Share

Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa
Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa
Penulis: Hangga

Bab 1

Penulis: Hangga
"Rafa, tolong bantu Kakak. Nanti Kakak kasih makanan enak untukmu ...."

Di sebuah sore musim panas, salah satu dari empat wanita tercantik di Desa Kenanga, Hana Pangestu, bersandar di pintu rumahnya. Dia mengenakan piama yang memperlihatkan setengah bahunya yang telanjang. Dengan wajah memerah, dia mengulurkan tangan untuk memanggil Rafa Setiawan, seorang pemuda yang dikenal memiliki keterbelakangan mental di desa itu.

"Kak Hana, ada masalah apa?"

Rafa dulunya adalah mahasiswa pertama dari Desa Kenanga yang berhasil masuk universitas. Dia berkuliah di fakultas kedokteran di ibu kota provinsi. Namun, sebuah kecelakaan membuatnya mengalami gangguan mental, sehingga kini kecerdasannya setara dengan anak berusia tujuh atau delapan tahun.

"Ada semut yang masuk ke bajuku, gatal sekali."

Hana menggeliatkan pinggangnya sambil merangkul leher Rafa. "Sini ikutan, bantu aku keluarin semutnya ...."

"Semut? Digigit semut itu sakit sekali." Dengan perhatian, Rafa ikut masuk ke kamar bersama Hana.

Tahun ini, Hana berusia 20-an. Berat dan tinggi badannya proporsional, senyumannya juga sangat manis. Rafa juga sangat menyukainya. Jadi, sudah seharusnya dia membantu Hana!

Hana duduk di tepi ranjang, lalu berbalik. "Rafa, coba buka bajuku dan lihat, apakah semutnya ada di punggung ...."

"Oke, aku lihatkan." Rafa menyibak pakaian Hana, lalu mulai mencari dengan serius.

Kulit Hana benar-benar putih dan mulus bak tahu sutra. Selain itu, tubuhnya juga memancarkan wangi yang terasa hangat .... Akan tetapi, di kulit Hana yang putih bersih itu, tidak ada semut sama sekali.

"Kak Hana, nggak ada semut nih .... Tubuhmu bersih sekali, bahkan nggak ada tahi lalat satu pun," pungkas Rafa dengan terus terang.

"Coba cari lagi, pasti ketemu." Hana membalikkan badan dan membuka pakaiannya.

Kedua payudara yang montok dalam balutan pakaian dalamnya, didekatkan ke wajah Rafa. "Rafa, coba lihat .... Apa ada masuk ke dalam sini?"

Napas Hana yang hangat berembus ke wajah Rafa. Rafa tersipu dan tidak berani melihatnya, tetapi dia tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Eh, sepertinya memang ada semut hitam di dalamnya ...." Setelah melihatnya dengan saksama, Rafa akhirnya menemukan sesuatu.

"Benarkah? Cepat bantu aku tangkap semutnya. Aduh, aku digigit nih," seru Hana sambil memeluk kepala Rafa.

"Kak Hana, kepalaku sesak. Aku nggak ... kelihatan apa pun. Lepaskan tanganmu. Kalau nggak lepas ... aku terlalu dekat .... Napasku jadi sesak. Nggak kelihatan apa pun ...." Rafa terkejut bukan main dan tidak berani meronta.

Hana terkekeh-kekeh, lalu melepaskan tangannya perlahan-lahan.

Rafa menghela napas lega, lalu mulai bersiap hendak menangkap semut tersebut. Namun tak disangka, pakaian dalam Hana tiba-tiba terjatuh saat itu juga.

"Ah!" Rafa berteriak sambil buru-buru menutup matanya. "Kak Hana, malu sekali. Nggak boleh lihat, nggak boleh lihat ...."

"Dasar bodoh. Kalau kamu nggak lihat, mau gimana bantu aku nangkap semut?" tanya Hana dengan wajah merona.

Rafa masih tetap menutup matanya dengan polos dan menggelengkan kepala terus-menerus. Melihat hal itu, Hana mulai merasa cemas.

"Duh, ternyata semutnya ada di badanmu." Hana tiba-tiba mengulurkan tangan untuk membuka kaus singlet milik Rafa. "Cepat buka kaus singletmu. Kak Hana bantu tangkapin semutnya."

Sebelum Rafa sempat bereaksi, kausnya telah dilepas dan dilemparkan ke samping.

"Semutnya lari ke celanamu, sini kubantu." Hana memeluk Rafa dengan kedua tangannya, lalu mendorongnya jatuh ke ranjang.

"Kak Hana, kamu ...." Rafa hanya merasa pikirannya menjadi kacau dan dia telah melupakan soal menangkap semut sebelumnya.

Meskipun pikirannya masih seperti anak tujuh atau delapan tahun yang polos, tubuhnya yang sudah berusia 20 tahun itu bereaksi dengan jujur.

Bam!

Tiba-tiba, pintu kamar didobrak dengan keras!

Rafa terkejut seketika. Saat berbalik, dia melihat suami Hana, Angga Prakoso.

