Share

Bab 2

Penulis: Cath
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 19:36:08

Pagi itu, pikiran Kirana tidak tenang. Setelah kemarin dipaksa mencoba gaun pengantin, hari ini Widia memberi tahu bahwa Dewan ingin bertemu dengannya. Hanya mereka berdua, tanpa keluarga. Informasi itu membuat Kirana semakin gelisah.

“Kirana, jangan terlambat. Dewan orang yang sangat disiplin,” ujar Widia pagi tadi dengan nada tegas. “Setelah bertemu kamu, dia masih ada pekerjaan lain. Jangan buat dia kesal.”

Namun sayangnya, perjalanan Kirana ke restoran yang telah ditentukan malah terjebak macet. Ia merasa frustasi saat mobil tak kunjung bergerak. Sesekali ia melirik jam di ponselnya, menandai waktu yang terus berjalan.

Saat akhirnya tiba di restoran, ia mendapati dirinya terlambat 15 menit. Seorang pelayan langsung mengantarnya ke ruangan private tempat Dewan menunggu.

Kirana menarik napas dalam sebelum masuk, mencoba mengumpulkan keberanian. Namun begitu ia membuka pintu, keberanian itu seolah runtuh.

“Kamu terlambat 15 menit,” ucap Dewan dingin. “dan itu membuang waktu saya.”

Kirana terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Saya… maaf, Pak Dewan. Jalanan macet sekali tadi.”

“Cuma itu?” Dewan mengangkat alis, nada suaranya terdengar tajam. “Alasan yang klise. Kamu tahu, saya punya pekerjaan lain setelah ini. Karena keterlambatanmu, jadwal saya jadi berantakan. Dan apa tadi? Bahkan kamu tidak meminta maaf?”

Kirana merasa darahnya naik ke kepala. “Saya sudah bilang macet, Pak Dewan. Itu bukan sesuatu yang bisa saya kendalikan,” jawabnya dengan nada defensif.

“Attitude kamu buruk,” balas Dewan tanpa basa-basi. “Bukannya introspeksi, kamu justru membela diri. Saya tidak suka orang yang tidak tahu caranya menghargai waktu.”

Kirana merasa tersinggung. Namun ia menahan diri, mencoba untuk tidak meledak. “Saya minta maaf,” ucapnya akhirnya, meski nadanya terdengar dingin.

Dewan menatapnya tajam, lalu mengangguk kecil. “Duduk,” katanya singkat, mengisyaratkan kursi di hadapannya.

Kirana menghela napas dan duduk dengan enggan. Ia mencoba menenangkan diri, meski perasaan kesalnya masih mengganjal.

Namun sebelum ia sempat mengatakan apa-apa, Dewan sudah mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan menyerahkannya ke Kirana.

“Baca ini,” ucapnya.

Kirana mengambil dokumen itu dengan ragu. Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca. Semakin ia membaca, semakin tidak percaya apa yang tertulis di hadapannya.

Dokumen itu berisi aturan-aturan yang harus ia patuhi setelah menikah dengan Dewan. Di antaranya adalah larangan untuk ikut campur dalam urusan pribadi Dewan, dan sebaliknya.

Ada juga poin yang menegaskan bahwa Kirana tidak boleh melakukan hal yang dapat merugikan reputasi Dewan, baik di depan publik maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Intinya, Kirana harus menjalani peran sebagai istri tanpa menyentuh aspek apapun dari kehidupan pribadi Dewan.

Kirana mengangkat pandangannya dari dokumen itu dan menatap Dewan. “Pak Dewan… ini serius?”

“Kenapa tidak?” balas Dewan santai. “Saya tidak suka ketidakjelasan. Perjanjian ini akan memastikan semuanya berjalan lancar.”

“Tapi… ini bukan pernikahan yang normal,” kata Kirana, suaranya gemetar. “Ini…apa Pak Dewan pikir pernikahan ini main-main?”

