Allicia pov
Sudah seminggu lebih aku tinggal di Jakarta, aku juga sudah banyak teman, mereka semua ramah, tapi ada juga yang sikapnya nyebelin tapi abaikan mereka.
Langkahku riang memasuki sebuah rumah yang sudah kutinggali lebih dari seminggu Ini. Dari tadi mulutku selalu menyanyikan lagu ini, ada yang suka nggak?
Apa salah dan dosaku sayang
Cinta suciku kau buang buang
Lihat jurus yang kuberikan
Jaran goyang
Jaran goyang
Mulutku asik berdendang lagu asik yang banyak digandrungi di sini, enak sih jadi pingin goyang. Kadang pinggulnya ikut bergoyang... Aseek...sedap cui...begitu kata anak gaul, batin Cia.
"Selamat datang Cia!" teriakku saat memasuki rumah yang sudah seminggu lebih ini kutempati.
"Aku pulang gitu salamnya, anak papa ini memang ngegemesin,” Saat aku masuk ternyata papa Aby udah ada di ruang tamu, asik dengan laptopnya, mengacak rambutku gemas saat aku mendekat padanya dan menyalim tangannya, hal yang biasa dilakukan temanku, jadi aku menirunya, dia tersenyum bahagia.
"He... he... nggak tau kalo papa udah pulang, tumben,” sahutku, menilai kejadian yang tidak biasa ini.
"Iya pengen bicara sama kamu, gimana sekolahnya, betah?" tanya Papa Aby lembut.
"Betah, masa pa tadi ada kakak kelasku ngajak battle gitu,” ceritaku padanya, aku menyamankan dudukku disampingnya.
"Battle apaan, nggak boleh aneh aneh ya,” ancamnya.
"Ish Papa aneh apaan sih, orang dia nantangin Cia tanding basket, eh dia pikir Cia nggak bisa, belum tau dia Cia kan punya guru paling handal, kak Aus_” ucapanku terpotong dan seketika rasa sedih merayapi hatiku saat mengingat kakaknya itu, dia memang membencinya tapi dia juga merindukannya.
"Kamu kangen sama kak Austin?"tanya Papa menyelidik
Cia cuma mengangguk pelan, dia memang tidak biasa berbohong, buat apa, orang dia jujur saja nggak ada yang percaya, jadi tidak ada bedanya padanya, tapi ajaran mommynya sudah mendarah daging padanya.
"Kamu mau ketemu dengan kak Austin?" tanya Papa lagi.
Cia mengangguk tapi kemudian menggeleng. Membuat lelaki paruh baya didepannya terkekeh geli dengan tingkah putri angkatnya itu. dia mengacak lembut rambut Cia.
"Kenapa?" tanya Papa Aby penasaran.
"Kak Austin jahat,” lirihnya, tak terasa air mataku lolos membasahi Pipiku, buru buru kuhapus dengan kasar
"Tak boleh menangis, Cia kuat,” tegasku sambil menghela nafas kuat.
"Gimana kalau mereka semua datang dan minta maaf pada Cia?" Kenapa pertanyaan papa seperti ambigu ya...
"Nggak mau, mereka jahat, papa nggak nyuruh aku pergi kan seperti daddy?" tanyaku, apa aku nakal sampai papa juga mau aku pergi?
"Tidak sayang, Papa senang Cia mau tinggal sama Papa,” jawab Papa Aby sambil membelai lembut rambut panjang Cia.
"Cia juga,” jawabku, memang Papa bukan ayah kandungku, tapi kasih sayangnya padaku, kepercayaannya padaku yang begitu besar melebihi keluarganya.
"Tadi mommy kamu nelpon papa katanya mereka semua mau kesini, mau minta maaf sama kamu,” kata Papa Aby lembut.
"Aku nggak perduli, Cia masuk dulu ya pa, capek, mau mandi,” sahutku cuek.
"Iya, nanti makan malam keluar ya, papa pingin ngajak kamu ngerasain masakan indonesia yang super enak, mau?" tawar Papa Aby sebelum kakiku melangkah ke arah kamarku.
