"Cia, daddy minta maaf ya. Daddy udah bentak kamu nuduh kamu tanpa daddy tau yang sebenarnya, tapi apa yang daddy lakukan saat itu daddy... daddy melihat kondisi Aurora yang berdarah dan melihatmu yang memegang pisau dan kedua tanganmu penuh darah, dalam kondisi panik daddy... menurutmu apa yang ada pikiran semua orang saat melihat Aurora terluka dan kamu memegang pisau pasti semua berpikiran bahwa kamu pelakunya, maaf... sungguh daddy minta maaf sayang, daddy sudah berpikir yang tidak tidak padamu,” Sesal Jashon, air matanya tak berhenti mengalir, melihat putrinya mengabaikannya dan bahkan tak mau memandangnya.
"Apa daddy pikir aku sanggup melakukannya, apa kalian semua berpikir aku bisa melukai saudaraku sendiri?" bentaknya, sudah cukup dia menanggung kesedihannya sendiri, rasa kecewanya sendiri.
"Sebenarnya yang membuatku terluka adalah kalian yang tidak mempercayaiku, apa aku begitu buruk dimata kalian, apa aku pernah melakukan kejahatan hingga kalian berpikir aku sanggup melakukannya?" tanya Allicia mulai mengemukakan apa yang dirasakannya selama ini. Seakan beban besar yang menghimpitnya terasa berkurang.
"Dulu saat daddy membentakku karena daddy berpikir aku yang merusak mainan Aurora hanya karena mainan Aurora ada padaku, daddy bahkan tidak mendengar kata-kataku, seorang pembunuh saja diberi hak untuk membela diri tapi aku, kalian bahkan tidak bertanya saat Aurora terluka dan langsung menuduhku hanya karena aku memegang pisau yang sudah melukai Aurora, dan tidak ada yang perduli aku terluka atau tidak, kalian semua meninggalkan aku dengan tatapan penuh tuduhan padaku, satu satunya yang mau memelukku dan bertanya keadaanku hanya Papa, seorang yang tidak ada hubungan darah denganku, sedang keluargaku dengan teganya menghancurkan hatiku, bahkan sampai sekarang aku masih mimpi buruk dan Papa yang selalu menenangkanku, kemana kalian saat aku butuh dihibur, kemana kalian saat aku butuh dipeluk, kemana?" jeritnya, bukan hanya dirinya saja yang menangis semuanya ikut menangis mendengar perkataanku bahkan daddy pria kuatpun kulihat ikut menangis. Tapi aku tak perduli.
"Maafkan daddy sayang, daddy salah, kamu boleh hukum daddy apapun, tapi tolong jangan benci daddy,” ujar Jashon penuh kesedihan. Dia sadar kesalahannya kepada Cia sudah terlalu banyak.
"Kak Austin juga minta maaf, tolong kasih kakak kesempatan buat menebus kesalahan kakak sayang,” ujar kak Austin sambil berjalan mendekatiku duduk dilengan kursi yang kutempati, dengan ragu dia mencoba memelukku, saat aku membiarkannya, dia semakin mengeratkan pelukannya
"Maaf, maaf,” gumamnya sambil mengecupi rambutku
"Mommy juga minta maaf sayang, mommy gagal jadi mommy yang baik buat anak mommy, maaf,” kata mommy ikut duduk di lengan kursi satunya dan memelukku juga, dikecupinya wajahku yang penuh air mata, dihapusnya air mataku, hal yang sama juga kulakukan padanya.
Daddy juga melangkah kearah belakangku merengkuh kami bertiga dalam pelukannya.
Seperti dikomando ketiga saudaraku yang lain duduk bersimpuh didepanku.
"Maafkan kak daffa ya sayang,” Kak daffa menggenggam tangan kananku, membawanya kepipinyakannya.
"Kak Bella juga minta maaf ya Cia, sungguh kakak menyesal, karena tidak ada saat kamu butuh kakak, maaf,” Kak Bella meraih tangan kiriku melakukan hal yang sama seperti kak Daffa.
