Share

Chapter 4

Rated 21+

Jefrey membanting tubuh Cindy ke atas ranjang berukuran kingsize itu. Cindy segera memberingsut ke sudut ranjang. Jefrey menatap nyalang atas kelakuan Cindy barusan.

"Cindy, kau tak perlu malu-malu seperti itu."

Kepala Cindy menggeleng kuat, ia benar-benar merasa ketakutan sekarang. Setelah Jefrey memaksanya untuk masuk ke dalam kamar, lelaki itu sepertinya sudah kehilangan akal.

"Jef, apa maksudmu memperlakukan aku dengan seperti ini?" ucap Cindy pada lelaki itu yang bersikap berbeda tidak seperti biasanya. 

"Cindy, jangan berpura-pura polos. Dan ah, aku juga ingin menunjukkan jika seorang perempuan dan lelaki itu tidak bisa bersahabat."

"Tidak! sekarang aku paham, jadi lepaskan aku!" jawab Cindy ketakutan.

"Apakah kau tidak ingin seperti yang lain? mari bersenang-senang. Kau pasti akan menyukainya."

"Jef, jangan melewati batas! Aku tak mau melakukannya!" tolak Cindy mentah-mentah.

"Ssssstt, Cindy. Bukankah sebenarnya kau juga ingin melakukannya? Kau menggoda William dengan pakaian basahmu itu. Namun sayangnya, William lebih memilih Irene. Bagaimana jika kau melakukannya denganku saja?"

Cindy berdecih, "Dasar gila! kau pikir aku perempuan macam apa? Aku bukan perempuan-perempuanmu yang dengan mudahnya ditindih!"

Jefrey terkekeh, "Tapi pada kenyataannya semua perempuan sama saja. Oh ayolah, jangan banyak drama. Kita hanya perlu melakukannya saja!" dan diluar dugaan, tiba-tiba Jefrey menarik kaki Cindy dan langsung menindih tubuhnya. Cindy pun memekik kaget karena ulah Jefrey.

"Kyaa! Jefrey!"

Jefrey tak memberi kesempatan pada Cindy untuk menolak karena ia langsung membungkam bibir Cindy menggunakan bibirnya. Dengan keadaan terus memberontak, Jefrey dengan tenaganya yang jauh lebih besar mampu menahannya. Ia mengeksplorasi mulut Cindy dengan mudah ketika gadis itu berusaha berteriak.

"Junghmmmmphhh.."

Dengan mudahnya Jefrey mendominasi Cindy walaupun gadis itu berusaha mengatupkan bibirnya agar Jefrey berhenti menciumnya. Tapi bukan Jefrey namanya kalau dia tidak berhasil melakukan apapun yang dia inginkan. Jefrey meremas kuat bukit kembar milik Cindy sampai ia berhasil mengekplorasi mulut Cindy lagi.

Sementara itu, Cindy merasa kewalahan karena perbuatan Jefrey. Nafasnya memburu karena jujur saja Cindy merasa mulai tidak bisa mengontrol tubuhnya yang terasa aneh. Cindy merasa dilecehkan, tapi Cindy tidak munafik jika sekarang ada gelenyar-gelenyar asing yang merasuki tubuhnya.

Tidak, tidak. Ini tidak benar,Cindy. Akal sehatnya berusaha mengingatkan.

Di sisi lain, Jefrey melepaskan tautan bibirnya membiarkan Cindy menghirup pasokan udara sebanyak-banyaknya. Dan benar saja, nafas gadis itu terlihat tersengal-sengal seperti baru saja berlari maraton.

Mata mereka menumbuk, Jefrey memandang tatapan mata sayu Cindy yang ditujukan ke arahnya. Tanpa sadar Jefrey tersenyum menyadari ada percikan gairah dimata gadis itu, Jefrey tahu tidak akan ada yang bisa menolaknya bahkan termasuk Cindy. Ia pun segera melepas kaosnya.

Cindy terpaku ketika Jefrey melakukan hal itu,kemudian ia terkejut ketika Jefrey juga berusaha melepaskan kaos yang ia pakai. Dengan akal sehatnya yang kembali, sontak Cindy menegur lelaki itu.

"Jefrey!"

"Nikmati saja sayang, aku akan melakukannya dengan lembut." ujar Jefrey tanpa bisa ditolak.

Kini Cindy benar-benar setengah telanjang menyisakkan hotpants yang dipakainya. Karena ia tidak memakai bra, otomatis Cindy menutupi bukit kembarnya dengan tangannya. Dan Jefrey, lelaki itu justru sibuk memerhatikan pemandangan tubuh Cindy yang tampak indah. Lelaki itu menelan ludahnya susah payah.

"Jangan, Jef!"

"Sssttttttt,, jangan berisik sayang." bisik Jefrey.

"Jef, jangan lakukan ini..kumohon!" mohon Cindy.

"Nikmati saja sayang!"

Jefrey membuka tangan Cindy yang menutupi bukit kembarnya dan dengan paksaan, akhirnya Jefrey bisa melihat pemandangan itu dengan nyata. Dia benar merasa terkagum-kagum akan keindahan itu, namun kini hal itu sangatlah tidak penting karena ia ingin segera mencicipinya.

