Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan

Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Oleh:  CathOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
142Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Kirana Raden Ayu Wijaya terpaksa menggantikan kakaknya yang hilang untuk menikah dengan Dewan Kertanegara, presiden direktur yang dingin dan jauh lebih tua darinya. Meski tidak menginginkannya, Kirana menerima pernikahan ini terpaksa demi nama baik kedua keluarga, terutama keluarga Kertanegara.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

Kirana melangkah pelan menaiki tangga menuju kamarnya, tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan panjang dari tempatnya ngekos. Sudah lama ia tidak pulang ke rumah sejak sibuk menjalani koas sebagai mahasiswa kedokteran. Kesibukan itu membuatnya nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat, apalagi pulang menemui keluarganya. Begitu masuk ke kamar, Kirana langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tas besar yang ia bawa dilemparkan begitu saja ke lantai. Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit, menikmati sesaat kebebasan dari hiruk-pikuk rumah sakit. Baru saja ia hendak memejamkan mata untuk menikmati sedikit ketenangan, suara ibunya terdengar dari luar. “Kirana, turun ke bawah sekarang,” suara Widia terdengar tegas, memecah keheningan. Kirana membuka matanya dengan malas. “Sebentar lagi, Bu,” jawabnya dengan setengah hati. “Jangan lama-lama. Ada tamu,” lanjut ibunya dari luar pintu. Kirana mengernyit. Tamu? Siapa? pikirnya. Meski enggan, ia akhirnya ba...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab
Bab 1
Kirana melangkah pelan menaiki tangga menuju kamarnya, tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan panjang dari tempatnya ngekos. Sudah lama ia tidak pulang ke rumah sejak sibuk menjalani koas sebagai mahasiswa kedokteran. Kesibukan itu membuatnya nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat, apalagi pulang menemui keluarganya. Begitu masuk ke kamar, Kirana langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tas besar yang ia bawa dilemparkan begitu saja ke lantai. Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit, menikmati sesaat kebebasan dari hiruk-pikuk rumah sakit. Baru saja ia hendak memejamkan mata untuk menikmati sedikit ketenangan, suara ibunya terdengar dari luar. “Kirana, turun ke bawah sekarang,” suara Widia terdengar tegas, memecah keheningan. Kirana membuka matanya dengan malas. “Sebentar lagi, Bu,” jawabnya dengan setengah hati. “Jangan lama-lama. Ada tamu,” lanjut ibunya dari luar pintu. Kirana mengernyit. Tamu? Siapa? pikirnya. Meski enggan, ia akhirnya ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya
Bab 2
Pagi itu, pikiran Kirana tidak tenang. Setelah kemarin dipaksa mencoba gaun pengantin, hari ini Widia memberi tahu bahwa Dewan ingin bertemu dengannya. Hanya mereka berdua, tanpa keluarga. Informasi itu membuat Kirana semakin gelisah. “Kirana, jangan terlambat. Dewan orang yang sangat disiplin,” ujar Widia pagi tadi dengan nada tegas. “Setelah bertemu kamu, dia masih ada pekerjaan lain. Jangan buat dia kesal.” Namun sayangnya, perjalanan Kirana ke restoran yang telah ditentukan malah terjebak macet. Ia merasa frustasi saat mobil tak kunjung bergerak. Sesekali ia melirik jam di ponselnya, menandai waktu yang terus berjalan. Saat akhirnya tiba di restoran, ia mendapati dirinya terlambat 15 menit. Seorang pelayan langsung mengantarnya ke ruangan private tempat Dewan menunggu. Kirana menarik napas dalam sebelum masuk, mencoba mengumpulkan keberanian. Namun begitu ia membuka pintu, keberanian itu seolah runtuh. “Kamu terlambat 15 menit,” ucap Dewan dingin. “dan itu membuang wak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya
Bab 3
Setelah acara selesai, Dewan dan Kirana berpamitan pada keluarga. Kirana masih merasa kikuk dengan semua perhatian yang diarahkan kepadanya sepanjang malam, namun ia berusaha menjaga senyum manis di wajahnya. Mereka berjalan keluar menuju mobil, dan begitu pintu tertutup, suasana dalam mobil berubah hening. Dewan tidak langsung menyalakan mesin. Ia hanya duduk diam, menatap lurus ke depan. Kirana merasa atmosfer di antara mereka semakin tegang. “Kamu dengar apa yang Tante saya katakan tadi?” tanya Dewan akhirnya, suaranya datar tapi menusuk. Kirana menoleh, mencoba mencari kata yang tepat. “Aku dengar.” Dewan mendesah pelan, lalu berbalik menatap Kirana. “Mereka akan selalu membandingkanmu dengan Yora. Kamu harus siap dengan itu.” Kirana mendongak, tatapannya tajam. “Siap bagaimana, Pak Dewan? Aku nggak pernah memilih berada di posisi ini.” “Itu masalahnya,” balas Dewan tanpa basa-basi. “Kamu tidak memilih, tapi kamu sudah di sini. Jadi, kamu harus tahu caranya bertahan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya
Bab 4
Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya. Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan. Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan. Apa hubungan mereka sebenarnya? Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang. Bruk! Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai. “Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan. Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.” Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya
Bab 5
Kirana duduk di tepi ranjang, memikirkan foto USG yang baru saja dilihat di dompet Dewan itu. Dadanya berdebar keras, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah janin itu milik Yora? Namun dirinya masih belum percaya sebelum mendapati bukti yang lebih. Tetapi tidak mungkin kebetulan jika dia menemukan dokumen atas nama Yora di rumah sakit, lalu sekarang ada foto janin di rumah ini. Semakin Kirana mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaannya bahwa ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan. Tangannya mengepal. Dia harus mencari tahu. Kirana berdiri dengan cepat, meninggalkan foto itu di atas meja sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan tak ada seorang pun yang memperhatikannya saat ia menuju kamar Yora. Kamar itu masih dibiarkan sama seperti saat Yora menghilang. Seolah keluarganya masih berharap Yora akan kembali kapan saja. Namun kini, bagi Kirana, ruangan ini bukan sekadar kamar kosong—melain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya
Bab 6
Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya? Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan. Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan. Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya
Bab 7
Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan rasa pening yang menggelayuti kepalanya. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 11 pagi. Matanya sejenak terbelalak, menyadari sudah seharian lewat. Rasa kantuk masih menyerangnya karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk. Ia menghela napas pelan dan dengan malas bangkit dari tempat tidur. Meskipun hari itu libur, Kirana merasa tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri. Ia melangkah ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, mencoba menyegarkan diri. Namun begitu ia turun ke ruang tamu, sebuah suara sinis langsung menyapanya. “Kamu baru bangun?” suara Tatie terdengar tajam, seakan menghakimi. Kirana menahan napas dan mengusap matanya, sedikit merasa terganggu. Di hadapannya, Tatie duduk di sofa dengan tatapan tajam, menilai penampilannya. Rambut Kirana masih acak-acakan, dan wajahnya jelas masih lelah karena begadang semalam. Sial. Kirana tidak menyangka kedatangan Tatie, ibunya Dewa! “Kenap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya
Bab 8
Kirana masih terpaku di tempatnya, menatap ke sekeliling lantai mall dengan mata nanar. Dia yakin tadi melihat sosok yang sangat mirip dengan Yora. Rambut panjang yang diikat rendah, postur tubuh yang tidak asing, bahkan caranya berjalan sekilas mengingatkannya pada sang kakak. Tapi sekarang, sosok itu menghilang, seakan tertelan keramaian mall. Jantung Kirana berdegup kencang. Bisa jadi itu hanya bayangan semata, tapi nalurinya berkata lain. Dia tidak mungkin salah lihat. Kakaknya yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul begitu saja di tengah keramaian mall? Atau ini hanya kebetulan? Kirana menggigit bibirnya, lalu dengan tekad bulat ia mulai berjalan cepat, menelusuri setiap sudut mall. Mungkin Yora masuk ke salah satu toko? Atau naik ke lantai lain? Tanpa membuang waktu, ia menaiki eskalator dengan langkah tergesa-gesa, menyisir tiap sudut dengan saksama. Berkali-kali ia mengamati wajah-wajah orang yang lewat, berharap menemukan sosok yang tadi dilihatny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya
Bab 9
Semua orang langsung kaget melihat foto-foto Dewan bermesraan dengan seorang perempuan yang muncul di layar proyektor. Ruangan yang tadi dipenuhi suara obrolan kini berubah sunyi. Tatapan para tamu undangan terpaku pada layar yang masih menampilkan beberapa foto dengan sudut yang berbeda. Beberapa orang mulai berbisik. “Loh kenapa ada foto Alana sama Mas Dewan?” “Mana segala meluk tangan Mas Dewan lagi…” “Alana emang terlalu manja sampai lupa Masnya mau nikah, nggak baik sedeket itu. Semua ada batasannya,” celetuk salah satu Tantenya. Suara itu terdengar cukup jelas di telinga Kirana, membuatnya mengernyit bingung. Alana? Apa gadis yang ada di foto itu bernama Alana? Ia menoleh ke arah Dewan, mencari reaksi pria itu. Dan benar saja, ekspresi Dewan berubah drastis. Sorot matanya tajam dan rahangnya mengatup rapat. Dewan dengan cepat memanggil panitia acara. Dengan suara yang dalam dan dingin, ia bertanya, “Siapa yang mengganti tampilan di layar?” EO yang mengatu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status