Allicia pov
Aku berjalan tak tentu arah. Rasa sedih dan kecewa begitu kurasakan. Sedih karena daddy memarahiku tanpa perduli aku tak bersalah bahkan daddy tidak mencari tahu dulu kebenarannya. Kecewa pada kak Angel yang tega memfitnahku dan kak Rora yang diam saja saat daddy memarahiku, seakan aku memang pelakunya. Padahal dia juga melihat bagaimana aku membelanya.
Apa salahku Tuhan. Aku selalu diajarkan oleh mereka untuk berbicara jujur, tapi disaat aku jujur mereka tidak mempercayaiku. Apa karena aku masih kecil jadi pendapatku tidak berarti?? Kenapa kak Angel bisa sejahat itu padaku ??
Sepanjang jalan air mataku mengalir tak bisa kucegah.
Kakiku membawaku pada sebuah taman yang membeku penuh di lapisi salju. Aku berjalan kearah kursi taman ada tumpukan salju menutupi sebagian kursi. Tubuhku menggigil, seluruh sarafku seakan mati rasa. Rasa dingin ini membuat tubuhku terasa membeku. Tubuh mungilku tidak sanggup melawan dinginnya udara. Kakiku tak sanggup lagi bergerak. Pandanganku sudah mengabur, kesadaranku perlahan menghilang. Tapi sebelum kegelapan memelukku mataku menangkap sosok seusia kak Austin datang menghampiriku. Inderaku mati rasa. Dia menggumamkan sesuatu, yang kutahu dia memiliki mata biru sebiru mataku. Dia memelukku, mencoba memberiku kehangatan.
“Terrrima kasssihh,” lirihku dengan gigi gemeletuk karena dingin, sampai akhirnya kegelapan benar-benar memelukku dalam pelukannya.
Aku pingsan dalam pelukan anak seusia Kak Austin yang memiliki mata biru sebiru mataku.
**
“Gimana uncle? Gadisku tak apa kan?” tanya seorang anak berusia tujuh tahun lebih bernetra biru. Dari tadi anak itu tidak pernah beranjak dari samping gadis kecil yang ditemukannya kedinginan di taman, dia sungguh mengkhawatirkan gadis cilik ini.
“Jadi gadis kecil ini, gadismu?” goda dokter Hans. Dia dokter pribadi keluarga Dexter, orang tua dari pria cilik itu.
“Ya, dia milikku,” tegas bocah cilik itu, membuat orang yang baru masuk terkekeh geli.
“Dia sangat mirip daddynya,” sahut mommy bocah cilik itu. Dijawab anggukan dan senyuman dari dokter Hans, karena selain dokter pribadi keluarga ini, dia juga sangat mengenal bagaimana seorang Jonathan Dexter jika sudah menyukai sesuatu pasti dengan tegas langsung mengklaim sebagai miliknya.
“Bagaimana kondisi gadis kecil ini?” tanya Selena, Mommy bocah cilik itu kemudian.
“Gadis kecil ini terkena hypotermia Sel, dia butuh diberi kehangatan,” jawab dokter Hans kepada Selena.
“Ah... aku bisa membuatnya hangat,” seru bocah kecil itu, seraya membuka kemejanya dan ikut masuk ke dalam selimut dimana gadisnya berada. Bocah tampan itu bersumpah akan membuat gadisnya sehat kembali. Dia tidak perduli jika sakit gadisnya berpindah ke tubuhnya, dia rela.
Kedua orang dewasa itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan dari bocah tampan itu. Mereka memaklumi tindakan heroic dari bocah kecil itu, dan tidak melarangnya.
“Jangan menyakitinya, Marc,” kata Selena, mommy Marc. Merekapun berlalu meninggalkan kedua bocah itu.
“Pasti mom,” sahutnya pelan, tak mau mengusik istirahat gadisnya. Dia memeluk tubuh mungil itu kedalam pelukannya, dan ikut memejamkan matanya.
***
Sementara di kediaman keluarga Jashon, tampak kelam, tak ada yang berbicara. Sang istri tampak menangis memanggil putri kecilnya yang pergi menghilang.