"Kakak yang salah Cia, maaf selama ini kakak hanya bisa diam saat semua orang menyalahkanmu, kakak terpaksa, kak Angel mengancamku, maafkan kakak ya,” ucap kak Rora terbata karena terganggu oleh isakannya pilu, kulihat wajah yang serupa denganku itu sendu, kami kembar tapi baru kali ini dia bicara padaku setelah sekian lama.
"Ah aku juga pingin dipeluk!" seru papa dengan muka konyolnya.
"Sini Daffa peluk,” ujar kak Daffa langsung berhambur kearah Papa Aby
"Aku juga,” teriak kak Bella
"Ah...sesak, Daffa kau memelukku terlalu erat, ya ampun!"Teriak papa Aby, kontan membuat kami semua tertawa.
"Habisnya Daffa kan kangen,” sahut kak Daffa
Suara tawa memenuhi ruang keluarga
"Kapan kita balik hm?" bisik kak Austin ditelingaku
"Aku suka disini,” jawabku singkat.
"Kalau gitu aku juga mau tinggal disini, bolehkan dad?" tanya Austin
"Tentu, daddy juga punya apartemen disini,” sahut Daddy
"Asyik!!" seru semua kakakku.
"Terus sekolah sama kuliah kakak gimana?" tanyaku bingung, bagaimana mereka dengan mudahnya pingin pindah kesini.
“Gampaang,” teriak mereka bareng. Ish...mereka memang deh...
"Kan bisa minta transfer, disini juga keren,” jawab kak Austin enteng.
"Ayo kakak anter sekalian mau urus pindahan sekolah kakak,” kata kak Austin menyadarkanku akan sesuatu
"Sekolah... mampus telat!" pekikku kelabakan.
"Kamu nggak usah khawatir tadi Papa udah ijinin kamu datang telat,” sahut Papa menenangkanku.
"Ah...Papa my hero,” pekikku senang.
"Mom dad aku berangkat dulu ya,” pamitku sambil mencium pipi mommy dan daddy dan menyalim tangan mereka bergantian. Mereka nampak kaget dengan reaksiku, tapi mereka mengulum senyum bahagia.
"Kak aku boleh ikut ya, dad aku mau sekolah ditempat Cia boleh?" tanya kak Aurora penuh harap.
"Boleh, hatihati bawa mobilnya Austin, eh emang kamu tau jalan?" tanya daddy
"Enggak tau tapi kan ada gps, Mobilnya kan canggih, gampang mah itu,” jawab Kak Austin enteng.
“Nggak pa-pa kok dad, aku ngerti jalannya,” seruku
"Kami pergi dulu,” pamit mereka bertiga.
Jashon memeluk Kanaya lembut, mereka saling tersenyum, semoga setelah ujian ini membuat mereka lebih bijak dalam menyikapi pertumbuhan anak anak mereka.
Mereka juga sangat berterima kasih pada Abymanyu yang sudah mau menemani dan menghibur Allicia mereka, sampai gadis itu tidak terlalu terluka. Mereka berjanji akan lebih bijak dalam menyikapi permasalahan anak-anak mereka.
