong.
Ia berdecih, "Konyol, padahal aku sedang lapar sekarang." sesalnya.
Cindy pun menelungkupkan kepalanya ke atas meja berniat tidur dan melupakan rasa laparnya. Namun, belum beberapa menit ia memejamkan matanya, tiba-tiba tangannya ditarik paksa seseorang sampai membuatnya memekik keras.
"Kyaaa!"
Mata Cindy membulat sempurna setelah mengetahui siapa yang pelakunya.
"Jefrey?"
"Ikut aku!" ajak Jefrey tegas tak terbantahkan.
To be continued...
"Awww,, lepaskan."Cindy ditarik paksa oleh Jefrey. Pergelangan Cindy terasa perih karena tarikan Jefrey yang terlalu keras.Jefrey melepaskan tarikannya karena kini mereka sudah sampai di atap sekolah. Ketika ia memutuskan untuk tidur didalam kelas tadi, tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik oleh seseorang yang ternyata adalah Jefrey."Apa yang kau lakukan,huh??" teriak Cindy tak terima karena Jefrey menyeretnya kesini. Merasa tak ada jawaban, Cindy merasa jengah dan bergegas pergi dari sana.Belum sempat berbalik, Cindy sudah ditarik Jefrey lagi dan langsung mendapatkan ciuman yang kasar pada bibirnya.Cindy membelalakan matanya, dia terkejut karena perlakuan Jefrey kepadanya.Jefrey menggigit bibir Cindy sehingga bibir gadis itu kini terbuka dan kesempatan itu tidak disia-siakan Jefrey untuk mengeksplor isi mulut Cindy.Cindy tersadar
Cindy tengah merapikan seragamnya, dia sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, ia suka sekali memerhatikan penampilannya sebelum berangkat sekolah. Cindy suka sekali mengucir rambutnya."Cindy?! Cepatlah keluar dari dalam kamarmu!" teriak mama Cindy dari luar." Iya ma." balas Cindy meneriaki mamanya."Cepat, sayang. Temanmu sudah menunggu!!!""Teman?? Jessica? Irene?"Cindy segera mengambil tasnya dan bergegas keluar dari kamarnya untuk memastikan siapa yang datang. Ia sangat penasaran dan menduga-duga, pasalnya jika memang Irene ataupun Jessica datang menjemputnya, mereka akan menghubunginya lebih dulu. Dan ketika ia sudah berada di ruang tamu, orang itu sedang bersama mamanya. Cindy hanya bisa terkejut setelah mengetahui siapa dia."Dylan??""Pagi, Cindy." sapa lelaki itu."Mengapa kau bisa ada disini?""
"Aww!" ringis Dylan ketika Cindy berusaha mengobati lukanya akibat tinjuan Jefrey diwajahnya."Maaf, aku akan pelan-pelan."Dylan tersenyum, ia menghentikan Cindy yang begitu perhatian mengobati lukanya. Tentu saja hal itu membuat Dylan sangat senang."Terima kasih."Cindy menghela nafas, ia sangat menyayangkan tindakan Jefrey kepada Dylan. Entah apapun alasannya, ia tidak mau mendengarkan penjelasan Jefrey karena dia sudah bersikap kasar."Maafkan kelakuan Jefrey tadi ya, aku tak menyangka dia bisa melakukan ini padamu, anak itu benar-benar!!""Tidak apa-apa, mungkin dia marah karena aku dekat denganmu akhir-akhir ini.""Mengapa kau berkata begitu? Kau kan temanku. Lagipula aku lebih senang berteman dengan anak yang baik seperti dirimu daripada mereka."Dan diluar dugaan, tiba-tiba Jessica dan Irene yang secara diam-diam mengikuti
Jefrey melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum. Emosinya kini sudah tak bisa ditahan lagi. Bagaimana tidak? Dengan kedua matanya sendiri, ia melihat William tiba-tiba datang dan langsung memeluk Cindy tanpa permisi.Apa yang ada di kepala William sebenarnya? Bukankah dia dekat dengan Irene? Tapi mengapa berani-beraninya dia memeluk Cindy-nya? Tentu saja Jefreyk tidak terima dan tidak kuasa melihat pemandangan itu dan memilih bergegas pergi.Walaupun dirinya terkenal dingin, ia juga punya hati. Dan entah sejak kapan hatinya terasa sakit, ahh.. itu dimulai sejak Jefrey jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, Cindy Emilo.********"William??"Cindy terlihat memastikan kalau ia tidak salah lihat. Ia kenal betul dengan parfum yang menguar dari orang di depannya ini. Bukannya apa-apa, Cindy sudah mengenal William