“Kenapa daddy tidak mencari kebenarannya. Aku sangat mengenal Cia dia tidak pernah berbohong. Lagipula tadi Cia bermain salju denganku, tapi Angel memanggilnya untuk bermain. Aku yakin dad, Angel bohong. Cia tidak mungkin merusak mainan Aurora. Rora, jawab kakak, apa benar Cia yang merusak mainan kamu? Jawab Rora!! Ini salahmu jika sampai terjadi hal buruk padanya aku tidak akan pernah memaafkan kalian berdua,” teriak Austin penuh kemarahan, apalagi Aurora yang tidak menjawab pertanyaannya membuatnya semakin murka.
Memang kedekatannya dengan Cia melebihi saudaranya yang lain. Sejak kejadian yang menimpa Cia waktu dia bayi, membuatnya extra hati-hati menjaga Cia. Harusnya dia tidak mempercayai Angel lagi sejak dia melihat anak kurang ajar itu hampir membunuh Cia dengan bantal. Harusnya dia tahu betapa liciknya gadis kurang ajar itu.
Dia sebenarnya masih mau mencari keberadaan adiknya di luar sana, tapi daddynya melarang dan menyuruhnya kembali kerumah karena cuaca yang semakin memburuk. Daddy sudah menyuruh orang suruhannya untuk mencari keberadaan adiknya itu.
“Kamu ada dimana Cia?” bisiknya. Dilihatnya salju masih turun dengan lebat jatuh dari langit, pandangannya nanar keluar jendela.
Rasa khawatir akan keselamatan adiknya begitu menyiksanya. Bagaimana adiknya akan bertahan di luar, bagaimana jika adiknya bertemu dengan orang jahat. Pikiran-pikiran seperti itulah yang memenuhi kepalanya.
“Mom, Cia baik-baik saja kan mom?” tanya Bella yang terus menangis dalam pelukan Kanaya.
“Dia pasti baik-baik saja,” tepukan Daffa kakak tertuanya menenangkannya.
“Semoga saja,” gumam Austin.
Rasa penyesalan tentu saja dirasakan oleh Jashon. Sebagai ayah yang sudah tidak mempercayai kata-kata putri tercintanya. Bahkan dia sudah membentak putri ciliknya. Bagaimana dia bisa tega melakukannya. Penyesalan melingkupi hatinya. Seharusnya aku mendengarnya, seharusnya aku mempercayainya. Sesalnya.
Argghhh...Jashon menjambak rambutnya frustasi. Dia sangat marah pada dirinya sendiri. Kalau terjadi hal buruk pada gadis kecilnya, maka dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Apalagi belum ada kabar dari orang suruhannya. Sebenarnya mereka bisa bekerja tidak sih?? Pikirannya terus berkecamuk dengan beragam kemungkinan apa yang akan menimpa putri kecilnya. Dia merutuki kebodohannya yang bisa kehilangan jejak putrinya. Cia hanya anak kecil, harusnya dia bisa mengejarnya.
Diantara semua keluarga yang bersedih ada satu sosok yang sangat senang dengan kepergian Cia. Dia bahkan berharap Cia tidak ditemukan. Akhirnya sedikit demi sedikit dia bisa membuat mommynya tersenyum di sana, karena dia bisa membalas sakit hati mommynya. Tunggu saja mom, aku akan membuat keluarga ini membayar atas perbuatannya padamu. Batinnya penuh rencana jahat.
***
Gadis itu sudah tidak sedingin semalam. Salju sudah berhenti turun, tapi hawa dingin masih terasa.
Diperhatikannya wajah cantiknya. Dirabanya dahi gadis itu suhunya belum bisa dikatakan normal, bahkan badannya panas sekarang. Dia tadi sampai terbangun karena badan gadis itu yang sepanas bara.
Matanya tertutup, memperlihatkan bulu matanya yang lentik. Hidungnya yang mancung, bibir merah mudanya yang menggemaskan. Dirabanya bibir mungil itu sangat lembut dan hangat.
Cup
Rasanya juga lembut dan kenyal, dia ingin lagi...
Cup
Cup
Ya ampun bibir ini sangat enak dicium, dia tidak bisa berhenti. Mata gadis itu mulai terbuka, dia mengerjap-ngerjapkan bola matanya, dia terbangun karena ada yang mengganggu tidurnya.
Sungguh menggemaskan, batin Marc, tak tahan...
Cup
Cup
Diciumnya kedua mata gadis itu.