>>Bersambung>>
Akhirnya keluarga Klein memutuskan membeli sebuah apartemen di dekat rumah Aby, Austin masuk di British International School tapi beda dengan Allicia dan Aurora yang masih di middle School, Austin dia masuk ke high school, sedang Bella dia kuliah mode di Paris, dia suka dengan dunia desain, sedang kakak tertuanya Daffa dia memutuskan kuliah di UI jurusan bisnis, dia juga sekarang tinggal dengan papanya, karena dia merasa kasian dengan Papanya, apalagi setelah Allicia kembali berkumpul dengan keluarganya, sesekali dia membantu Papanya dikantor. Keluarga besar Abymanyu terutama kedua orang tuanya tentu sangat senang dengan kembalinya kembali cucu-cucu mereka, hubungan mereka dengan Kanaya juga sudah membaik, semua rasa sakit masa lalu sudah mereka lebur.Karena bisnis Jashon yang ada di New York, maka Jashon dan Kanaya bolak balik Jakarta - New York, tapi mereka berdua tidak perduli, yang penting adalah putra putri mereka. Kehidupan mengajarkan pelajaran yang paling berart
Lamunan Angel terganggu karena pintu kamarnya terbuka dan masuklah pria sebaya dengan daddynya, dengan tubuh yang masih gagah, tanda jika lelaki itu pasti rajin merawat tubuhnya, lelaki itu mengunci pintu dan mengambil kunci dan disimpannya disaku celananya, lelaki itu mendekati Angel yang sudah duduk diatas kasur dengan mata tak pernah lepas dari sosok didepannya."Om siapa? Teman daddy ya?" tanyanya tenang, dia harus percaya daddynya tidak akan menyakiti nya, ya batinnya meyakinkan.Tidak ada yang perlu ditakutinya, mungkin om didepannya ini yang akam memberinya pekerjaan, pikirnya lagi.“Iya, daddymu teman om, daddy mu meminta om memberimu pekerjaan,” sahut lelaki itu duduk disebelah Angela, membenarkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis didepannya."Benarkah? tapi aku belum lulus high school, pekerjaan apa yang om berikan?" tanyanya antusias, dia berniat membuat daddynya bangga padanya."Melayani om malam ini, jika kau bisa melayani om, om akan
Waktu terus berganti, Allicia dan Aurora tumbuh menjadi gadis yang mempesona, walau kembar sifat dan kesukaan mereka sangat bertolak belakang, Allicia tumbuh menjadi gadis ceria tomboy jago basket, dia seringkali membawa timnya jadi pemenang, namanya sangat diperhitungkan tidak hanya antar remaja penggila basket di Indonesia tapi juga se-Asia, walau Indonesia tidak menjadi pemenang di Asia tapi nama Allicia Abygail Klein tentunya tidak bisa dianggap remeh.Diusianya yang masih belia dia dipercaya menjadi kapten timnas Basket yang dikirim di Asia FIBA dan menggondol medali perak karena harus kalah dari tim bertahan Tiongkok (author nggak google jadi kalo salah mohon dimaafken, ingat ini hanya cerita fiksi)Beda lagi dengan Aurora dia lebih feminim, dan suka menyanyi, sering ikut kontes menyanyi, dan sering jadi pemenang, selain karena suaranya yang merdu tapi ditunjang wajahnya yang cantik.Mereka berdua cantik, tidak akan ada yang membantahnya, walau pribadi mereka
Eternal Love #14Meet MarcSudah tiga bulan Allicia kuliah di Stanford universityDia mendapat beasiswa karena selain dia pintar dia juga seorang atlit basket yang handal jadi beasiswanya dobel...wk...wk, dia masuk ke jurusan Kedokteran, sangat berbeda dengan tiga saudaranya yang lebih memilih bisnis, ya dari anak mommy hanya Allicia dan Bella yang tidak tertarik dengan bisnis.Sedang Aurora masuk kampus yang sama dengan Austin, bahkan satu jurusan, mereka sekampus dengan Marc dan Angela, di Harvard universitySebenarnya dia juga diterima di sana dengan beasiswa juga, tapi dia masih enggan bertemu dengan kedua orang itu, entah sampai kapan dia bisa menghindari mereka, dia cuma berharap jika saatnya tiba, dia punya kekuatan untuk menghadapi mereka.Seolah tau dengan keengganan Cia menyangkut dua manusia itu, baik Austin maupun Aurora tidak pernah membicarakan mereka berdua.Austin sekarang sibuk m
