Allicia Pov
Suara hiruk pikuk bandara Soekarno hatta, menyadarkanku akan perbedaan suasana dengan di New York, bahasa yang berbeda kadang mommy ajarkan padaku, bahkan kak Daffa dan kak Bella juga sering bercerita tentang tanah kelahiran mereka. Entahlah euforia baru ini membawaku seakan dalam dimensi yang berbeda, memberikan harapan baru padaku, sebuah Kesempatan kedua, sebuah kebahagiaan. Hidup Baru!!
Yeayyy
Ah rasanya tak sabar menjelang hari baru, lingkungan baru, teman baru. Sekolah? Apa papa Aby mengijinkannya untuk sekolah? Kenapa ini tidak terpikirkan olehku sebelumnya, dia cuma orang asing...Tapi aku ingin sekolah, apa aku tanyakan saja?
"Pa...apa nanti aku juga sekolah?" tanyaku penuh harap.
"Tentu sayang, didekat rumah papa ada sekolah internasional jadi kamu bisa sekolah disana,” kata Papa Aby penuh kelembutan membuat perasaanku menghangat.
"Asik... nanti aku dapat teman baru ya pa?" sahutku senang
"Pasti, siapa sih yang tidak mau berteman dengan gadis secantik kamu, papa yakin nanti bakalan banyak cowok yang ngantri pingin jadi temen deket kamu,” goda papa Aby sambil menoel hidung mancungku, papa ih...dia nggak tahu apa aku kan sudah milik Marc.
"Nggak mau pa... aku udah ada yang miliki, aku milik Marc, Marc milik Cia,” Mengingat Marc membuat senyumku terbit. Bagaimana kabarnya sekarang, bocah kecil itu pasti sudah sebesar kak Austin, mengingat kakakku itu membuatku sedih
“Oh... Marc ya...?” goda papaku lagi, kucoba mengenyahkan kesedihanku, aku harus melupakam keluarga yang sudah membuangku.
“Iya... Marcnya Cia,” jawabku penuh keyakinan.
***
Kulihat kamar yang akan kutempati, tak sebesar kamarku di New York. Tapi pemandangan dari sini tak kalah cantik, diluar sana ada burung yang berkicau merdu, pasti peliharaan Papa. Wah banyak banget, mana suaranya merdu banget, bikin damai.
Kurebahkan tubuhku lelah, sekelebat bayangan wajah marah daddy, wajah Aurora yang pucat pasi, wajah mommy, kak Daffa, kak Bella dan kak Austin yang memandangnya dengan penuh kecewa, mendesak airmata jatuh membasahi pipiku perlahan jatuh kebantal dan membuat basah disana.
Bagaimana kabar mereka? Apa mereka mencariku? Apa mereka masih marah padanya?
Kak Aurora apa dia baik baik saja?
Begitu banyak pertanyaan di kepala cantikku, membuat kepalaku terasa semakin berat, antara beban pikiran dan rasa lelah yang berkumpul menjadi satu.
Mungkin di depan papa Aby aku bisa terlihat tegar dan tertawa tapi saat ini saat ingat mereka kenapa rasa sedih merayapi hatiku.
Apa aku begitu nakal? Sampai membuat mereka semua kecewa padaku. Mulai sekarang aku akan jadi anak baik, anak berprestasi, anak ceria, biar papa tidak menyesal sudah membawaku ke sini.
Pikiranku berkelana hingga rasa lelah membawaku terlelap dalam pelukan mimpi.
Kernyitan di dahi Allicia menandakan kegelisahan dalam tidurnya, bahkan dalam tidurpun dia tidak bahagia. Anak seusianya yang harusnya masih bergelung nyaman dalam pelukan orang tua, kini terpisah dengan alasan yang paling menyakitkan untuknya.
***
Sekolah baru, ya papa Aby mendaftarkannya di BIS. Bukan Bis alat transportasi, tapi singkatan dari British International School Sekolah bertaraf internasional. Sebenarnya sama dengan di New York, jadi tinggal transfer aja, nggak harus ngulang dari awal.
Dia melangkahkan kakinya dengan langkah pasti, ketika turun dari mobil papa Aby tadi Cia hampir urung turun saking gugupnya.
Tuhan, tolong bantu Cia...
"Hai kamu anak baru ya?" sapa seorang gadis berambut pirang, bermata hazel tersenyum ramah padanya.
"Hai juga, aku pindahan dari New York, namaku Allicia, kamu bisa memanggilku Cia, kamu?" senyum kecil Allicia membuatnya semakin cantik.
"Namaku Sophie, kamu kelas berapa?" tanyanya ramah
"Entah, kata papaku aku harus ke ruang tata usaha dulu,” sahut Cia
"Ya sudah kuantar ya,” awal yang baik buat Cia, dihari pertama nya sekolah, dia sudah punya teman. Sekarang dia hanya mengandalkan dirinya saja, tak ada perlindungan saudara saudaranya...tak ada Austin...my deares brother.