“Le mine, kau tahu artinya? Artinya kau milikku,” bisiknya di telinga gadis kecil itu yang hanya bisa menatap mata biru di depannya dengan takjub.
Pipinya memerah karena malu, dia memang sering dicium di pipinya dan juga keningnya, tapi hanya oleh keluarganya. Bocah kecil di sampingnya itu, dia bahkan baru mengenalnya dan apalagi bocah kecil di depannya itu sangat tampan.
“Ini Eternal Love. Jangan pernah kau lepaskan atau kau hilangkan! Karena ini hatiku,” katanya sambil memakaikan kalung berbandul hati dengan warna semerah darah.
“Hai Marc, keluarga gadis kecil ini sudah datang, dia sudah dijemput,” kata-kata Selena membuat keduanya sadar bahwa mereka akan segera berpisah.
“Tapi mom...,” Marc mendesah lirih, dia belum mau berpisah dari gadis kecilnya
“Dimana putri saya, saya datang untuk menjemputnya,” ujar suatu suara yang sangat dikenal oleh Cia.
Suara yang pernah sangat dirindukannya jika beliau pergi keluar kota atau bahkan keluar negri dan mereka tidak berjumpa. Cia bahkan betah berlama-lama menelpon daddy karena merindukan suaranya yang penuh kasih sayang.
Tapi sejak kejadian semalam suara itu berubah menjadi suara yang paling ditakutinya. Badannya bergetar menatap daddynya yang memasuki ruangan kamar Marc tempatnya bermalam semalam. Tanpa disadarinya dia menggapai tangan Marc meminta dukungannya, dia sangat takut saat ini. Dia mencengkeram tangan penolongnya tanpa suara. Ada perasaan takut saat melihat daddynya.
“Mom, lihat dia tidak mau pulang,” teriak Marc sambil memeluk gadis kecilnya. Tak membiarkan gadis kecilnya dibawa pergi.
“Marc jangan begitu, ini daddynya nak,” kata Selena merasa tidak enak dengan tuan Jashon, setidaknya dia mengetahui siapa pria berjas mewah di depannya ini, dan anaknya mungkin menyinggung pria kaya ini.
Tanpa menghiraukan larangan anak kecil itu Jashon mengangkat tubuh kecil putrinya yang meronta dalam pelukannya. Gadis kecil itu tidak bersuara tapi usahanya untuk terlepas dari rangkulannya membuatnya teriris.
Anaknya dulu sangat menyukai berada dalam dekapannya, tapi sekarang gadis kecilnya menolaknya. Dia menolak diajak pergi, tangan gadis itu menggapai ke arah Marc seakan meminta pertolongan. Tatapannya begitu mengiris Marc, kenapa gadis kecil itu tidak mau ikut ayahnya? Apa ayahnya akan menyakitinya?
“Jangan! Jangan dibawa! Mom tolong lepas, dia tidak mau ikut daddynya. Daddynya pasti jahat mom, kita harus tolong dia,” Marc itu menepis pelukan mommynya, berlari memburu gadis kecilnya yang sudah memasuki mobil.
“Tunggu aku, aku akan membawamu pergi... tunggu aku dewasa, aku akan menjemputmu, Aku berjanji,” janjinya. Gadis kecil itu mengangguk sambil menggenggam erat bandul pemberian bocah kecil bermata biru yang sudah jadi penyelamatnya.
Kalau tidak ada dia, Cia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Senyum tersungging dibibir mungilnya, dibalas oleh senyuman lebar Marc. Marc melambaikan tangannya sampai mobil yang membawa Cia menghilang. Dia masih bisa melihat bayangan Cia yang melambai dari kursi belakang.