Eternal Love #15Broken HeartSuara bergemuruh saat panitia memperkenalkan masing masing team, musim ini permainan semakin seru dengan masuknya beberapa pemain baru dari masing masing team, dan yang paling fenomenal adalah bidadari cantik bermata biru dari Stanford yang banyak mencuri perhatian.Bisa dipastikan sejak musim pertandingan dan namanya mulai dikenal, setiap pertandingannya pasti ramai penonton, bukan hanya yang berminat dengan basket tapi juga para lelaki yang giat menarik perhatian seorang Allicia, dapat dipastikan setiap kali usai bertanding lokernya penuh dengan kado, bunga dan kartu nama plus nomor telpon, tapi tak ada yang menarik minatnya, karena hatinya sudah ada yang memiliki.Semua hadiah dari fansnya dia bagikan keteman teman seteamnya, dan tentu saja sifat dan sikap Cia yang tidak banyak bicara, tapi juga baik hati, membuat banyak yang menyukainya karena pribadinya yang hangat.Kali inipun ter
Gadis kecil itu hanya tergugu dalam isak tangisnya yang dari tadi tidak bisa berhenti, seorang laki-laki seumuran daddynya memeluknya. Tangannya membelai surai indah milik gadis cilik itu dengan lembut dan penuh kasih sayang, rambut indah sewarna dengan rambut indah mantan istrinya. Rambut ikal berwarna brunnete yang panjangnya sepinggang gadis cilik tersebut.“Sttt... sayang, sudah ya nangisnya... Papa Aby jadi ikut sedih nih.” Akhirnya Pria paruh baya itu merayu gadis kecil itu supaya berhenti menangis. Karena saat ini mereka sudah jadi pusat perhatian orang orang yang berada di bandara JFK saat ini.“Pa... kenapa sih nggak ada yang percaya sama Cia, kenapa mereka lebih percaya sama kak Angel. Bukan aku yang nusuk Kak Rora, sungguh pa...aku sayang sama kak Rora, bagaimana aku sanggup menyakitinya?” isaknya lagi.Allicia Abigail KleinAku Angela Jennar, anak satu satunya dari Jessica J
Allicia povDua bayi kembar, yang seharusnya saling melindungi ketika mereka tumbuh. Tapi tidak di ceritaku ini, aku dan kembaranku dipisahkan. Inilah kisahku....Namaku Allicia Abigail Klein, terlahir dari pasangan paling romantis menurutku. Daddyku bernama Jashon Klein yang jatuh cinta dengan seorang Janda beranak dua dari pernikahannya sebelumnya, dan wanita itu bernama Kanaya Abigail Richard dan dialah wanita yang melahirkanku, dia mommyku tercinta.Aku mempunyai empat saudara lagi selain kembaranku, kakak tertuaku bernama Daffa Cakka Dipta, kakak keduaku bernama Issabella Putri, kakak ketigaku bernama Austin Gerald Klein, kakak keempatku bernama Angela Jennar. Entah kenapa dia tidak memakai nama keluarga dibelakang namanya seperti kak Austin, kak Aurora dan aku, kalau kak Daffa dan kak Bella itu karena mereka bukan anak kandung daddy, mereka berdua anak mommy dengan mantan suaminya. Aku memanggilnya Papa Aby, aku juga menyayanginya, walau aku lebih menyayan
Allicia povAku berjalan tak tentu arah. Rasa sedih dan kecewa begitu kurasakan. Sedih karena daddy memarahiku tanpa perduli aku tak bersalah bahkan daddy tidak mencari tahu dulu kebenarannya. Kecewa pada kak Angel yang tega memfitnahku dan kak Rora yang diam saja saat daddy memarahiku, seakan aku memang pelakunya. Padahal dia juga melihat bagaimana aku membelanya.Apa salahku Tuhan. Aku selalu diajarkan oleh mereka untuk berbicara jujur, tapi disaat aku jujur mereka tidak mempercayaiku. Apa karena aku masih kecil jadi pendapatku tidak berarti?? Kenapa kak Angel bisa sejahat itu padaku ??Sepanjang jalan air mataku mengalir tak bisa kucegah.Kakiku membawaku pada sebuah taman yang membeku penuh di lapisi salju. Aku berjalan kearah kursi taman ada tumpukan salju menutupi sebagian kursi. Tubuhku menggigil, seluruh sarafku seakan mati rasa. Rasa dingin ini membuat tubuhku terasa membeku. Tubuh mungilku tidak sanggup melawan dinginnya udara. Kakiku tak sanggup la