Dewan menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tak lepas dari Kirana. “Kirana, pernikahan ini bukan tentang cinta atau romantisme. Kita melakukannya untuk keluarga dan bisnis. Dan kamu tahu itu sejak awal. Saya hanya memastikan kamu paham apa yang diharapkan.”

“Tapi ini keterlaluan…” bisik Kirana, merasa hatinya hancur.

Dewan menghela napas, lalu menunjuk dokumen itu. “Baca baik-baik dan cepat tanda tangani. Saya tunggu.”

Kirana menatap dokumen itu, merasa marah, sedih, dan tak berdaya sekaligus. Ia ingin membantah, ingin menolak, tapi ia tahu posisinya. Apa yang bisa ia lakukan? Keluarganya telah memutuskan segalanya. Ia hanyalah bagian kecil dari rencana besar yang telah dirancang jauh sebelum ia tahu apa-apa.

“Kalau kamu selesai, beri tahu saya,” kata Dewan. Lalu, tanpa menunggu tanggapan, pria itu berdiri, mengambil ponselnya, dan keluar dari ruangan tanpa sepatah kata pun.

***

Kirana menatap dirinya di cermin, memastikan setiap detail penampilannya sempurna. Dress hitam tali spaghetti yang dipadukan blazer tweed hitam membuatnya terlihat elegan, sementara heels hitam menambah kesan anggun. Rambut lurusnya ia biarkan tergerai, menambah keayuan yang menjadi ciri khasnya.

Di balik wajahnya yang tampak tenang, Kirana merasa gugup. Ia akan menghadiri acara keluarga besar Dewan, sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.

Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan di antara mereka. Dewan fokus menyetir, sementara Kirana sibuk menenangkan dirinya sendiri.

Ketika mereka tiba di rumah kakek dan nenek Dewan, Kirana terkejut melihat betapa megahnya tempat itu. Rumah besar dengan arsitektur klasik, halaman luas yang diterangi lampu taman, dan deretan mobil mewah yang diparkir rapi menunjukkan dengan jelas status keluarga Kertanegara sebagai kalangan konglomerat.

Dewan keluar dari mobil lebih dulu, dan tanpa berkata apa-apa, ia berjalan masuk ke rumah.

Dengan cepat, Kirana mengejar Dewan. Sesampainya di dalam rumah, ia menyadari perhatian orang-orang langsung tertuju padanya.

Bisik-bisik mulai terdengar, dan Kirana mendengar beberapa komentar yang membuat hatinya terasa tidak nyaman.

“Oh, itu adiknya Yora? Penggantinya?”

“Memalukan sekali keluarga Wijaya. Anak sulungnya pergi begitu saja. Untung adiknya bisa menyelamatkan keadaan.”

“Jangan terlalu percaya keluarga itu. Lihat saja, mereka sudah membuat kekacauan besar.”

Kirana hanya bisa menunduk dan menahan diri, walau hatinya campur aduk. Baru saja ia tiba, tetapi tekanan yang ia rasakan sudah begitu besar.

Ia mengikuti Dewan yang sudah duduk di salah satu meja di sudut ruangan. Kirana mengambil tempat di sampingnya, mencoba tetap tenang meskipun pandangan orang-orang masih terus mengawasinya.

Tak lama kemudian, dua pria mendekati meja mereka. Mereka adalah sepupu Dewan, terlihat lebih muda dari Dewan.

“Wah, ini Kirana, ya? Calon istri Mas Dewan?” salah satu dari mereka memulai dengan senyum lebar. “Muda banget, nggak cocok sama Mas Dewan yang udah tua begini.”

Kirana tersenyum kecil, merasa sedikit lega mendengar nada santai pria itu. Namun, sebelum ia bisa menanggapi, Dewan langsung menegurnya.

“Kirana,” ucap Dewan dengan nada tegas, membuat gadis itu terdiam.

“Wah, belum nikah aja udah ngatur, Mas Dewan. Udah kayak bapak-bapak!” celetuk sepupunya yang lain, membuat mereka tertawa.

Kirana ingin ikut tertawa keras, tetapi ia hanya bisa tersenyum tipis, menahan diri agar tidak memperburuk suasana.