**
“Wah... jadi kita sekelas, kelas VIII B,” Sophie memang sangat ramah dan baik, dia mengantarku ruang tata usaha, dan paling semangat saat tau kami sekelas, aku hanya bisa geleng-geleng dengan tingkahnya.
“Kamu fasih ya bahasa Indonesianya, sudah lama tinggal disini?”tanya Sophie, saat mereka sudah duduk dibangku setelah tadi guru memperkenalkan dirinya didepan kelas.
“Tidak, aku baru tiba di Jakarta kemarin, tapi mommyku pernah tinggal disini, begitu juga kedua kakakku, Bahkan mommyku bisa bahasa Jawa lo, karena mommy pernah menikah dengan orang Indonesia, dan tinggal disini sekitar empat belas tahun,” ujarnya getir saat mengucapkan kata mommyku dan Kakakku, apa aku masih bisa mengakui mereka menjadi bagian dariku.
“Enak ya punya banyak saudara, memang berapa saudaramu?”tanyanya riang, memang sangat menyenangkan pada saat mereka ada untuknya, tapi tidak lagi sekarang.
“Lima,” ujarku singkat.
“Waw... kau sangat beruntung, kau tahu aku anak tunggal,” pekik Sophie .
Ya, batinku getir, tapi mereka semua membuangku, lanjut batinku pilu.
**
Sudah seminggu Aurora dirawat di rumah sakit, untung luka tusuknya tidak dalam jadi kata dokter tinggal tunggu lukanya tertutup sempurna.
Tak ada yang menanyakan tentang kabar Allicia, seakan nama itu terlarang. Hanya Jashon yang tahu jika Cia sekarang berada di Indonesia. Semua seakan tidak perduli dengan kepergian Cia.
Hari ini Jashon baru bisa pulang dan konsentrasi pada pekerjaannya, selama ini semua keperluannya istri dan asistennya yang membawakan ke rumah sakit, sejak Aurora dirumah sakit dia tidak pernah beranjak dari sana, apalagi Aurora sempat kritis.
Dia melangkah memasuki ruang kerjanya yang ada dirumah sudah seminggu juga dia tidak masuk kesini.
Dia buka laptopnya dan mulai melanjutkan pekerjaannya yang sudah menumpuk. Tanpa sadar dia melihat ke folder CCTV, dengan jantung berdegup kencang dia membukanya. Jashon ketik tanggal dan jam kira kira kejadiannya, dan tampaklah gambar yang sama saat dia melihat putri kecilnya sedang memakai headseat, dan merebahkan kepalanya ke pilar disana. Dan dia melihat dua putri lainnya menghampiri Allicia di sana, bisa terlihat Allicia bahkan tak bergeming. Allicia masih asik dengan dunianya, matanya semakin fokus memperhatikan gambar didepannya , sehingga dia tidak menyadari istrinya sedang memasuki ruang kerjanya sambil membawa teh mint kesukaan suaminya itu. Wanita itu berdiri dibelakang suaminya ikut melihat tayangan di laptop suaminya. Dahi Kanaya mengernyit, sejak kapan Jashon memasang CCTV disana, batinnya, tapi tayangan didepannya membuat pikirannya serasa kosong. Dia sungguh tidak menyangka anak itu pelakunya...Kanaya membekap mulutnya tak percaya, kakinya melangkah mundur merasa gamang dengan kenyataan yang baru saja dilihatnya. Jashon langsung dibakar amarah.
"Bukan Cia , bukan putri kecilku, dia tidak bersalah. Aku tahu Cia bukanlah anak yang berhati buruk seperti itu. Dia bukan malaikat nama itu tidak pantas untuknya dia anak setan... kita telah membesarkan anak setan, apa yang sudah kulakukan? Aku bahkan meragukan putriku sendiri, apa? Tuhan... Cia... Cia..,” teriaknya, tubuhnya lemas serasa seluruh persendiannya dilolosi, tak kuat dia menyender ketubuh suaminya yang memeluknya membawanya kepangkuannya.
"Kita sudah menyakitinya, sangat dalam,” gumam Jashon, suaranya penuh kegetiran.
Betapa dia ayah yang buruk, sangat buruk. Dia mengingat kalimatnya yang begitu kejam, dia tanpa bertanya sudah mengatakan hal buruk pada putri kecilnya.
Dia sudah menyakiti putri kecilnya LAGI dan LAGI...
Bahkan luka lamanya belum tertutup, dia sudah membuat luka baru yang lebih parah..
Putri kecilnya, batinnya memanggil Cia, betapa banyak luka yang sudah daddy torehkan pada hatimu sayang, bisakah kau memaafkan daddymu ini??