>>Bersambubg>>
Semalam badan Cia demam, dia sering mengigau. Dia juga mendapat mimpi buruk, dia akan berteriak-teriak dalam tidurnya dan bangun dengan tubuh basah kuyub. Kanaya selalu setia merawat putrinya, setelah kemarin malam dia merutuki ketidakberdayaannya untuk melindungi putri kecilnya, dan berakhir dengan menghilangnya putri kecilnya itu. Dia digempur rasa bersalah. Dia akan mencurahkan kasih sayangnya untuk kesembuhan Cia.Cia hanya memperbolehkannya, Austin, Daffa dan Bella untuk menjenguknya dan menemaninya. Dia akan melempar apa saja jika yang datang Jashon atau dua saudaranya yang lain. Dia juga akan berteriak histeris. Dan itu tentu saja membuat Jashon dilanda kesedihan yang teramat dalam.Apalagi dokter Hans, dokter yang merawat Cia di kediaman keluarga Dexter menceritakan bagaimana keadaan Cia saat pertama kali dia datang ke sana. Setelah Selena memintanya ke rumah karena ada teman Marc yang sakit. Sungguh saat itu tubuh Cia sudah membiru, ada darah keluar
Tahun berganti tahun, banyak yang berubah dari seorang Allicia dari bocah cilik periang, selalu berceloteh ini itu, gadis cilik yang kritis dan menggemaskan suka bertanya banyak hal, hangat dan tidak suka duduk diam. Yang senang melakukan aktivitas dengan ketiga saudaranya dengan riang gembira, tak ada lagi rengekan penuh kemanjaan darinya.Jangan harap bisa melihat senyuman manisnya lagi atau tatapan penuh kebahagiaan miliknya. Sejak kejadian beberapa tahun yang lalu merubahnya menjadi pribadi yang tertutup. Hanya dengan Austinlah kadang senyum tulusnya dia perlihatkan, itu pun hanya senyum di ujung bibirnya.Dia masih berinteraksi dengan saudaranya dan mommynya tapi tak ada senyuman ataupun celoteh lucunya.Saat dia bermain basket dengan Austin dia hanya memperhatikan anjuran Austin tanpa bertanya atau mengeluh, dia hanya mengangguk tanda mengerti.Di sekolah pun dia selalu menyendiri, seakan dia punya dunianya sendiri. Walau begitu tidak ada yang berani me
Selama ini Allicia selalu menyimpan tangisnya sendiri, dia memang berubah muram tapi dia tidak pernah menangis didepan siapa pun.Tapi mendengar bentakkan daddynya bukanlah hal yang ingin didengarnya. Dia rindu daddynya yang selalu menggendongnya saat daddynya pulang kerja, menciumi pipinya, bercerita banyak hal padanya hingga dia tertawa. Dia rindu daddy yang menjahilinya, dia rindu semua tentang daddynya, dia hanya ingin daddynya minta maaf karena dulu membentaknya atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Tapi keinginan sederhananya tidak pernah terwujud, sudah berapa ulang tahunnya ia lalui tanpa perayaan karena hatinya yang lara.Kenapa? Apa daddynya tidak lagi menyayanginya?Dan kini untuk kedua kalinya daddy membentaknya. Badannya bergetar usai daddy mengatakan hal yang tak ingin didengarnya. Daddy pergi dengan menggendong Aurora yang penuh darah, dia melihat kedua tangannya yang penuh darah, ada pisau ditangan kanannya.Sungguh dia tak tahu apa yang ter
Allicia PovSuara hiruk pikuk bandara Soekarno hatta, menyadarkanku akan perbedaan suasana dengan di New York, bahasa yang berbeda kadang mommy ajarkan padaku, bahkan kak Daffa dan kak Bella juga sering bercerita tentang tanah kelahiran mereka. Entahlah euforia baru ini membawaku seakan dalam dimensi yang berbeda, memberikan harapan baru padaku, sebuah Kesempatan kedua, sebuah kebahagiaan. Hidup Baru!!YeayyyAh rasanya tak sabar menjelang hari baru, lingkungan baru, teman baru. Sekolah? Apa papa Aby mengijinkannya untuk sekolah? Kenapa ini tidak terpikirkan olehku sebelumnya, dia cuma orang asing...Tapi aku ingin sekolah, apa aku tanyakan saja?"Pa...apa nanti aku juga sekolah?" tanyaku penuh harap."Tentu sayang, didekat rumah papa ada sekolah internasional jadi kamu bisa sekolah disana,” kata Papa Aby penuh kelembutan membuat perasaanku menghangat."Asik... nanti aku dapat teman baru ya pa?" sahutku senang"Pasti, siapa sih yang tidak mau
Angel merasa sangat puas sudah bisa membuat Allicia dibuang, mom kini aku anak daddy hanya aku putri daddy, aku juga akan buat wanita perusak rumah tangga mom dan dad itu pergi seperti putrinya, hanya mom yang pantas jadi istri dad, wanita itu jahat mengusir mom padahal mom hamil aku dan kondisi mom tidak baik, wanita itu benar benar iblis, tingkahnya sok baik padahal sudah membuatku tidak punya mom dan dad lagi, baik Daffa, Bella, Austin, Aurora dan juga Allicia mereka tidak berhak memanggil daddyku dengan panggilan daddy, tak akan kubiarkan. Tatapan penuh dendam berkilat dimata hazel itu. Hanya aku...aku satu-satunya putri Jashon Klein. Angel menatap sebuah foto seorang wanita cantik, dia selalu menyimpan foto Mommynya di kamarnya. Dia tersenyum bahagia sambil mengusap pelan foto Mommynya."Angel... Angel... Keluar,” Suara gedoran dan teriakan Jashon terdengar.Khayalannya terganggu oleh teriakan daddynya didepan pintu, ada apa?batinnya. Kenapa daddy memanggilnya
Jashon sadar kesalahan terbesar ada padanya.Badannya meluruh, dia menyadari dia tidak cukup bijak dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan keluarganya, dia bahkan menuduh putrinya sendiri, dia audah lupa kapan terakhir dia bercanda atau bercengkrama dengan putri kecilnya itu...Dia merindukan suara manjanya, senyum manisnya, mata birunya yang seterang langit biru, begitu cerah, dia baru melihat mata biru secerah mata putrinya."Kenapa kamu lakuin itu ke Allicia, salah apa dia sama kamu, kami bahkan udah anggap kamu kayak saudara sendiri, kenapa?" bentak Daffa pemuda remaja itu sangat gusar, dengan tingkah Angel, yang tak tau terimakasih."Karena aku juga anak Daddy, kenapa aku tidak mendapat nama daddy dinamaku seperti Allicia,” bantah Angela merasa marah."Karena kamu bukan anak daddy,” tantang Daffa lagi, semua sudah lacur, tak perlu rahasia itu ditutupi lagi."Bohong, aku anak daddy dengan mom Jessi, mom Kanaya yang jahat udah pisahin
Allicia povSudah seminggu lebih aku tinggal di Jakarta, aku juga sudah banyak teman, mereka semua ramah, tapi ada juga yang sikapnya nyebelin tapi abaikan mereka.Langkahku riang memasuki sebuah rumah yang sudah kutinggali lebih dari seminggu Ini. Dari tadi mulutku selalu menyanyikan lagu ini, ada yang suka nggak?Apa salah dan dosaku sayangCinta suciku kau buang buangLihat jurus yang kuberikan Jaran goyangJaran goyangMulutku asik berdendang lagu asik yang banyak digandrungi di sini, enak sih jadi pingin goyang. Kadang pinggulnya ikut bergoyang... Aseek...sedap cui...begitu kata anak gaul, batin Cia."Selamat datang Cia!" teriakku saat memasuki rumah yang sudah seminggu lebih ini kutempati."Aku pulang gitu salamnya, anak papa ini memang ngegemesin,” Saat aku masuk ternyata papa Aby udah ada di ruang tamu, asik dengan laptopnya, mengacak rambutku gemas saat aku mendekat pad
"Cia, daddy minta maaf ya. Daddy udah bentak kamu nuduh kamu tanpa daddy tau yang sebenarnya, tapi apa yang daddy lakukan saat itu daddy... daddy melihat kondisi Aurora yang berdarah dan melihatmu yang memegang pisau dan kedua tanganmu penuh darah, dalam kondisi panik daddy... menurutmu apa yang ada pikiran semua orang saat melihat Aurora terluka dan kamu memegang pisau pasti semua berpikiran bahwa kamu pelakunya, maaf... sungguh daddy minta maaf sayang, daddy sudah berpikir yang tidak tidak padamu,” Sesal Jashon, air matanya tak berhenti mengalir, melihat putrinya mengabaikannya dan bahkan tak mau memandangnya."Apa daddy pikir aku sanggup melakukannya, apa kalian semua berpikir aku bisa melukai saudaraku sendiri?" bentaknya, sudah cukup dia menanggung kesedihannya sendiri, rasa kecewanya sendiri."Sebenarnya yang membuatku terluka adalah kalian yang tidak mempercayaiku, apa aku begitu buruk dimata kalian, apa aku pernah melakukan kejahatan hingga kalian berpikir aku sa