Mereka sedang asyik berbincang ketika seorang wanita paruh baya menghampiri meja mereka. Wanita itu mengenakan gaun berwarna ungu tua dan membawa aura elegan yang sama seperti Tatie. Kirana menduga ini adalah salah satu tante Dewan.

“Dewan, kamu selalu terlihat tampan,” ujar wanita itu sambil tersenyum manis ke arah Dewan. “Tapi… oh, jadi ini calon istrimu?”

Kirana merasa tatapan wanita itu padanya berubah. Dari awalnya terlihat ramah, kini seperti memancarkan ketidaksukaan.

“Sayang sekali pernikahanmu dengan Yora tidak jadi,” lanjutnya dengan nada sedikit menyindir. “Yora itu begitu cantik, pintar, dan dewasa. Benar-benar pasangan yang ideal untukmu. Tidak ada yang bisa menggantikannya.”

“Padahal Yora sangat disayang sama ibumu, kamu tahu kan ibumu sulit menerima orang baru?”

Kirana yang mendengar semua itu tersinggung dan melihat Dewan yang hanya diam saja membuat Kirana semakin tidak diinginkan di keluarga pria itu.

“Tapi kalau semisalkan Yora ketemu atau dia balik sendiri, kamu akan ceraikan dia bukan, Dewan?”

Bab terkait

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 3

    Setelah acara selesai, Dewan dan Kirana berpamitan pada keluarga. Kirana masih merasa kikuk dengan semua perhatian yang diarahkan kepadanya sepanjang malam, namun ia berusaha menjaga senyum manis di wajahnya. Mereka berjalan keluar menuju mobil, dan begitu pintu tertutup, suasana dalam mobil berubah hening. Dewan tidak langsung menyalakan mesin. Ia hanya duduk diam, menatap lurus ke depan. Kirana merasa atmosfer di antara mereka semakin tegang. “Kamu dengar apa yang Tante saya katakan tadi?” tanya Dewan akhirnya, suaranya datar tapi menusuk. Kirana menoleh, mencoba mencari kata yang tepat. “Aku dengar.” Dewan mendesah pelan, lalu berbalik menatap Kirana. “Mereka akan selalu membandingkanmu dengan Yora. Kamu harus siap dengan itu.” Kirana mendongak, tatapannya tajam. “Siap bagaimana, Pak Dewan? Aku nggak pernah memilih berada di posisi ini.” “Itu masalahnya,” balas Dewan tanpa basa-basi. “Kamu tidak memilih, tapi kamu sudah di sini. Jadi, kamu harus tahu caranya bertahan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 4

    Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya. Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan. Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan. Apa hubungan mereka sebenarnya? Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang. Bruk! Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai. “Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan. Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.” Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 5

    Kirana duduk di tepi ranjang, memikirkan foto USG yang baru saja dilihat di dompet Dewan itu. Dadanya berdebar keras, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah janin itu milik Yora? Namun dirinya masih belum percaya sebelum mendapati bukti yang lebih. Tetapi tidak mungkin kebetulan jika dia menemukan dokumen atas nama Yora di rumah sakit, lalu sekarang ada foto janin di rumah ini. Semakin Kirana mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaannya bahwa ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan. Tangannya mengepal. Dia harus mencari tahu. Kirana berdiri dengan cepat, meninggalkan foto itu di atas meja sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan tak ada seorang pun yang memperhatikannya saat ia menuju kamar Yora. Kamar itu masih dibiarkan sama seperti saat Yora menghilang. Seolah keluarganya masih berharap Yora akan kembali kapan saja. Namun kini, bagi Kirana, ruangan ini bukan sekadar kamar kosong—melain

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 6

    Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya? Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan. Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan. Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 7

    Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan rasa pening yang menggelayuti kepalanya. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 11 pagi. Matanya sejenak terbelalak, menyadari sudah seharian lewat. Rasa kantuk masih menyerangnya karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk. Ia menghela napas pelan dan dengan malas bangkit dari tempat tidur. Meskipun hari itu libur, Kirana merasa tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri. Ia melangkah ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, mencoba menyegarkan diri. Namun begitu ia turun ke ruang tamu, sebuah suara sinis langsung menyapanya. “Kamu baru bangun?” suara Tatie terdengar tajam, seakan menghakimi. Kirana menahan napas dan mengusap matanya, sedikit merasa terganggu. Di hadapannya, Tatie duduk di sofa dengan tatapan tajam, menilai penampilannya. Rambut Kirana masih acak-acakan, dan wajahnya jelas masih lelah karena begadang semalam. Sial. Kirana tidak menyangka kedatangan Tatie, ibunya Dewa! “Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 8

    Kirana masih terpaku di tempatnya, menatap ke sekeliling lantai mall dengan mata nanar. Dia yakin tadi melihat sosok yang sangat mirip dengan Yora. Rambut panjang yang diikat rendah, postur tubuh yang tidak asing, bahkan caranya berjalan sekilas mengingatkannya pada sang kakak. Tapi sekarang, sosok itu menghilang, seakan tertelan keramaian mall. Jantung Kirana berdegup kencang. Bisa jadi itu hanya bayangan semata, tapi nalurinya berkata lain. Dia tidak mungkin salah lihat. Kakaknya yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul begitu saja di tengah keramaian mall? Atau ini hanya kebetulan? Kirana menggigit bibirnya, lalu dengan tekad bulat ia mulai berjalan cepat, menelusuri setiap sudut mall. Mungkin Yora masuk ke salah satu toko? Atau naik ke lantai lain? Tanpa membuang waktu, ia menaiki eskalator dengan langkah tergesa-gesa, menyisir tiap sudut dengan saksama. Berkali-kali ia mengamati wajah-wajah orang yang lewat, berharap menemukan sosok yang tadi dilihatny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 9

    Semua orang langsung kaget melihat foto-foto Dewan bermesraan dengan seorang perempuan yang muncul di layar proyektor. Ruangan yang tadi dipenuhi suara obrolan kini berubah sunyi. Tatapan para tamu undangan terpaku pada layar yang masih menampilkan beberapa foto dengan sudut yang berbeda. Beberapa orang mulai berbisik. “Loh kenapa ada foto Alana sama Mas Dewan?” “Mana segala meluk tangan Mas Dewan lagi…” “Alana emang terlalu manja sampai lupa Masnya mau nikah, nggak baik sedeket itu. Semua ada batasannya,” celetuk salah satu Tantenya. Suara itu terdengar cukup jelas di telinga Kirana, membuatnya mengernyit bingung. Alana? Apa gadis yang ada di foto itu bernama Alana? Ia menoleh ke arah Dewan, mencari reaksi pria itu. Dan benar saja, ekspresi Dewan berubah drastis. Sorot matanya tajam dan rahangnya mengatup rapat. Dewan dengan cepat memanggil panitia acara. Dengan suara yang dalam dan dingin, ia bertanya, “Siapa yang mengganti tampilan di layar?” EO yang mengatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 1

    Kirana melangkah pelan menaiki tangga menuju kamarnya, tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan panjang dari tempatnya ngekos. Sudah lama ia tidak pulang ke rumah sejak sibuk menjalani koas sebagai mahasiswa kedokteran. Kesibukan itu membuatnya nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat, apalagi pulang menemui keluarganya. Begitu masuk ke kamar, Kirana langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tas besar yang ia bawa dilemparkan begitu saja ke lantai. Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit, menikmati sesaat kebebasan dari hiruk-pikuk rumah sakit. Baru saja ia hendak memejamkan mata untuk menikmati sedikit ketenangan, suara ibunya terdengar dari luar. “Kirana, turun ke bawah sekarang,” suara Widia terdengar tegas, memecah keheningan. Kirana membuka matanya dengan malas. “Sebentar lagi, Bu,” jawabnya dengan setengah hati. “Jangan lama-lama. Ada tamu,” lanjut ibunya dari luar pintu. Kirana mengernyit. Tamu? Siapa? pikirnya. Meski enggan, ia akhirnya ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 9