"Asik, mau banget Pa, si Sophie bilang rendang Iga di Mangga dua enak pa, aku pingin coba, boleh ya?" tanyaku penuh harap, karena sempet ngiler saat Sophie bercerita tantang Rendang iga
"Ya udah, sana siap-siap,” Papa Aby menyetujui.
**
Usai makan malam berdua dengan Papa, kami pulang sekitar pukul 20.30, saat memaduki pekarangan rumah, kurasa Papa kedatangan tamu, karena ada dua mobil yang masih baru terparkir disana.
Saat aku turun dari mobil, kulihat penghuni dari dua mobil itu juga turun, mataku membulat tak percaya, jadi mereka beneran datang kesini.
"Hai Cia, miss me?" tanya kak Austin dengan gaya menggodanya, tapi untuk kali ini tak berpengaruh padaku, moodku langsung terjun bebas melihat mereka disini, apa mereka belum puas menuduhku, apa lagi tudahan mereka buatku.
Tak kuhiraukan mereka, dengan langkah menghentak aku memasuki rumah, dan langsung menuju kamarku, kukunci kamarku, baru aku bisa menangis, tubuhku meluruh dilantai, kenapa mereka masih mengusik hidupku, apa mereka tidak suka jika hidupku bahagia.
Kurebahkan tubuhku, tanpa perlu membersihkan tubuhku dulu, hal yang tidak pernah kulakukan, tapi tubuhku sangat lelah, airmataku sudah membasahi bantalku, kudengan ketukan dan seruan mommy, daddy dan saudaraku, tapi tak kuhiraukan kututup telingaku dengan bantal, kupejamkan mataku berharap aku bisa terlelap dan saat bangun aku tidak bertemu mereka lagi.
**
Saat bangun tidur, aku melakukan ritual yang biasa kulakukan, aku turun kemeja makan dengan bersenandung komplit dengan seragam dan keperluan sekolahku.
Pemandangan yang dulu sering kulihat kini kulihat lagi di meja makan yang biasanya hanya Papa Aby dan mbok Sum, ART disini, tapi sekarang...sontak langkahku terhenti, apa aku akan tetap ke meja makan atau langsung ke sekolah saja, ah...anggap saja mereka tak ada.
"Pagi Pa,” sapaku, ingat hanya pada Papa ya...
"Pagi sayang,” sapa mereka kompak, dalam beberapa detik aku hanya bisa bengong.
"Nanti aku anter ya sweethart,” tawar kak Austin dengan senyum mautnya, ah...tak mempan, basi, aku cuma melengos.
Aku masih marah pada mereka, mereka bahkan datang begitu saja, seakan tidak pernah menyakitinya, pandanganku kualihkan dari Makanan yang sudah diberikan Mbok Sum, kepada Papa Aby, tanpa menyahuti perkataan kak Austin.
"Pa, nanti aku dijemput Sophie ya, pulangnya agak telat, soalnya yang kemarin ku ceritain itu lo pa, seniorku yang ngajak tanding basket, rencananya habis bubar sekolah, nggak papa kan pa?" tanyaku ke Papa tak kuperdulikan tawaran kak Austin dan ketiga saudaraku yang lain, ya aku agak terkejut sebenarnya melihatnya dan kemana kak Angel? atau tatapan pria dan wanita yang sudah melahirkanku yang menatapku dengan tatapan terluka mereka, aku tak perduli, apa yang mereka lakukan lebih menyakitiku.