Cindy menghembuskan nafasnya lega, akhirnya ia dan Lala memenangkan olimpiade matematika dengan mendapat juara pertama nasional antar SMA."Cindy, kita berhasil" ucap Lala terharu.Cindy tersenyum dan membalas pelukan Lala merasa ingin menangis sekarang, ia tak menyangka usaha nya selama ini berhasil. Sesuai hadiah, pemenang pertama olimpiade ini akan langsung mendapatkan beasiswa di salah satu perguruan tinggi bergengsi di negeri paman sam.Cindy senang bukan kepalang, impiannya masuk ke dalam perguruan tinggi impiannya pun terkabul berkat kerja kerasnya sendiri. Rasanya sangat melegakan meskipun ia harus mengorbankan apapun termasuk sahabatnya sendiri.*****"Apa kalian sudah mendengar berita hari ini??""Berita apa?""Cindy dan Lala memenangkan olimpiade.""Wahhhhh...keren!!! Aku tak sabar bertemu den
Suasana benar-benar menjadi hening setelah Dylan menyatakan perasaannya kepada Cindy. Sementara itu Cindy masih terlihat kaget akan pengakuan Dylan yang selama ini ia anggap sekedar teman saja."Cindy, bagaimana?" tanya Dylan lagi.Cindy benar-benar tidak tahu harus menjawab apa karena sejujurnya ia sama sekali tidak memiliki perasaan lebih pada lelaki itu. Namun jika ia menolak, ia merasa tidak enak kepadanya. Dan sepertinya dewi fortuna sekarang berpihak padanya karena tiba-tiba entah bagaimana ceritanya ia bisa bertemu dengan Lala."Cindy?""Lala??""Hai? Eh, ada Dylan juga?"Cindy menghembuskan nafas lega karena terselematkan oleh kedatangan Lala. Sedangkan Dylan hanya menahan emosinya karena Cindy belum sempat menjawab ungkapan cintanya.Mengapa anak cupu ini harus datang sih? Batin Dylankesal."Lala, mengapa kau
Rated 18+Brakkkk...Pintu mobil Jefrey tertutup dengan keras. Jefrey pun masuk ke dalam gedung apartemennya sembari menyeret Cindy dibelakangnya. Kekayaan yang dimiliki keluarga Jefrey, membuatnya dengan bebas tinggal sendirian di apartemennya sendiri tanpa pengawasan."Lepaskan aku!" ujar Cindy berusaha melepaskan diri. Namun usahanya sia-sia, lelaki itu tampak tidak mengindahkan permintaannya.Klikkk...klikkk..klikkk..Pippp..Pintu apartemennya terbuka setelah ia berhasil memasukkan sandi keamanan yang terpasang di pintunya. Walaupun Cindy dengan segala usahanya menolak, Jefrey tetap saja menang dengan tenaganya."Mengapa mau membawaku kesini??" protes Cindy."Diam!!!" bentak Jefrey tiba-tiba.Cindy pun mengatupkan mulutnya rap
Cindy mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia melihat ke sekelilingnya, tunggu ini bukan kamarnya. Ia pun memilih bangun lalu penampakan pakaian berserakan menyadarkannya akan kejadian semalam antara dirinya dan Jefrey.Sekarang Cindy sadar kalau ia sedang berada di apartemen Jefrey, dan ia masih ingat dengan jelas adegan semalam, entah sudah berapa ronde dilaluinya bersama lelaki itu, yang jelas, Cindy sangat kewalahan dengan gairah Jefrey semalam. Ia merasa sangat capek dan disisi lain, entah mengapa ia masih merasa canggung. Untung saja dia tidak ada disini sekarang."Sudah bangun?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul.