1 detik....
2 detik.....
3 detik....
"Ehemmm!.."
Leon berdehem memecah suasana yang terasa kaku setelah tantangan William. Lelaki itu benar-benar gila.
"Ya!! Apa kau gila,Wil??" ujar Cindy menyuarakan keterkejutannya.
"Waee??"
Sementara itu, Jefrey terdiam ditempatnya mencerna kata-kata William yang menantang Cindy agar menciumnya setelah gadis itu memilih tantangan. Jefrey tahu betapa gilanya seorang William, tapi ia juga tidak tahu jika imbas kegilaan lelaki itu sekarang justru membuat jantungnya berdegup tak karuan. Ia bahkan juga sudah membayangkan bagaimana jadinya jika Cindy menciumnya nanti. Astaga, sepertinya dirinya sudah tidak waras. Ya, tidak sebelum Cindy datang dengan pakaian basahnya. Sialan!
"Tak apa, jika kau menolak tantangan ini, kau bisa mengambil hukumannya." ujar William memberi pilihan.
"Mwo?? Hukuman?? "
Cindy tidak menyangka jika pilihannya akan berdampak pada tantangan gila dari seorang William Bryan, tapi diberi hukuman oleh lelaki itu juga bukanlah ide yang bagus karena Cindy tahu betul betapa tidak warasnya William jika sedang bermain. Mau mencium Jefrey ataupun memilih hukuman, baginya keduanya adalah sesuatu hal yang ingin ia hindari kalau bisa. William sialan! Rasanya Cindy ingin kabur saja sekarang.
"Jadi kau pilih yang mana, cindy?" tanya William.
Sementara itu, Irene, jessica dan Leon menunggu jawaban Cindy dengan antusias. Mereka penasaran dengan jawaban Cindy nantinya.
"Jadi??"
"Aku memilih mencium Jefrey." jawab Cindy akhirnya.
Semua orang tampak terkejut, namun kemudian bertepuk tangan dengan keras. Mereka sama sekali tidak menyangka pada akhirnya Cindy memilih mencium "Jerry" yang notabenenya adalah musuhnya. Pasalnya selama ini Cindy dan Jefrey selayaknya pemeran animasi Tom and Jerry yang dikenal tidak bisa akur.
Sementara itu, Jessica dan Irene terlihat melirik satu sama lain. Jika pada akhirnya Cindy memilih mencium Jefrey, artinya ini adalah momen ciuman pertama untuknya karena seperti yang pernah mereka tahu, Cindy belum pernah pacaran maupun beradegan intim dengan lelaki manapun. Dan hal yang sepenting ini haruskah Cindy melakukannya dengan Jefrey, daripada dengan seseorang yang ia sukai? Irene dan Jessica merasa hal ini adalah lelucon, ya walaupun sebenarnya mereka bersahabat jadi tidak masalah, tapi disisi lain seorang Jefrey Antonio adalah player kelas kakap yang eksistensinya jangan ditanya lagi.
Dan disisi lain, sama seperti yang lainnya, Jefrey pun juga sama terkejutnya dengan jawaban Cindyi. Ia pikir mungkin Cindy akan menolak tantangan William dan lebih memilih dihukum, tapi ternyata dugaannya salah. Karena pada kenyataannya, imajinasinya beberapa menit yang lalu benar-benar akan terjadi karena Cindy akan menciumnya.
"Bisakah kalian memejamkan mata kalian?? Aku malu." ucap Cindy pelan.
Semua orang tertawa, mereka merasa lucu dengan sikap Cindy barusan yang sangat menggemaskan.
"Tidak bisa,ini sudah aturannya. Cepat cium saja dan tantanganmu selesai." paksa Leon.
"Ini tak semudah apa yang kau pikirkan." protes Cindy. Namun gadis itu tetap melakukan tantangannya.
Jantung Cindy rasanya ingin melompat keluar dari tempatnya, dan yang lebih gilanya ini adalah first kiss-nya. First kiss yang seharusnya ia rasakan dengan seseorang yang ia cintai dan atas dasar cinta, tapi malah dibuat untuk main-main. Ya, Cindy melanggar janjinya sendiri.
Darah Jefrey terasa berdesir setelah Cindy merubah posisinya dengan duduk di sebelahnya. Padahal sebelum ke rumah William, dia tadi baik baik saja dan tidak merasa sakit. Tapi mengapa sekarang rasanya berbeda??
Cindy sudah duduk di samping Jefrey sekarang, mereka duduk bersebelahan dan yang lain mengarahkan dwinetra mereka ke arah mereka berdua. Kapan lagi melihat Tom and Jerry akurkan, ciuman lagi.
"Aku ingin cepat menyelesaikan ini Jef, jangan salah paham!" ujar Cindy memperingatkan.
"Ya!! Jangan sok percaya diri kau!" jawab Jefrey berpura-pura juga tidak menyukai tantangan ini.
Cindy mempoutkan bibirnya kesal, sikap ketus Jefrey barusan seakan menegaskan jika pada dasarnya lelaki itu tidak ada sikap gentle-gentlenya sedikitpun. Cindy akan segera move on, seperti perkataannya tadi, ia hanya ingin segera menyelesaikan tantangan ini. Ia pun mulai mempoutkan bibirnya, kali ini Cindy bukannya sedang kesal ataupun marah, tapi karena ia akan mencium Jefrey.
Cup!
Cindy berhasil menyelesaikan tantangannya dengan mencium pipi Jefrey barusan. Dan setelahnya, gadis itu kabur ke arah kamar mandi untuk menghindari ejekan mereka dan menyembunyikan pipinya yang berubah warna seperti tomat busuk.
"Cieeeeeeeeee..." sorak mereka bersamaan, kecuali Jefrey yang terdiam setelah masih bisa merasakan bibir Cindy mencium pipinya. Jefrey pikir dirinya sepertinya memang sudah tidak waras, baru saja dicium pipi saja reaksinya sudah begini, apalagi kalau lebih, hei!
"Hahahahaaa.. sudahlah kita berhenti saja sampai disini saja, aku ngantuk sekali." ucap Irene kepada mereka semua.
"Setuju, mending kita tidur dan menyimpan tenaga kita untuk besok." timpal Jessica setuju.
"Aku setuju dengan Irene dan Jessica, sebaiknya kita beristirahat. Goodnight everyone.." pamit Leon.
Dan mereka semua pun bubar meninggalkan William dan Jefrey di ruangan itu.
"Kau belum mau tidur, bro?"
"Aku belum ngantuk, aku masih mau menonton tv." jawab Jefrey sambil menyalakan tv yang ada di ruang tengah itu.
"Baiklah, aku tidur duluan ya." ujar William mengikuti yang lain untuk tidur.
Karena sangking besarnya rumah William, mereka semua memiliki kamar masing-masing. Besok pagi mereka semua sudah janjian untuk pergi jalan-jalan. Kini di ruangan tengah itu, hanya menyisakkan Jefrey seorang.
"Sialan, mengapa aku masih memikirkan ciuman Cindy sih?" ujar Jefrey merasa heran kepada dirinya sendiri. Dan lebih anehnya, Jefrey merasa menginginkan Cindy sekarang.
******
Cindy tidak bisa tidur sama sekali, entah mengapa ia masih saja terus-terusan kepikiran. Ia tahu ini terdengar tidak masuk akal, tapi wajah Jefrey terus membayanginya saat ini.
"Jika aku tidak kunjung tidur malam ini, maka aku akan bangun kesiangan besok."
Cindy pun berinisiatif untuk mencari angin segar menjernihkan pikirannya sejenak, barangkali setelahnya ia bisa sedikit rileks. Seharusnya semua orang sudah tidur sekarang. Dan benar saja, di luar kamarnya semua lampu sudah dimatikan dan hening. Ia pun berjalan menelusuri lorong penghubung kamar-kamar di rumah William. Cindy kadang heran, mungkinkah rumah lelaki itu dulu adalah bekas hotel karena sangking banyaknya kamar kosong di rumah ini. Rumah William memang sangat besar dan ini kali pertama mereka menginap di rumah lelaki itu karena rumahnya dekat dengan obyek wisata yang akan mereka kunjungi besok.
Disaat Cindy fokus menyusuri lorong dan tiba di depan sebuah kamar, langkahnya terhenti setelah tidak sengaja mendengar suara-suara aneh. Cindy yang penasaran otomatis langsung mendekat ke kamar itu lalu menempelkan telinganya pada pintu kamar. Sontak kedua matanya melebar setelah paham darimana suara itu berasal.
"Astaga, aku rasa urat malu jessica dan Leon sudah putus! Apakah mereka benar-benar melakukannya disini?"
Ya, suara itu berasal dari dua insan yang sedang mengadu kasih. Siapa lagi kalau bukan Leon dan Jessica yang merupakan couple di circle pertemanan mereka, tapi setidaknya apakah mereka tidak bisa menahan diri ketika sedang bersama-sama menginap seperti ini? Dan Cindy jadi teringat atas pernyataan Jessica tadi ketika menolak usulannya dan memilih tidur sendiri-sendiri dengan alasan banyak kamar Wiliam yang kosong. Dan dengan mudahnya ia percaya, padahal itu hanya akal-akalannya saja. Jessica sialan!
"Aku harus memberitahu Irene tentang hal ini. Semoga saja dia belum tidur."
Cindy pun menuju kamar Irene yang berjarak dua kamar dari kamar jessica tadi. Namun ketika Cindy berniat ingin mengetuk pintu gadis itu, lagi-lagi ia mendengar suara aneh yang persis seperti di kamar Jessica tadi. Sontak Cindy membungkam mulutnya tak percaya.
"Ya Tuhan, apakah Irene juga melakukannya?! Astaga, gadis-gadis ini benar-benar!" ucap Cindy tak percaya.
Ketika Cindy memilih untuk pergi, ia terdiam ditempatnya mencerna sesuatu.
"Tapi dengan siapa-- tidak mungkin!"
Ia berniat untuk membuka pintu setelah wajah Jefrey sekelebat masuk ke dalam pikirannya, Cindy tahu ini gila. Tapi ia benar-benar marah jika memang Jefrey dan Irene ada di kamar itu.
Belum sempat ia memegang gagang pintunya, tangannya ditahan oleh seseorang dan ia ditarik pergi dari sana. Tunggu.
"Jefrey?"
Entah mengapa Cindy merasa sangat lega ketika mengetahui yang melakukannya dengan Cindy bukan lelaki itu. Cindy tahu malam ini adalah malam paling konyol ketika menangkap ketiga sahabatnya-- tunggu, sejak kapan?
"Jef, apakah Irene dan William--"
"Kenapa? kau baru tahu jika mereka suka melakukan itu?" jawab Jefrey.
"Apakah mereka melakukannya tanpa status?" tanya Cindy pelan.
Jefrey terkekeh, "Cindy, itu hal yang lumrah. Apa kau mau mendengar hal ini? Perempuan dan lelaki itu tidak bisa bersahabat, di salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan perasaan."
"Hei, Jef, apa maksudmu??"
Jefrey mendekatkan wajahnya ke wajah Cindy, sebelum gadis itu menghindar, Jefrey sudah menahan pinggangnya.
"Apakah aku perlu menjelaskannya padamu, Cindy Emilo?"
To be continued....
Rated 21+Jefrey membanting tubuh Cindy ke atas ranjang berukuran kingsize itu. Cindy segera memberingsut ke sudut ranjang. Jefrey menatap nyalang atas kelakuan Cindy barusan."Cindy, kau tak perlu malu-malu seperti itu."Kepala Cindy menggeleng kuat, ia benar-benar merasa ketakutan sekarang. Setelah Jefrey memaksanya untuk masuk ke dalam kamar, lelaki itu sepertinya sudah kehilangan akal."Jef, apa maksudmu memperlakukan aku dengan seperti ini?" ucap Cindy pada lelaki itu yang bersikap berbeda tidak seperti biasanya."Cindy, jangan berpura-pura polos. Dan ah, aku juga ingin menunjukkan jika seorang perempuan dan lelaki itu tidak bisa bersahabat.""Tidak! sekarang aku paham, jadi lepaskan aku!" jawab Cindy ketakutan."Apakah kau tidak ingin seperti yang lain? mari bersenang-senang. Kau pasti akan menyukainya."&nb
Jessica dan Irene terlihat berjalan beriringan di lorong sekolah menuju kelas. Seperti biasa, mereka selalu bercanda di tengah perjalanan mereka menuju kelas."Astaga, benarkah?""Iya, Aku benar-benar tidak menyangka ada orang sekonyol itu.""Benar, eh, kenapa Cindy belum datang ya??""Iya benar, kemana perginya gadis itu? Sejak di rumah William, dia jadi aneh.""Benar sekali, dia jadi aneh. Bagaimana jika kita ke kelas memastikan dia sudah datang atau belum?" ajak Jessica."Kajja!"Jessica dan Irene pun bergegas ke kelas untuk mencari keberadaan Cindy sekaligus mengikuti pelajaran pertama karena bel masuk sudah berbunyi.***********"Hoammm.. Ngantuk sekali!""Kalau bukan karena dia, aku tidak akan susah-susah berangkat pagi-pagi buta begini. Sialan, aku melewatkan jam sarapanku!
"Awww,, lepaskan."Cindy ditarik paksa oleh Jefrey. Pergelangan Cindy terasa perih karena tarikan Jefrey yang terlalu keras.Jefrey melepaskan tarikannya karena kini mereka sudah sampai di atap sekolah. Ketika ia memutuskan untuk tidur didalam kelas tadi, tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik oleh seseorang yang ternyata adalah Jefrey."Apa yang kau lakukan,huh??" teriak Cindy tak terima karena Jefrey menyeretnya kesini. Merasa tak ada jawaban, Cindy merasa jengah dan bergegas pergi dari sana.Belum sempat berbalik, Cindy sudah ditarik Jefrey lagi dan langsung mendapatkan ciuman yang kasar pada bibirnya.Cindy membelalakan matanya, dia terkejut karena perlakuan Jefrey kepadanya.Jefrey menggigit bibir Cindy sehingga bibir gadis itu kini terbuka dan kesempatan itu tidak disia-siakan Jefrey untuk mengeksplor isi mulut Cindy.Cindy tersadar
Cindy tengah merapikan seragamnya, dia sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, ia suka sekali memerhatikan penampilannya sebelum berangkat sekolah. Cindy suka sekali mengucir rambutnya."Cindy?! Cepatlah keluar dari dalam kamarmu!" teriak mama Cindy dari luar." Iya ma." balas Cindy meneriaki mamanya."Cepat, sayang. Temanmu sudah menunggu!!!""Teman?? Jessica? Irene?"Cindy segera mengambil tasnya dan bergegas keluar dari kamarnya untuk memastikan siapa yang datang. Ia sangat penasaran dan menduga-duga, pasalnya jika memang Irene ataupun Jessica datang menjemputnya, mereka akan menghubunginya lebih dulu. Dan ketika ia sudah berada di ruang tamu, orang itu sedang bersama mamanya. Cindy hanya bisa terkejut setelah mengetahui siapa dia."Dylan??""Pagi, Cindy." sapa lelaki itu."Mengapa kau bisa ada disini?""
"Aww!" ringis Dylan ketika Cindy berusaha mengobati lukanya akibat tinjuan Jefrey diwajahnya."Maaf, aku akan pelan-pelan."Dylan tersenyum, ia menghentikan Cindy yang begitu perhatian mengobati lukanya. Tentu saja hal itu membuat Dylan sangat senang."Terima kasih."Cindy menghela nafas, ia sangat menyayangkan tindakan Jefrey kepada Dylan. Entah apapun alasannya, ia tidak mau mendengarkan penjelasan Jefrey karena dia sudah bersikap kasar."Maafkan kelakuan Jefrey tadi ya, aku tak menyangka dia bisa melakukan ini padamu, anak itu benar-benar!!""Tidak apa-apa, mungkin dia marah karena aku dekat denganmu akhir-akhir ini.""Mengapa kau berkata begitu? Kau kan temanku. Lagipula aku lebih senang berteman dengan anak yang baik seperti dirimu daripada mereka."Dan diluar dugaan, tiba-tiba Jessica dan Irene yang secara diam-diam mengikuti
Jefrey melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum. Emosinya kini sudah tak bisa ditahan lagi. Bagaimana tidak? Dengan kedua matanya sendiri, ia melihat William tiba-tiba datang dan langsung memeluk Cindy tanpa permisi.Apa yang ada di kepala William sebenarnya? Bukankah dia dekat dengan Irene? Tapi mengapa berani-beraninya dia memeluk Cindy-nya? Tentu saja Jefreyk tidak terima dan tidak kuasa melihat pemandangan itu dan memilih bergegas pergi.Walaupun dirinya terkenal dingin, ia juga punya hati. Dan entah sejak kapan hatinya terasa sakit, ahh.. itu dimulai sejak Jefrey jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, Cindy Emilo.********"William??"Cindy terlihat memastikan kalau ia tidak salah lihat. Ia kenal betul dengan parfum yang menguar dari orang di depannya ini. Bukannya apa-apa, Cindy sudah mengenal William
Cindy menghembuskan nafasnya lega, akhirnya ia dan Lala memenangkan olimpiade matematika dengan mendapat juara pertama nasional antar SMA."Cindy, kita berhasil" ucap Lala terharu.Cindy tersenyum dan membalas pelukan Lala merasa ingin menangis sekarang, ia tak menyangka usaha nya selama ini berhasil. Sesuai hadiah, pemenang pertama olimpiade ini akan langsung mendapatkan beasiswa di salah satu perguruan tinggi bergengsi di negeri paman sam.Cindy senang bukan kepalang, impiannya masuk ke dalam perguruan tinggi impiannya pun terkabul berkat kerja kerasnya sendiri. Rasanya sangat melegakan meskipun ia harus mengorbankan apapun termasuk sahabatnya sendiri.*****"Apa kalian sudah mendengar berita hari ini??""Berita apa?""Cindy dan Lala memenangkan olimpiade.""Wahhhhh...keren!!! Aku tak sabar bertemu den
Suasana benar-benar menjadi hening setelah Dylan menyatakan perasaannya kepada Cindy. Sementara itu Cindy masih terlihat kaget akan pengakuan Dylan yang selama ini ia anggap sekedar teman saja."Cindy, bagaimana?" tanya Dylan lagi.Cindy benar-benar tidak tahu harus menjawab apa karena sejujurnya ia sama sekali tidak memiliki perasaan lebih pada lelaki itu. Namun jika ia menolak, ia merasa tidak enak kepadanya. Dan sepertinya dewi fortuna sekarang berpihak padanya karena tiba-tiba entah bagaimana ceritanya ia bisa bertemu dengan Lala."Cindy?""Lala??""Hai? Eh, ada Dylan juga?"Cindy menghembuskan nafas lega karena terselematkan oleh kedatangan Lala. Sedangkan Dylan hanya menahan emosinya karena Cindy belum sempat menjawab ungkapan cintanya.Mengapa anak cupu ini harus datang sih? Batin Dylankesal."Lala, mengapa kau
Sudah dua hari berlalu semenjak Cindy mendapatkan bocoran siapa pelaku dibalik kecelakaan William. Dan jawaban pria itu benar-benar di luar dugaan, kalau Lisa bukanlah pelakunya melainkan seseorang yang ia kenal dekat.Cindy tidak tahu bagaimana ia harus menyikapi hal ini, karena jujur saja saat ini ia masih sangat terkejut dan bertanya-tanya, siapa orang itu. Pasalnya William belum sempat mengatakan siapa orang itu, karena Irene tiba-tiba muncul."Ndy?" Lamunan Cindy mau tidak mau harus buyar ketika secara tiba-tiba Jefrey datang ke rumahnya. Tunggu, bagaimana caranya pria itu masuk? Sementara ia sudah melarang penjaga keamanan rumahnya untuk tidak memperbolehkan seorang Jefrey Antonio, masuk ke dalam rumahnya.Cindy memang belum berbaikan dengan pria itu, atau lebih tepatnya Cindy sendirilah yang belum mau berbaikkan dengannya. Entah mengapa Cindy selalu merasa kesal ketika mengingat Jefrey terus membela Lisa.Ia tahu ini kon
“Akhir-akhir ini aku melihat kau dengan Jefrey terlihat tidak akur. Apakah sudah terjadi sesuatu di antara kalian?” Irene bertanya kepada Cindy yang duduk di sampingnya. Cindy hanya menoleh sebentar ke arah Irene, kepalanya mengangguk mengiyakan pertanyaan yang dilayangkan wanita itu.“Kau tidak perlu khawatir, Irene. Di dalam sebuah hubungan, pertengkaran kecil akan sering terjadi.” Jelas Cindy, dan hal itu membuat Irene tersenyum.“Kau benar, Ndy. Tapi sepertinya pertengkaran di antara kalian itu tampak begitu serius. Jika terjadi sesuatu, kau bisa menceritakannya kepadaku. Aku tidak mau melihat kedua sahabatku akhirnya berpisah lagi karena ego masing-masing.” Irene nampak menasehati dan menawarkan jasa curhat cuma-cuma kepada Cindy. Wanita itu hanya menggeleng dan tersenyum. Cindy tidak mau menceritakan masalahnya tentang Jefrey, karena hal ini menyangkut tentang seorang Lisa Watson dan sementara itu saat ini dia sedang dalam kecu
"Aku sudah menduganya, ada yang tidak beres dengan kejadian ini." Jessica baru saja kembali ke Korea bersama Leon, setelah pulang dari Sydney. Hari ini kedua orang itu datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan William. Mereka juga tahu jika Lisa Watson menemui William dan menanyakan keberadaan Jefrey segala. Dan Jessica tidak tahu apa motif dibalik sikap wanita itu yang tiba-tiba kembali muncul di permukaan."Apakah kalian sudah melapor kepada polisi karena alasan ini? Wanita itu patut dicurigai." timpal Leon. Jefrey dan Cindy menatap satu sama lain, tidak ada Irene disana karena mereka tidak ingin hal ini semakin menambah beban pikiran wanita itu. Karena keadaan emosinya yang masih belum stabil."Kita tidak boleh sembarangan melaporkan orang, meski wanita itu patut dicurigai, namun kita masih belum memiliki bukti. Bukankah begitu, Jef?""Ah iya, aku setuju dengan perkataan Cindy. Kita tidak bisa asal menuduh, karena tidak ada bukti kuat yang mengarah jika Lis
Jefrey dan Cindy resmi menjalin hubungan kembali setelah usaha William mempertemukan mereka di pesta ulang tahun Peters Smith, yang kebetulan bukan hanya teman SMP Jefrey, namun juga merupakan teman sejurusan Cindy di kampusnya itu. William mencari celah itu agar kedua sahabatnya itu bisa menyelesaikan permasalahan mereka empat tahun lalu dengan bonus, mereka kembali bersatu. Ya, William menjadi otak dibalik bersatunya Jefrey dan Cindy kembali. karena pria itu tahu jika sebenarnya kedua orang itu masih mencintai satu sama lain.Maka dari itu, Cindy maupun Jefrey begitu menghargai William. Namun belum genap sehari hubungan mereka menyatu, mereka berdua sudah dikejutkan dengan kabar tidak mengenakkan dari Korea, dimana Irene menghubungi Cindy seraya menangis tersedu-sedu. Irene mengabarkan jika William mengalami kecelakaan yang begitu parah, hingga membuatnya harus masuk ruang unit gawat darurat dan sedang menjalani masa kritisnya. Hal itu tentu saja langsung membuat Cindy dan
Jefrey baru saja kembali ke apartemennya setelah mengantar Cindy pulang, perasaannya saat ini benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia sangat bahagia sekali, karena akhirnya Cindy memberinya kesempatan setelah ia memintanya dengan segala bentuk keseriusan dan ketulusan dari dalam benaknya yang paling dalam. Dan Jefrey masih mengingat dengan jelas bagaimana Cindy menitipkan kepercayaannya lagi kepadanya, tentu saja Jefrey berjanji, ia akan menjaga kepercayaannya dan bertanggung jawab penuh menyembuhkan luka wanita itu."Oh, aku harus memberitahu William tentang hal ini. Pria itu pasti akan senang."Dia pun menekan nomor William di ponselnya dan kemudian mengubunginya. Tidak berapa telepon itupun tersambung."Halo, Wil?"Jefrey mengernyitkan dahinya ketika mendengar bukan William lah yang mengangkat teleponnya, ia tahu suara ini. Dia pasti sedang berduaan dengan Irene."Ck, mentang-mentang mau nikah, nempel terus." sindir Jefrey halus,
Keadaan kafe itu cukup ramai, karena bertepatan dengan jam makan siang, jadi cukup banyak pengunjung siang itu. Mobil yang membawa Jefrey dan Cindy sudah terparkir di depan kafe, keduanya sudah masuk ke dalam dan duduk di meja yang kosong."Mau makan apa, Jef?" Cindy bertanya kepada Jefrey yang baru saja duduk di kursinya. Jefrey menatap Cindy."Sama punyamu sajalah.""Yakin enggak mau nyoba yang lain?"Jefrey menggelengkan kepalanya. "Iya, yakin."Cindy pun akhirnya memesankan menu makan siang Jefrey sama seperti pesanannya yaitu dua pastrami dengan isi bacon dan juga dua americano. Setelah pelayan pergi, kini mereka kembali berduaan. Meski ada insiden kecil di apartemen tadi, keduanya masih bisa mengatasi situasi canggung di antara mereka. Jefrey memandang Cindy yang sedang memerhatikan musik live yang dibawakan oleh seorang penyanyi di atas panggung kecil itu."Suaranya bagus ya?" Jefrey memulai obrolan lagi. Cindy yang awalnya t
Malam itu, disaat untuk pertama kalinya ia bertemu kembali dengannya, disaat itu juga harapan terbesarnya hancur. Jefrey masih di New York, rencananya ia juga akan liburan. Namun, entah mengapa ia lebih memilih berbaring di ranjangnya saat ini.Cindy Anderson.Nama itu terus terngiang dikepalanya, diikuti dengan wajah cantiknya yang sama sekali tidak membosankan saat dipandang. Mengapa memilikinya bukan perkara yang mudah? Jefrey memiliki segalanya. Namun ia masih tidak bisa memiliki wanita itu. Setelah dia menolaknya malam itu, hingga hari ini ia belum bertemu dengannya lagi. Jefrey merutuk dirinya sendiri karena selalu menjadi seorang pengecut di depan Cindy.Ini semua karena ketidakpercayaan dirinya, ia takut ditolak, dan sekarang dirinya benar-benar berakhir ditolak. Disaat asyik melamun, tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan enggan Jefrey mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Nama
"Wil, apakah kau tidak ingin menyerah?" Cindy memandang pria didepannya itu tidak percaya. Pasalnya sudah berbulan-bulan dia singgah di New York, hanya ingin membujuknya untuk mau menemui seorang Jefrey Antonio lagi. Apakah William sudah kehilangan akal? Mengapa dia harus berusaha sekeras ini untuk membujuknya, sementara pria itu tidak mengusahakan apapun untuk menebus kesalahannya empat tahun yang lalu.Sebenarnya Cindy tidak terlalu berharap, karena sekarang ia sudah nyaman dengan keadaannya. Luka waktu itu memang belum sepenuhnya sembuh, namun Cindy sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Ia hanya ingin hidup dengan nyaman, tanpa adanya dendam yang mengganjalnya."Kau tahu kenapa aku begitu serius menyuruhmu untuk menemui Jefrey kembali? Karena kalian belum selesai." ucap William menyuarakan isi pikirannya yang selama ini ia tahan. Tentu, William juga tahu ini bukan masalahnya. Namun sebagai sahabat, ia juga berhak menjadi pihak penengah dan pemecah masalah diantara
"Aku akan melamar kekasihku malam ini." Kalimat itu terus terngiang dikepala Jefrey. Kini ia sedang berada di dalam toilet untuk menepi, atau lebih tepatnya menenangkan dirinya yang mendadak berantakan.Cindy datang ke pesta, dan dia terlihat mesra dan juga akrab dengan Peters. Dan kini ia menebak-nebak jika kekasih yang akan dilamar oleh pria itu yaitu Cindy Anderson. Sontak Jefrey menggelengkan kepalanya, berusaha menampik tebakannya sendiri. Padahal ia berniat baik-baik untuk datang mengunjungi kawan lamanya itu, tapi mengapa sekarang kesannya ia malah dihadapkan dengan situasi tidak terduga semacam ini? Tentu saja Jefrey tidak siap. Ia akan sangat senang jika dugaannya bisa jadi salah, namun jika pada akhirnya kenyataannya benar begitu, Jefrey tahu ini berlebihan, tapi mungkin ia akan hancur.Selama ini ia harus menunggu momen yang tepat untuk memperbaiki hubungannya dengan Cindy, ia menunggu saat-saat wanita itu mau menerima dan memaafkannya. N