Dia bahkan tidak berpikir mencari tahu terlebih dahulu, ini sudah lebih dari seminggu tapi baru kini dia terpikir untuk melihat cctv, bodoh!!
“Kau menyakitinya, tidak kita semua menyakitinya..,” pekik Kanaya, dia menatap Jashon marah
"Aku mau bertemu putriku,” teriak Kanaya, menepis pelukan Jashon, dia berlari seperti orang gila.
"Cia... maafkan Daddy nak, maaf,” gumamnya lirih, airmatanya tak terbendung, apa putrinya mau memaafkannya??
>>Bersambung>>
Angel merasa sangat puas sudah bisa membuat Allicia dibuang, mom kini aku anak daddy hanya aku putri daddy, aku juga akan buat wanita perusak rumah tangga mom dan dad itu pergi seperti putrinya, hanya mom yang pantas jadi istri dad, wanita itu jahat mengusir mom padahal mom hamil aku dan kondisi mom tidak baik, wanita itu benar benar iblis, tingkahnya sok baik padahal sudah membuatku tidak punya mom dan dad lagi, baik Daffa, Bella, Austin, Aurora dan juga Allicia mereka tidak berhak memanggil daddyku dengan panggilan daddy, tak akan kubiarkan. Tatapan penuh dendam berkilat dimata hazel itu. Hanya aku...aku satu-satunya putri Jashon Klein. Angel menatap sebuah foto seorang wanita cantik, dia selalu menyimpan foto Mommynya di kamarnya. Dia tersenyum bahagia sambil mengusap pelan foto Mommynya."Angel... Angel... Keluar,” Suara gedoran dan teriakan Jashon terdengar.Khayalannya terganggu oleh teriakan daddynya didepan pintu, ada apa?batinnya. Kenapa daddy memanggilnya
Jashon sadar kesalahan terbesar ada padanya.Badannya meluruh, dia menyadari dia tidak cukup bijak dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan keluarganya, dia bahkan menuduh putrinya sendiri, dia audah lupa kapan terakhir dia bercanda atau bercengkrama dengan putri kecilnya itu...Dia merindukan suara manjanya, senyum manisnya, mata birunya yang seterang langit biru, begitu cerah, dia baru melihat mata biru secerah mata putrinya."Kenapa kamu lakuin itu ke Allicia, salah apa dia sama kamu, kami bahkan udah anggap kamu kayak saudara sendiri, kenapa?" bentak Daffa pemuda remaja itu sangat gusar, dengan tingkah Angel, yang tak tau terimakasih."Karena aku juga anak Daddy, kenapa aku tidak mendapat nama daddy dinamaku seperti Allicia,” bantah Angela merasa marah."Karena kamu bukan anak daddy,” tantang Daffa lagi, semua sudah lacur, tak perlu rahasia itu ditutupi lagi."Bohong, aku anak daddy dengan mom Jessi, mom Kanaya yang jahat udah pisahin
Allicia povSudah seminggu lebih aku tinggal di Jakarta, aku juga sudah banyak teman, mereka semua ramah, tapi ada juga yang sikapnya nyebelin tapi abaikan mereka.Langkahku riang memasuki sebuah rumah yang sudah kutinggali lebih dari seminggu Ini. Dari tadi mulutku selalu menyanyikan lagu ini, ada yang suka nggak?Apa salah dan dosaku sayangCinta suciku kau buang buangLihat jurus yang kuberikan Jaran goyangJaran goyangMulutku asik berdendang lagu asik yang banyak digandrungi di sini, enak sih jadi pingin goyang. Kadang pinggulnya ikut bergoyang... Aseek...sedap cui...begitu kata anak gaul, batin Cia."Selamat datang Cia!" teriakku saat memasuki rumah yang sudah seminggu lebih ini kutempati."Aku pulang gitu salamnya, anak papa ini memang ngegemesin,” Saat aku masuk ternyata papa Aby udah ada di ruang tamu, asik dengan laptopnya, mengacak rambutku gemas saat aku mendekat pad
"Cia, daddy minta maaf ya. Daddy udah bentak kamu nuduh kamu tanpa daddy tau yang sebenarnya, tapi apa yang daddy lakukan saat itu daddy... daddy melihat kondisi Aurora yang berdarah dan melihatmu yang memegang pisau dan kedua tanganmu penuh darah, dalam kondisi panik daddy... menurutmu apa yang ada pikiran semua orang saat melihat Aurora terluka dan kamu memegang pisau pasti semua berpikiran bahwa kamu pelakunya, maaf... sungguh daddy minta maaf sayang, daddy sudah berpikir yang tidak tidak padamu,” Sesal Jashon, air matanya tak berhenti mengalir, melihat putrinya mengabaikannya dan bahkan tak mau memandangnya."Apa daddy pikir aku sanggup melakukannya, apa kalian semua berpikir aku bisa melukai saudaraku sendiri?" bentaknya, sudah cukup dia menanggung kesedihannya sendiri, rasa kecewanya sendiri."Sebenarnya yang membuatku terluka adalah kalian yang tidak mempercayaiku, apa aku begitu buruk dimata kalian, apa aku pernah melakukan kejahatan hingga kalian berpikir aku sa