    Semua orang langsung kaget melihat foto-foto Dewan bermesraan dengan seorang perempuan yang muncul di layar proyektor. Ruangan yang tadi dipenuhi suara obrolan kini berubah sunyi. Tatapan para tamu undangan terpaku pada layar yang masih menampilkan beberapa foto dengan sudut yang berbeda. Beberapa orang mulai berbisik. “Loh kenapa ada foto Alana sama Mas Dewan?” “Mana segala meluk tangan Mas Dewan lagi…” “Alana emang terlalu manja sampai lupa Masnya mau nikah, nggak baik sedeket itu. Semua ada batasannya,” celetuk salah satu Tantenya. Suara itu terdengar cukup jelas di telinga Kirana, membuatnya mengernyit bingung. Alana? Apa gadis yang ada di foto itu bernama Alana? Ia menoleh ke arah Dewan, mencari reaksi pria itu. Dan benar saja, ekspresi Dewan berubah drastis. Sorot matanya tajam dan rahangnya mengatup rapat. Dewan dengan cepat memanggil panitia acara. Dengan suara yang dalam dan dingin, ia bertanya, “Siapa yang mengganti tampilan di layar?” EO yang mengatu

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 8

    Kirana masih terpaku di tempatnya, menatap ke sekeliling lantai mall dengan mata nanar. Dia yakin tadi melihat sosok yang sangat mirip dengan Yora. Rambut panjang yang diikat rendah, postur tubuh yang tidak asing, bahkan caranya berjalan sekilas mengingatkannya pada sang kakak. Tapi sekarang, sosok itu menghilang, seakan tertelan keramaian mall. Jantung Kirana berdegup kencang. Bisa jadi itu hanya bayangan semata, tapi nalurinya berkata lain. Dia tidak mungkin salah lihat. Kakaknya yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul begitu saja di tengah keramaian mall? Atau ini hanya kebetulan? Kirana menggigit bibirnya, lalu dengan tekad bulat ia mulai berjalan cepat, menelusuri setiap sudut mall. Mungkin Yora masuk ke salah satu toko? Atau naik ke lantai lain? Tanpa membuang waktu, ia menaiki eskalator dengan langkah tergesa-gesa, menyisir tiap sudut dengan saksama. Berkali-kali ia mengamati wajah-wajah orang yang lewat, berharap menemukan sosok yang tadi dilihatny

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 7

    Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan rasa pening yang menggelayuti kepalanya. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 11 pagi. Matanya sejenak terbelalak, menyadari sudah seharian lewat. Rasa kantuk masih menyerangnya karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk. Ia menghela napas pelan dan dengan malas bangkit dari tempat tidur. Meskipun hari itu libur, Kirana merasa tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri. Ia melangkah ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, mencoba menyegarkan diri. Namun begitu ia turun ke ruang tamu, sebuah suara sinis langsung menyapanya. “Kamu baru bangun?” suara Tatie terdengar tajam, seakan menghakimi. Kirana menahan napas dan mengusap matanya, sedikit merasa terganggu. Di hadapannya, Tatie duduk di sofa dengan tatapan tajam, menilai penampilannya. Rambut Kirana masih acak-acakan, dan wajahnya jelas masih lelah karena begadang semalam. Sial. Kirana tidak menyangka kedatangan Tatie, ibunya Dewa! “Kenap

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 6

    Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya? Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan. Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan. Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 5

    Kirana duduk di tepi ranjang, memikirkan foto USG yang baru saja dilihat di dompet Dewan itu. Dadanya berdebar keras, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah janin itu milik Yora? Namun dirinya masih belum percaya sebelum mendapati bukti yang lebih. Tetapi tidak mungkin kebetulan jika dia menemukan dokumen atas nama Yora di rumah sakit, lalu sekarang ada foto janin di rumah ini. Semakin Kirana mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaannya bahwa ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan. Tangannya mengepal. Dia harus mencari tahu. Kirana berdiri dengan cepat, meninggalkan foto itu di atas meja sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan tak ada seorang pun yang memperhatikannya saat ia menuju kamar Yora. Kamar itu masih dibiarkan sama seperti saat Yora menghilang. Seolah keluarganya masih berharap Yora akan kembali kapan saja. Namun kini, bagi Kirana, ruangan ini bukan sekadar kamar kosong—melain

