Selama ini Allicia selalu menyimpan tangisnya sendiri, dia memang berubah muram tapi dia tidak pernah menangis didepan siapa pun.
Tapi mendengar bentakkan daddynya bukanlah hal yang ingin didengarnya. Dia rindu daddynya yang selalu menggendongnya saat daddynya pulang kerja, menciumi pipinya, bercerita banyak hal padanya hingga dia tertawa. Dia rindu daddy yang menjahilinya, dia rindu semua tentang daddynya, dia hanya ingin daddynya minta maaf karena dulu membentaknya atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Tapi keinginan sederhananya tidak pernah terwujud, sudah berapa ulang tahunnya ia lalui tanpa perayaan karena hatinya yang lara.
Kenapa? Apa daddynya tidak lagi menyayanginya?
Dan kini untuk kedua kalinya daddy membentaknya. Badannya bergetar usai daddy mengatakan hal yang tak ingin didengarnya. Daddy pergi dengan menggendong Aurora yang penuh darah, dia melihat kedua tangannya yang penuh darah, ada pisau ditangan kanannya.
Sungguh dia tak tahu apa yang terjadi, saat dia asik dengan melodi dari Ipod yang diputarnya, dia merasa ada yang menggenggam sesuatu ditangan kanannya. Saat dia membuka mata karena kaget, matanya semakin membulat dengan apa yang dipegangnya, apalagi apa yang dilihatnya dilihatnya Aurora perutnya mengeluarkan darah. Darah yang sama dengan yang ada di tangannya.
Didengarnya teriakan Angel, sungguh dia masih bingung kenapa Aurora bisa terluka. Dan sejak kapan mereka ada disini?
Belum reda dengan rasa terkejutnya, daddynya datang dengan tergesa, dan langsung membentaknya, sebenarnya salahnya dimana??.
Tak lama mommy dan ketiga saudaranya datang, dan memberikan tatapan yang tidak pernah didapatkannya dari mereka, Tatapan menuduh... tatapan penuh curiga...
Allicia pov
"Kenapa kau menyakiti Aurora, Cia?" gumam Austin dengan tatapan yang sama dengan mommy dan kedua saudaraku itu, apa mereka kecewa padaku. Tapi kenapa? Bahkan mereka semua tidak bertanya padaku, mereka sama saja dengan daddy...
Bahkan rasanya lebih menyakitkan dibanding daddy membentaknya dulu, perkataan Austin yang hanya gumaman seperti tikaman pisau mengenai tepat ke jantungnya. Membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.
Kemana Austin yang selalu membelanya?
Kemana Austin yang selalu percaya padaku?
Kemana Austin yang selalu menghiburku disaat ada yang menyakitiku?
Apa itu semua bohong? Kata katanya hanya kosong belaka!!
Tubuhku meluruh, kulihat sepasang kaki mendekatiku.
"Kini bersiaplah untuk keluar dari rumah ini, bahkan daddy tidak mau menganggapmu anaknya,” Ejek Angela.
Sepi...aku memang selalu kesepian...
Kugenggam bandul berbentuk hati dengan erat. Kapan kau akan menjemputku Marc...??
Apa kau juga akan membenciku? Tanyaku dalam hati...
"Hai sweetheart...,” suara lembut yang kukenal membuatku menengadah, pandanganku masih buram karena terhalang air mataku.
Dihapusnya lembut air mataku, tapi tangisku semakin kencang, dia merengkuhku dalam dekapan hangatnya.
"Pa... papa bawa Cia pergi dari sini, Cia janji jadi anak baik... sungguh,” pintaku disela tangisanku
"Papa sendirian, aku juga. Kalau kita tinggal bersama, kita tidak kesepian lagi kan?“ kataku bermonolog. Kutatap pria yang pernah menikahi mommyku, dia juga pernah melakukan kesalahan kepada mommy dan dua saudaraku, tapi setidaknya Papa sudah menyadari kesalahannya.
"Daddy benci padaku, semuanya membenciku sekarang. Daddy bahkan tidak mau menganggapku anaknya lagi,” kataku mengeluar-kan pikiranku, hal yang selama ini hanya kulakukan jika aku sendiri atau dengan ikan peliharaan mommy.
Papa tidak menjawabku, dia hanya membelai lembut rambutku, kadang mengecupinya singkat, tapi buatku itu sudah cukup. Aku hanya butuh ada orang yang mau mendengarkanku tanpa menuduh bahwa aku berbohong, itu sudah lebih dari cukup.
"Daddy tidak mau aku tinggal disini lagi kan pa?” tanyaku, Papa Aby hanya diam menatapku, sepertinya dia tidak mau mencampuri urusanku dengan keluargaku.
“Aku ikut sama Papa saja boleh? Cia janji akan jadi anak baik Pa,” mohonnya, buat apa dia tetap disini. Jika kehadirannya hanya membuat sedih daddynya dan semua keluarganya. Tidak ada yang menyayanginya lagi disini.
"Baiklah Cia ikut papa ke Jakarta, tapi Cia mandi dulu, Papa bicara dengan daddymu dulu ya?” ucap Papa Aby akhirnya. Cia tersenyum tipis, dia bersyukur ternyata ada orang yang mau menampung dirinya.
Setidaknya dia tidak sendirian.
**
"Cia udah siap?” tanya Aby, usai meminta ijin pada Jashon untuk membawa Cia ke Indonesia. Memang agak sulit meyakinkan Jashon, tapi saat dia menceritakan kondisi Cia akhirnya Jashon setuju. Paling tidak dia bisa fokus pada kesembuhan Rora.
"Sudah,” jawabnya singkat, dia sudah mandi dan berganti baju, tapi gadis cilik itu tidak membawa apa pun.
"Cia enggak bawa baju?” tanya Aby hati-hati, dia tidak mau membuat Cia sedih.
"Cia enggak mau bawa apa-apa, Papa bisa enggak beliin aku pakaian? aku janji nggak bikin Papa marah, aku jadi anak baik. Enggak usah yang bagus-bagus, asal Cia ada baju ganti aja,” ujarnya merasa tidak enak karena merepotkan Papa Aby. Tapi mau bagaimana dia tidak mau membawa apapun dari rumah ini, bukankah daddynya menyesal mempunyai anak sepertiku dan berharap aku tidak pernah ada?
"Iya sayang, Cia nggak usah khawatir. lagi pula di Jakarta panas, pakaian milikmu kayaknya kurang pas dipakai disana,” goda Aby, mencoba membuat gadis cilik yang beranjak dewasa itu tidak merasa segan padanya.
"Benarkah Pa?" tanyanya antusias
"Sesampainya disana kita belanja pakaian, kamu mau?" tanya Aby tanpa perlu menjawab pertanyaan Cia
"Mau,” pekiknya senang.
**
Gadis kecil itu hanya tergugu dalam isak tangisnya yang dari tadi tidak bisa berhenti, seorang lelaki seumuran dengan daddynya memeluknya tangannya membelai rambut ikal brunettenya yang panjangnya sepunggungnya. Cia kembali menangis Setelah tiba di Airport.
Melihat kerumunan orang membuatnya sedikit takut, bayangan bagaimana ada pisau yang berlumuran darah yang diletakkan di tangannya, serta perut Kak Rora yang mengeluarkan darah, teringat akan bentakan daddynya, raut menuduh dari semua orang yang dulunya menyayanginya dan mempercayainya membuatnya sedih. Airmatanya kembali jatuh membasahi pipinya.
"Ssttt sayang, udah ya nangisnya papa Aby jadi ikut sedih nih,” Akhirnya pria paruh baya itu mencoba merayu gadis kecil itu supaya berhenti menangis, karena mereka sudah jadi tontonan para pengunjung di bandara ini.
"Pa... kenapa sih semua nggak ada yang percaya kalau bukan aku yang nusuk perut Rora, sungguh pa... aku sayang Rora, bagaimana aku bisa menyakitinya,” isaknya lagi.
"Papa percaya padamu sayang, jadi bisakah kita mulai lembar baru, papa jadi papa Cia, Cia jadi putri papa, setuju?"tanya Aby sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Cia.
"Setuju!" pekiknya senang.
Dia senang akhirnya ada yang masih percaya padanya, hanya itu yang dibutuhkannya. Seseorang yang mau mendengarnya, memeluknya, menghapus airmatanya, dan percaya padanya...hanya itu...setetes airmata kembali jatuh tapi buru buru dihapusnya.
Mulai sekarang tidak ada airmata, dia putri Abymanyu, dia gadis yang kuat. Senyum miris hadir disudut bibirnya. Bagaimana orang lain bisa mengerti dirinya sedang keluarganya menghujatnya tanpa tau kebenarannya .
Suatu tekad dalam dirinya untuk menutup lembaran lamanya menjadi sosok baru, seorang Allicia Abygail Herlambang. Dia akan menghapus nama Klein dari hidupnya, kini dan nanti.
"Pa... apa aku boleh pakai nama belakang papa, maukah papa mengadopsiku?" tanyaku penuh harap, untuk sepersekian detik bisa kulihat papa terkesima dengan pertanyaanku, apa permintaanku terlalu berlebihan.
"Kalau pa_”
"Papa tidak keberatan, apa kau sungguh sungguh? keluarga Herlambang tidak seterkenal keluarga Klein" godanya memotong ucapanku.
"Iya" jawabku dengan penuh keyakinan, buat apa kekayaan jika kehadiran kita tak dihargai.
>>Bersambung>>
Allicia PovSuara hiruk pikuk bandara Soekarno hatta, menyadarkanku akan perbedaan suasana dengan di New York, bahasa yang berbeda kadang mommy ajarkan padaku, bahkan kak Daffa dan kak Bella juga sering bercerita tentang tanah kelahiran mereka. Entahlah euforia baru ini membawaku seakan dalam dimensi yang berbeda, memberikan harapan baru padaku, sebuah Kesempatan kedua, sebuah kebahagiaan. Hidup Baru!!YeayyyAh rasanya tak sabar menjelang hari baru, lingkungan baru, teman baru. Sekolah? Apa papa Aby mengijinkannya untuk sekolah? Kenapa ini tidak terpikirkan olehku sebelumnya, dia cuma orang asing...Tapi aku ingin sekolah, apa aku tanyakan saja?"Pa...apa nanti aku juga sekolah?" tanyaku penuh harap."Tentu sayang, didekat rumah papa ada sekolah internasional jadi kamu bisa sekolah disana,” kata Papa Aby penuh kelembutan membuat perasaanku menghangat."Asik... nanti aku dapat teman baru ya pa?" sahutku senang"Pasti, siapa sih yang tidak mau
Angel merasa sangat puas sudah bisa membuat Allicia dibuang, mom kini aku anak daddy hanya aku putri daddy, aku juga akan buat wanita perusak rumah tangga mom dan dad itu pergi seperti putrinya, hanya mom yang pantas jadi istri dad, wanita itu jahat mengusir mom padahal mom hamil aku dan kondisi mom tidak baik, wanita itu benar benar iblis, tingkahnya sok baik padahal sudah membuatku tidak punya mom dan dad lagi, baik Daffa, Bella, Austin, Aurora dan juga Allicia mereka tidak berhak memanggil daddyku dengan panggilan daddy, tak akan kubiarkan. Tatapan penuh dendam berkilat dimata hazel itu. Hanya aku...aku satu-satunya putri Jashon Klein. Angel menatap sebuah foto seorang wanita cantik, dia selalu menyimpan foto Mommynya di kamarnya. Dia tersenyum bahagia sambil mengusap pelan foto Mommynya."Angel... Angel... Keluar,” Suara gedoran dan teriakan Jashon terdengar.Khayalannya terganggu oleh teriakan daddynya didepan pintu, ada apa?batinnya. Kenapa daddy memanggilnya
Jashon sadar kesalahan terbesar ada padanya.Badannya meluruh, dia menyadari dia tidak cukup bijak dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan keluarganya, dia bahkan menuduh putrinya sendiri, dia audah lupa kapan terakhir dia bercanda atau bercengkrama dengan putri kecilnya itu...Dia merindukan suara manjanya, senyum manisnya, mata birunya yang seterang langit biru, begitu cerah, dia baru melihat mata biru secerah mata putrinya."Kenapa kamu lakuin itu ke Allicia, salah apa dia sama kamu, kami bahkan udah anggap kamu kayak saudara sendiri, kenapa?" bentak Daffa pemuda remaja itu sangat gusar, dengan tingkah Angel, yang tak tau terimakasih."Karena aku juga anak Daddy, kenapa aku tidak mendapat nama daddy dinamaku seperti Allicia,” bantah Angela merasa marah."Karena kamu bukan anak daddy,” tantang Daffa lagi, semua sudah lacur, tak perlu rahasia itu ditutupi lagi."Bohong, aku anak daddy dengan mom Jessi, mom Kanaya yang jahat udah pisahin
Allicia povSudah seminggu lebih aku tinggal di Jakarta, aku juga sudah banyak teman, mereka semua ramah, tapi ada juga yang sikapnya nyebelin tapi abaikan mereka.Langkahku riang memasuki sebuah rumah yang sudah kutinggali lebih dari seminggu Ini. Dari tadi mulutku selalu menyanyikan lagu ini, ada yang suka nggak?Apa salah dan dosaku sayangCinta suciku kau buang buangLihat jurus yang kuberikan Jaran goyangJaran goyangMulutku asik berdendang lagu asik yang banyak digandrungi di sini, enak sih jadi pingin goyang. Kadang pinggulnya ikut bergoyang... Aseek...sedap cui...begitu kata anak gaul, batin Cia."Selamat datang Cia!" teriakku saat memasuki rumah yang sudah seminggu lebih ini kutempati."Aku pulang gitu salamnya, anak papa ini memang ngegemesin,” Saat aku masuk ternyata papa Aby udah ada di ruang tamu, asik dengan laptopnya, mengacak rambutku gemas saat aku mendekat pad