Angga berusia 28 tahun dan pernah belajar tinju selama dua tahun saat masih muda. Dia dikenal sebagai preman desa yang suka menindas orang, melakukan berbagai kejahatan, dan bahkan sudah tiga kali masuk penjara.

Kali ini, dia baru saja dibebaskan kurang dari sebulan!

"Rafa sialan, berani-beraninya kamu memperkosa istriku!"

Angga tersenyum kejam, lalu menendang bokong Rafa dengan keras. "Bajingan! Sudah kuduga kamu mau menodai istriku. Sekarang sudah ketangkap basah, menurutmu mau gimana?"

Rafa berguling turun dari ranjang dan berkata, "Bukan begitu, Kak Angga. Kak Hana cuma nyuruh aku nangkap semut. Ya, kamu ... lagi nangkap semut!"

"Nangkap semut?" Angga langsung mencekik leher Rafa. "Ikut aku! Kita tanyakan sama kakak iparmu, mana ada orang yang nangkap semut dengan cara begini?"

Di sisi lain, Hana menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan menunduk sambil menangis. Semua ini adalah rencana yang disusun oleh Angga. Hana juga melakukannya karena terpaksa. Sebab, dia akan dipukuli jika tidak menuruti perintah Angga.

Angga bahkan mengancam akan membunuh keluarga Hana jika dia membangkang.

"Kamu lihat sendiri, istriku sampai menangis. Kamu masih berani bilang bukan mau menodai dia?!" Angga tertawa licik, lalu mendorong Rafa keluar pintu. "Ayo, kita cari kakak iparmu, Miko!"

"Bukan begitu, aku cuma nangkap semut ...." Rafa sangat ketakutan. Dia langsung berlari sekuat tenaga ke arah gunung.

"Dasar berengsek, kamu nggak akan bisa lolos!"

Angga tidak terburu-buru mengejarnya, melainkan berjalan kembali ke dalam rumah sambil terkekeh-kekeh untuk mengambil kaus singlet yang ditinggalkan Rafa. Selain itu, dia juga mengambil pakaian dalam Hana.

Ini adalah bukti "kejahatan" yang dilakukan Rafa. Dengan adanya benda-benda ini, Angga bisa melancarkan rencananya selanjutnya.

"Angga, lepaskanlah dia." Hana mengusap air matanya. "Kamu mau minta uang sama Kak Miko, tapi mereka sendiri juga nggak punya uang. Aku tahu, mereka masih ngutang puluhan juta sama kamu."

"Jalang sialan, memangnya kamu tahu apa?" Angga duduk dan memeluk Hana sambil tersenyum licik.

"Dua rumah gubuk kita sudah hampir roboh, kita nggak punya tempat tinggal lagi. Si bodoh itu punya empat rumah bata. Aku sengaja menjebaknya untuk cari alasan, lalu kita bisa pindah ke sana. Hehe ...."

Mendengar hal itu, Hana langsung mendorong Angga. "Angga, kamu mau pindah ke rumah Rafa, lalu nyari kesempatan untuk meniduri Kak Miko, 'kan? Kamu ini benar-benar biadab!"

Plak!

Angga menampar wajah Hana.

"Jalang, memangnya kamu berhak ikut campur urusan pria? Kalau berani macam-macam, akan kubunuh kamu dan keluargamu, lalu kujual adikmu untuk jadi pelacur!"

Hana menyeka bekas darah yang menetes di sudut bibirnya dan tidak berani berbicara lebih jauh lagi. Dia tahu, Angga adalah pria berengsek yang sudah lama menargetkan adiknya!

Angga menyalakan sebatang rokok dengan bangga. "Si Miko cantik itu nggak akan bisa lolos dariku lagi kali ini ...."

Miko adalah kakak ipar Rafa, seorang wanita yang diakui cantik oleh seluruh desa. Wajahnya sangat mirip dengan putri di televisi, bahkan bisa dibilang lebih cantik!

Sayangnya, suaminya pergi merantau untuk bekerja dan sudah lebih dari setahun tidak ada kabar.

Miko harus mengurus rumah sendirian, merawat putrinya yang baru berusia satu setengah tahun, serta ibu mertuanya yang lumpuh separuh badan, juga adik iparnya yang kini menjadi orang bodoh.

Penduduk desa sering merasa iba terhadap nasib Miko yang sangat menderita. Namun, Angga si bajingan itu, malah tidak merasa kasihan pada Miko sama sekali.

Sebaliknya, begitu mengetahui bahwa suami Miko kehilangan kabar, dia langsung berniat buruk dan ingin mendapatkan Miko!

Setelah menghabiskan sebatang rokok, Angga membawa "bukti kejahatan" ini ke rumah Rafa. Saat itu, Miko sedang bekerja di halaman belakang. Mengira Rafa telah pulang, Miko langsung keluar untuk menyambutnya. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat yang datang itu adalah Angga.

Angga tertawa licik sambil mengangkat kaus Rafa. "Miko, kamu kenal kaus ini, 'kan?"