>>Bersambung>>
"Cia, daddy minta maaf ya. Daddy udah bentak kamu nuduh kamu tanpa daddy tau yang sebenarnya, tapi apa yang daddy lakukan saat itu daddy... daddy melihat kondisi Aurora yang berdarah dan melihatmu yang memegang pisau dan kedua tanganmu penuh darah, dalam kondisi panik daddy... menurutmu apa yang ada pikiran semua orang saat melihat Aurora terluka dan kamu memegang pisau pasti semua berpikiran bahwa kamu pelakunya, maaf... sungguh daddy minta maaf sayang, daddy sudah berpikir yang tidak tidak padamu,” Sesal Jashon, air matanya tak berhenti mengalir, melihat putrinya mengabaikannya dan bahkan tak mau memandangnya."Apa daddy pikir aku sanggup melakukannya, apa kalian semua berpikir aku bisa melukai saudaraku sendiri?" bentaknya, sudah cukup dia menanggung kesedihannya sendiri, rasa kecewanya sendiri."Sebenarnya yang membuatku terluka adalah kalian yang tidak mempercayaiku, apa aku begitu buruk dimata kalian, apa aku pernah melakukan kejahatan hingga kalian berpikir aku sa
Akhirnya keluarga Klein memutuskan membeli sebuah apartemen di dekat rumah Aby, Austin masuk di British International School tapi beda dengan Allicia dan Aurora yang masih di middle School, Austin dia masuk ke high school, sedang Bella dia kuliah mode di Paris, dia suka dengan dunia desain, sedang kakak tertuanya Daffa dia memutuskan kuliah di UI jurusan bisnis, dia juga sekarang tinggal dengan papanya, karena dia merasa kasian dengan Papanya, apalagi setelah Allicia kembali berkumpul dengan keluarganya, sesekali dia membantu Papanya dikantor. Keluarga besar Abymanyu terutama kedua orang tuanya tentu sangat senang dengan kembalinya kembali cucu-cucu mereka, hubungan mereka dengan Kanaya juga sudah membaik, semua rasa sakit masa lalu sudah mereka lebur.Karena bisnis Jashon yang ada di New York, maka Jashon dan Kanaya bolak balik Jakarta - New York, tapi mereka berdua tidak perduli, yang penting adalah putra putri mereka. Kehidupan mengajarkan pelajaran yang paling berart
Lamunan Angel terganggu karena pintu kamarnya terbuka dan masuklah pria sebaya dengan daddynya, dengan tubuh yang masih gagah, tanda jika lelaki itu pasti rajin merawat tubuhnya, lelaki itu mengunci pintu dan mengambil kunci dan disimpannya disaku celananya, lelaki itu mendekati Angel yang sudah duduk diatas kasur dengan mata tak pernah lepas dari sosok didepannya."Om siapa? Teman daddy ya?" tanyanya tenang, dia harus percaya daddynya tidak akan menyakiti nya, ya batinnya meyakinkan.Tidak ada yang perlu ditakutinya, mungkin om didepannya ini yang akam memberinya pekerjaan, pikirnya lagi.“Iya, daddymu teman om, daddy mu meminta om memberimu pekerjaan,” sahut lelaki itu duduk disebelah Angela, membenarkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis didepannya."Benarkah? tapi aku belum lulus high school, pekerjaan apa yang om berikan?" tanyanya antusias, dia berniat membuat daddynya bangga padanya."Melayani om malam ini, jika kau bisa melayani om, om akan
Waktu terus berganti, Allicia dan Aurora tumbuh menjadi gadis yang mempesona, walau kembar sifat dan kesukaan mereka sangat bertolak belakang, Allicia tumbuh menjadi gadis ceria tomboy jago basket, dia seringkali membawa timnya jadi pemenang, namanya sangat diperhitungkan tidak hanya antar remaja penggila basket di Indonesia tapi juga se-Asia, walau Indonesia tidak menjadi pemenang di Asia tapi nama Allicia Abygail Klein tentunya tidak bisa dianggap remeh.Diusianya yang masih belia dia dipercaya menjadi kapten timnas Basket yang dikirim di Asia FIBA dan menggondol medali perak karena harus kalah dari tim bertahan Tiongkok (author nggak google jadi kalo salah mohon dimaafken, ingat ini hanya cerita fiksi)Beda lagi dengan Aurora dia lebih feminim, dan suka menyanyi, sering ikut kontes menyanyi, dan sering jadi pemenang, selain karena suaranya yang merdu tapi ditunjang wajahnya yang cantik.Mereka berdua cantik, tidak akan ada yang membantahnya, walau pribadi mereka