"Cia, daddy minta maaf ya. Daddy udah bentak kamu nuduh kamu tanpa daddy tau yang sebenarnya, tapi apa yang daddy lakukan saat itu daddy... daddy melihat kondisi Aurora yang berdarah dan melihatmu yang memegang pisau dan kedua tanganmu penuh darah, dalam kondisi panik daddy... menurutmu apa yang ada pikiran semua orang saat melihat Aurora terluka dan kamu memegang pisau pasti semua berpikiran bahwa kamu pelakunya, maaf... sungguh daddy minta maaf sayang, daddy sudah berpikir yang tidak tidak padamu,” Sesal Jashon, air matanya tak berhenti mengalir, melihat putrinya mengabaikannya dan bahkan tak mau memandangnya."Apa daddy pikir aku sanggup melakukannya, apa kalian semua berpikir aku bisa melukai saudaraku sendiri?" bentaknya, sudah cukup dia menanggung kesedihannya sendiri, rasa kecewanya sendiri."Sebenarnya yang membuatku terluka adalah kalian yang tidak mempercayaiku, apa aku begitu buruk dimata kalian, apa aku pernah melakukan kejahatan hingga kalian berpikir aku sa
Akhirnya keluarga Klein memutuskan membeli sebuah apartemen di dekat rumah Aby, Austin masuk di British International School tapi beda dengan Allicia dan Aurora yang masih di middle School, Austin dia masuk ke high school, sedang Bella dia kuliah mode di Paris, dia suka dengan dunia desain, sedang kakak tertuanya Daffa dia memutuskan kuliah di UI jurusan bisnis, dia juga sekarang tinggal dengan papanya, karena dia merasa kasian dengan Papanya, apalagi setelah Allicia kembali berkumpul dengan keluarganya, sesekali dia membantu Papanya dikantor. Keluarga besar Abymanyu terutama kedua orang tuanya tentu sangat senang dengan kembalinya kembali cucu-cucu mereka, hubungan mereka dengan Kanaya juga sudah membaik, semua rasa sakit masa lalu sudah mereka lebur.Karena bisnis Jashon yang ada di New York, maka Jashon dan Kanaya bolak balik Jakarta - New York, tapi mereka berdua tidak perduli, yang penting adalah putra putri mereka. Kehidupan mengajarkan pelajaran yang paling berart
Lamunan Angel terganggu karena pintu kamarnya terbuka dan masuklah pria sebaya dengan daddynya, dengan tubuh yang masih gagah, tanda jika lelaki itu pasti rajin merawat tubuhnya, lelaki itu mengunci pintu dan mengambil kunci dan disimpannya disaku celananya, lelaki itu mendekati Angel yang sudah duduk diatas kasur dengan mata tak pernah lepas dari sosok didepannya."Om siapa? Teman daddy ya?" tanyanya tenang, dia harus percaya daddynya tidak akan menyakiti nya, ya batinnya meyakinkan.Tidak ada yang perlu ditakutinya, mungkin om didepannya ini yang akam memberinya pekerjaan, pikirnya lagi.“Iya, daddymu teman om, daddy mu meminta om memberimu pekerjaan,” sahut lelaki itu duduk disebelah Angela, membenarkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis didepannya."Benarkah? tapi aku belum lulus high school, pekerjaan apa yang om berikan?" tanyanya antusias, dia berniat membuat daddynya bangga padanya."Melayani om malam ini, jika kau bisa melayani om, om akan
Waktu terus berganti, Allicia dan Aurora tumbuh menjadi gadis yang mempesona, walau kembar sifat dan kesukaan mereka sangat bertolak belakang, Allicia tumbuh menjadi gadis ceria tomboy jago basket, dia seringkali membawa timnya jadi pemenang, namanya sangat diperhitungkan tidak hanya antar remaja penggila basket di Indonesia tapi juga se-Asia, walau Indonesia tidak menjadi pemenang di Asia tapi nama Allicia Abygail Klein tentunya tidak bisa dianggap remeh.Diusianya yang masih belia dia dipercaya menjadi kapten timnas Basket yang dikirim di Asia FIBA dan menggondol medali perak karena harus kalah dari tim bertahan Tiongkok (author nggak google jadi kalo salah mohon dimaafken, ingat ini hanya cerita fiksi)Beda lagi dengan Aurora dia lebih feminim, dan suka menyanyi, sering ikut kontes menyanyi, dan sering jadi pemenang, selain karena suaranya yang merdu tapi ditunjang wajahnya yang cantik.Mereka berdua cantik, tidak akan ada yang membantahnya, walau pribadi mereka