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 4

    Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya. Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan. Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan. Apa hubungan mereka sebenarnya? Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang. Bruk! Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai. “Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan. Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.” Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatny

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 3

    Setelah acara selesai, Dewan dan Kirana berpamitan pada keluarga. Kirana masih merasa kikuk dengan semua perhatian yang diarahkan kepadanya sepanjang malam, namun ia berusaha menjaga senyum manis di wajahnya. Mereka berjalan keluar menuju mobil, dan begitu pintu tertutup, suasana dalam mobil berubah hening. Dewan tidak langsung menyalakan mesin. Ia hanya duduk diam, menatap lurus ke depan. Kirana merasa atmosfer di antara mereka semakin tegang. “Kamu dengar apa yang Tante saya katakan tadi?” tanya Dewan akhirnya, suaranya datar tapi menusuk. Kirana menoleh, mencoba mencari kata yang tepat. “Aku dengar.” Dewan mendesah pelan, lalu berbalik menatap Kirana. “Mereka akan selalu membandingkanmu dengan Yora. Kamu harus siap dengan itu.” Kirana mendongak, tatapannya tajam. “Siap bagaimana, Pak Dewan? Aku nggak pernah memilih berada di posisi ini.” “Itu masalahnya,” balas Dewan tanpa basa-basi. “Kamu tidak memilih, tapi kamu sudah di sini. Jadi, kamu harus tahu caranya bertahan.

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 2

    Pagi itu, pikiran Kirana tidak tenang. Setelah kemarin dipaksa mencoba gaun pengantin, hari ini Widia memberi tahu bahwa Dewan ingin bertemu dengannya. Hanya mereka berdua, tanpa keluarga. Informasi itu membuat Kirana semakin gelisah. “Kirana, jangan terlambat. Dewan orang yang sangat disiplin,” ujar Widia pagi tadi dengan nada tegas. “Setelah bertemu kamu, dia masih ada pekerjaan lain. Jangan buat dia kesal.” Namun sayangnya, perjalanan Kirana ke restoran yang telah ditentukan malah terjebak macet. Ia merasa frustasi saat mobil tak kunjung bergerak. Sesekali ia melirik jam di ponselnya, menandai waktu yang terus berjalan. Saat akhirnya tiba di restoran, ia mendapati dirinya terlambat 15 menit. Seorang pelayan langsung mengantarnya ke ruangan private tempat Dewan menunggu. Kirana menarik napas dalam sebelum masuk, mencoba mengumpulkan keberanian. Namun begitu ia membuka pintu, keberanian itu seolah runtuh. “Kamu terlambat 15 menit,” ucap Dewan dingin. “dan itu membuang wak

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 1

    Kirana melangkah pelan menaiki tangga menuju kamarnya, tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan panjang dari tempatnya ngekos. Sudah lama ia tidak pulang ke rumah sejak sibuk menjalani koas sebagai mahasiswa kedokteran. Kesibukan itu membuatnya nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat, apalagi pulang menemui keluarganya. Begitu masuk ke kamar, Kirana langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tas besar yang ia bawa dilemparkan begitu saja ke lantai. Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit, menikmati sesaat kebebasan dari hiruk-pikuk rumah sakit. Baru saja ia hendak memejamkan mata untuk menikmati sedikit ketenangan, suara ibunya terdengar dari luar. “Kirana, turun ke bawah sekarang,” suara Widia terdengar tegas, memecah keheningan. Kirana membuka matanya dengan malas. “Sebentar lagi, Bu,” jawabnya dengan setengah hati. “Jangan lama-lama. Ada tamu,” lanjut ibunya dari luar pintu. Kirana mengernyit. Tamu? Siapa? pikirnya. Meski enggan, ia akhirnya ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status