Eternal Love #14Meet MarcSudah tiga bulan Allicia kuliah di Stanford universityDia mendapat beasiswa karena selain dia pintar dia juga seorang atlit basket yang handal jadi beasiswanya dobel...wk...wk, dia masuk ke jurusan Kedokteran, sangat berbeda dengan tiga saudaranya yang lebih memilih bisnis, ya dari anak mommy hanya Allicia dan Bella yang tidak tertarik dengan bisnis.Sedang Aurora masuk kampus yang sama dengan Austin, bahkan satu jurusan, mereka sekampus dengan Marc dan Angela, di Harvard universitySebenarnya dia juga diterima di sana dengan beasiswa juga, tapi dia masih enggan bertemu dengan kedua orang itu, entah sampai kapan dia bisa menghindari mereka, dia cuma berharap jika saatnya tiba, dia punya kekuatan untuk menghadapi mereka.Seolah tau dengan keengganan Cia menyangkut dua manusia itu, baik Austin maupun Aurora tidak pernah membicarakan mereka berdua.Austin sekarang sibuk m
Eternal Love #15Broken HeartSuara bergemuruh saat panitia memperkenalkan masing masing team, musim ini permainan semakin seru dengan masuknya beberapa pemain baru dari masing masing team, dan yang paling fenomenal adalah bidadari cantik bermata biru dari Stanford yang banyak mencuri perhatian.Bisa dipastikan sejak musim pertandingan dan namanya mulai dikenal, setiap pertandingannya pasti ramai penonton, bukan hanya yang berminat dengan basket tapi juga para lelaki yang giat menarik perhatian seorang Allicia, dapat dipastikan setiap kali usai bertanding lokernya penuh dengan kado, bunga dan kartu nama plus nomor telpon, tapi tak ada yang menarik minatnya, karena hatinya sudah ada yang memiliki.Semua hadiah dari fansnya dia bagikan keteman teman seteamnya, dan tentu saja sifat dan sikap Cia yang tidak banyak bicara, tapi juga baik hati, membuat banyak yang menyukainya karena pribadinya yang hangat.Kali inipun ter
Gadis kecil itu hanya tergugu dalam isak tangisnya yang dari tadi tidak bisa berhenti, seorang laki-laki seumuran daddynya memeluknya. Tangannya membelai surai indah milik gadis cilik itu dengan lembut dan penuh kasih sayang, rambut indah sewarna dengan rambut indah mantan istrinya. Rambut ikal berwarna brunnete yang panjangnya sepinggang gadis cilik tersebut.“Sttt... sayang, sudah ya nangisnya... Papa Aby jadi ikut sedih nih.” Akhirnya Pria paruh baya itu merayu gadis kecil itu supaya berhenti menangis. Karena saat ini mereka sudah jadi pusat perhatian orang orang yang berada di bandara JFK saat ini.“Pa... kenapa sih nggak ada yang percaya sama Cia, kenapa mereka lebih percaya sama kak Angel. Bukan aku yang nusuk Kak Rora, sungguh pa...aku sayang sama kak Rora, bagaimana aku sanggup menyakitinya?” isaknya lagi.Allicia Abigail KleinAku Angela Jennar, anak satu satunya dari Jessica J
Allicia povDua bayi kembar, yang seharusnya saling melindungi ketika mereka tumbuh. Tapi tidak di ceritaku ini, aku dan kembaranku dipisahkan. Inilah kisahku....Namaku Allicia Abigail Klein, terlahir dari pasangan paling romantis menurutku. Daddyku bernama Jashon Klein yang jatuh cinta dengan seorang Janda beranak dua dari pernikahannya sebelumnya, dan wanita itu bernama Kanaya Abigail Richard dan dialah wanita yang melahirkanku, dia mommyku tercinta.Aku mempunyai empat saudara lagi selain kembaranku, kakak tertuaku bernama Daffa Cakka Dipta, kakak keduaku bernama Issabella Putri, kakak ketigaku bernama Austin Gerald Klein, kakak keempatku bernama Angela Jennar. Entah kenapa dia tidak memakai nama keluarga dibelakang namanya seperti kak Austin, kak Aurora dan aku, kalau kak Daffa dan kak Bella itu karena mereka bukan anak kandung daddy, mereka berdua anak mommy dengan mantan suaminya. Aku memanggilnya Papa Aby, aku juga menyayanginya, walau aku lebih menyayan