Cindy merasakan tubuhnya begitu panas sekarang. Ini kali pertamanya telanjang di depan seorang lelaki, Cindy sangat malu tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuh Cindy kemudian menggelinjang hebat ketika Jefrey mulai menyentuhnya.

"Je--Jef!"

"Sssshhh! Nikmati saja." bisik Jefrey mesra.

Kini penolakan Cindy berubah menjadi desahan. Jefrey tersenyum dibalik aksinya dan terus melakukan aktivitasnya. Dia begitu menyukai kedua bukit kembar Cindy yang menurutnya sesuai dengan proporsinya.

"Teruslah mendesah sayang, dan panggil namaku!"

Kini tangan nakal Jefrey mulai membelai bagian bawah milik Cindy. Dan aksinya itu makin membuat Cindy tak karu-karuan karena ini adalah pengalaman pertama gadis itu. Ketika sudah melakukan foreplay dengan aman, Jefrey memposisikan miliknya ke arah milik Cindy dan kemudian mulai menerobos masuk.

"Ugh! Sakit!!" Cindy terlihat meringis kesakitan dan hal itu membuat Jefrey menghentikan aksinya.

"Kau perawan?"

Cindy mengangguk pelan, seketika ia pun menitikkan air matanya.

"Aku bahkan baru mendapatkan ciuman pertamaku hari ini."

Deg!

Jefrey meymbeku ditempatnya merasa tidak percaya setelah mendengar pengakuan Cindy barusan.

"Jangan mengada-ada, Ndy!"

"Kau pikir aku sedang berbohong sekarang?"

Ini kali pertama Jefrey merasa bersalah ketika sedang berada diatas ranjang, ia bermaksud untuk menjauh namun Cindy menahannya.

"Kau sudah membuatku begini Jef, mau perawan atau tidak, apakah itu penting?"

"Hei, sebrengsek-brengseknya diriku, aku tidak bisa melakukannya! Maafkan aku Cindy."

Ketika Jefrey memberingsut jauh, lagi-lagi Cindy menahannya. Gadis itu merasa seperti jalang sekarang, tapi ia sudah diujung tanduk. Ia juga penasaran mengapa Irene dan Jessica bilang jika ini enak.

"Lakukan, Jef!"

"Cindy!"

"Ya! bukankah kau sendiri yang bilang jika diantara perempuan dan lelaki tidak ada namanya persahabatan? maka lakukan!"

"Tapi ini beda cerita, kupikir kau sudah pernah-- baiklah, kau sendiri yang memintaku melakukannya kan? jadi kuharap kau tidak akan menyesal setelah ini." putus Jefrey akhirnya.

"Aku akan melakukannya dengan lembut. Kau bisa mencakar punggungku jika rasanya sakit, aku tidak akan berhenti karena kau yang memulainya."

Cindy mengangguk paham, Jefrey pun memposisikan tubuhnya lagi. Dengan pelan Jefrey mulai menerobos milik Cindy lagi. Seperti yang Jefrey arahkan, Cindy mencakar punggung Jefrey menahan sakit. Mana ada enaknya ini? Jessica dan Irene sepertinya sudah mengada-ada.

"Aku akan membiarkan milikku beradaptasi didalam milikmu." ujar Jefrey meyakinkan.

"Jef, lanjutkan. Aku sudah merasa baik-baik saja." jawab Cindy setelah merasa sudah terbiasa dengan milik Jefrey yang ada didalamnya.

"Kau yakin?"

"Lakukan!"

Jefrey pun mulai menggerakkan miliknya pelan sambil memandang ekspresi Cindy yang terlihat masih kesakitan. Namun ia tidak mau berhenti, Jefrey akan menunjukkan kepada Cindy rasa nikmatnya melakukan seks ini. Lantas Jefrey pun mempercepat ritme sodokannya.

"Jefff!" desah Cindy ketika ia benar-benar mulai menikmati aksi Jefrey.

Ritme permainan Jefrey semakin bertambah cepat, desahan demi desahan saling bersahutan milik Cindy maupun Jefrey saling bersahutan memenuhi kamar itu.

"Cindy, tatap aku!" Jefrey menyuruh Cindy agar selalu menatapnya.

"Jeffff!"

"Ya, sebut namaku sayanggg.."

Dan tak berapa lama, mereka sama-sama mencapai klimaksnya.

"Aaaaaaaaaaahhhhh!"

Jefrey mencabut miliknya dari dalam Cindy dan mengeluarkan cairannya di atas perut gadis itu dan kemudian ia terkulai jatuh di atas tubuh Cindy. Lelaki itu berterima kasih pada Cindy karena sudah memberinya kepercayaan, namun Cindy sudah tak menanggapinya karena sudah lemas dan tak bertenaga.

Jefrey pun menarik selimut dan menutupi tubuh telanjangnya dengan Cindy lalu mereka terlelap.

"Selamat malam, Ndy. Mimpi indah."

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status