Akhirnya keluarga Klein memutuskan membeli sebuah apartemen di dekat rumah Aby, Austin masuk di British International School tapi beda dengan Allicia dan Aurora yang masih di middle School, Austin dia masuk ke high school, sedang Bella dia kuliah mode di Paris, dia suka dengan dunia desain, sedang kakak tertuanya Daffa dia memutuskan kuliah di UI jurusan bisnis, dia juga sekarang tinggal dengan papanya, karena dia merasa kasian dengan Papanya, apalagi setelah Allicia kembali berkumpul dengan keluarganya, sesekali dia membantu Papanya dikantor. Keluarga besar Abymanyu terutama kedua orang tuanya tentu sangat senang dengan kembalinya kembali cucu-cucu mereka, hubungan mereka dengan Kanaya juga sudah membaik, semua rasa sakit masa lalu sudah mereka lebur.Karena bisnis Jashon yang ada di New York, maka Jashon dan Kanaya bolak balik Jakarta - New York, tapi mereka berdua tidak perduli, yang penting adalah putra putri mereka. Kehidupan mengajarkan pelajaran yang paling berart
Lamunan Angel terganggu karena pintu kamarnya terbuka dan masuklah pria sebaya dengan daddynya, dengan tubuh yang masih gagah, tanda jika lelaki itu pasti rajin merawat tubuhnya, lelaki itu mengunci pintu dan mengambil kunci dan disimpannya disaku celananya, lelaki itu mendekati Angel yang sudah duduk diatas kasur dengan mata tak pernah lepas dari sosok didepannya."Om siapa? Teman daddy ya?" tanyanya tenang, dia harus percaya daddynya tidak akan menyakiti nya, ya batinnya meyakinkan.Tidak ada yang perlu ditakutinya, mungkin om didepannya ini yang akam memberinya pekerjaan, pikirnya lagi.“Iya, daddymu teman om, daddy mu meminta om memberimu pekerjaan,” sahut lelaki itu duduk disebelah Angela, membenarkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis didepannya."Benarkah? tapi aku belum lulus high school, pekerjaan apa yang om berikan?" tanyanya antusias, dia berniat membuat daddynya bangga padanya."Melayani om malam ini, jika kau bisa melayani om, om akan
Waktu terus berganti, Allicia dan Aurora tumbuh menjadi gadis yang mempesona, walau kembar sifat dan kesukaan mereka sangat bertolak belakang, Allicia tumbuh menjadi gadis ceria tomboy jago basket, dia seringkali membawa timnya jadi pemenang, namanya sangat diperhitungkan tidak hanya antar remaja penggila basket di Indonesia tapi juga se-Asia, walau Indonesia tidak menjadi pemenang di Asia tapi nama Allicia Abygail Klein tentunya tidak bisa dianggap remeh.Diusianya yang masih belia dia dipercaya menjadi kapten timnas Basket yang dikirim di Asia FIBA dan menggondol medali perak karena harus kalah dari tim bertahan Tiongkok (author nggak google jadi kalo salah mohon dimaafken, ingat ini hanya cerita fiksi)Beda lagi dengan Aurora dia lebih feminim, dan suka menyanyi, sering ikut kontes menyanyi, dan sering jadi pemenang, selain karena suaranya yang merdu tapi ditunjang wajahnya yang cantik.Mereka berdua cantik, tidak akan ada yang membantahnya, walau pribadi mereka
Eternal Love #14Meet MarcSudah tiga bulan Allicia kuliah di Stanford universityDia mendapat beasiswa karena selain dia pintar dia juga seorang atlit basket yang handal jadi beasiswanya dobel...wk...wk, dia masuk ke jurusan Kedokteran, sangat berbeda dengan tiga saudaranya yang lebih memilih bisnis, ya dari anak mommy hanya Allicia dan Bella yang tidak tertarik dengan bisnis.Sedang Aurora masuk kampus yang sama dengan Austin, bahkan satu jurusan, mereka sekampus dengan Marc dan Angela, di Harvard universitySebenarnya dia juga diterima di sana dengan beasiswa juga, tapi dia masih enggan bertemu dengan kedua orang itu, entah sampai kapan dia bisa menghindari mereka, dia cuma berharap jika saatnya tiba, dia punya kekuatan untuk menghadapi mereka.Seolah tau dengan keengganan Cia menyangkut dua manusia itu, baik Austin maupun Aurora tidak pernah membicarakan mereka berdua.Austin sekarang sibuk m