Miko mengangguk. "Itu baju Rafa, kenapa bisa ada di tanganmu?"

Angga tiba-tiba mendorong Miko ke kamar dan tertawa licik. "Si bodoh itu memperkosa istriku, menurutmu mau gimana? Kaus ini adalah bukti kejahatannya!"

Miko hanya seorang gadis lemah berusia 23 tahun. Mendengar hal ini, dia menggeleng dengan terkejut. "Nggak mungkin. Meski Rafa cacat mental, dia bukan orang jahat. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti itu ...."

"Buktinya sudah lengkap, jangan harap kamu bisa mengelak!"

Angga melempar baju itu ke ranjang, lalu berjalan selangkah demi selangkah ke hadapan Miko. "Miko, serahkan empat rumah milik si bodoh itu padaku, kita anggap urusan ini selesai. Atau ... kamu tidur denganku sepuluh kali, kita bisa anggap masalah ini impas."

"Dasar bajingan! Jangan harap!"

Miko terkejut dan ketakutan, lalu menunjuk ke arah pintu. "Keluar dari rumahku sekarang juga!"

"Nggak usah pura-pura suci. Aku tahu, suamimu sudah setahun nggak pulang. Kamu pasti juga sudah haus sama pria."

Angga menerjang ke arahnya dan memeluk Miko yang lemah lembut. Bibirnya mulai mencumbu dengan kasar sambil tertawa licik.

"Kamu pengen pria, aku pengen wanita. Bukannya itu pas sekali? Sini, bantu aku lampiaskan nafsuku, daripada kamu habis-habisin timun. Kujamin kamu akan puas langsung!"

"Bajingan, lepaskan aku!" Miko berusaha melawan, tetapi tidak sanggup melepaskan diri.

Pakaian Miko dirobek oleh Angga dan menampakkan kulitnya yang mulus ....

Bab terkait

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 2

    "Berengsek, jangan pukul kakak iparku. Pukul aku saja!"Di saat Miko berusaha untuk melawan, Rafa kebetulan pulang. Tadi, dia sempat lari ke ujung desa dan bersembunyi. Setelah merenung sejenak, dia memutuskan untuk pulang dan mengaku pada kakak iparnya.Namun, begitu sampai di rumah, pemandangan mengerikan itu langsung terpampang di depan matanya. Meskipun dianggap bodoh, Rafa tetap punya temperamen!Dengan amarah yang memuncak, dia langsung menerjang Angga dan mulai menghujani pukulan padanya. Angga boleh saja memukulnya, tapi dia tidak boleh melukai kakak iparnya!Sejak dulu, Rafa sangat menyayangi Miko dan tidak akan membiarkan siapa pun menganiayanya! Namun, tinju-tinjunya Rafa ternyata tidak cukup kuat. Berkali-kali dia memukul Angga, tetapi bagi pria itu, serangannya tidak berefek sama sekali.Angga terkejut sejenak, lalu menghentikan gerakannya dan berbalik dengan wajah geram. Setelah membalikkan badan, dia mencengkeram leher Rafa dan mendorongnya dengan kasar!"Berengsek, kamu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 3

    "Mau nolong orang, dong, kenapa?"Rafa melirik Mega dengan sinis dan berkata, "Baju renang adikmu terlalu ketat, jadi menghambat proses resusitasi jantung dan paru. Ini dasar ilmu medis, kamu mengerti nggak?"Mega terdiam sesaat, lalu menangis semakin keras, "Kalau begitu cepat selamatkan dia! Aku mohon!"Rafa melihat ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan alat apa pun yang bisa digunakan. Tiba-tiba, dia mendapatkan ide. Dia memungut sebatang rumput liar yang keras dan mematahkannya, lalu menggunakan ujung runcingnya untuk menusuk beberapa titik di dada dan bawah ketiak Marisa.Menurut ilmu pengobatan kuno, dalam situasi seperti ini, akupunktur harus digunakan untuk merangsang aliran energi di jantung agar memungkinkan proses resusitasi berhasil. Berhubung Rafa tidak memiliki jarum perak, dia terpaksa menggunakan rumput liar sebagai pengganti.Ajaibnya, tangan dan kaki Marisa tiba-tiba bergerak sedikit!"Ada harapan! Rafa, lanjutkan! Cepat teruskan!" Mega begitu bersemangat hingga air m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 4

    Kesadaran Rafa baru saja pulih, tetapi masih ada sedikit gejala yang tersisa saat dia menjadi bodoh. Setelah beberapa detik terdiam, dia baru menyadari situasinya dan buru-buru berbalik keluar. Wajahnya terasa sangat panas.Sepertinya, dia melihat sesuatu ... yang tidak seharusnya dia lihat tadi.Mega buru-buru merapikan pakaiannya dan keluar, lalu berjalan melewati Rafa. Dengan wajah memerah, dia berkata dengan suara pelan, "Untung saja kamu ini bodoh .... Kalau nggak, aku pasti malu setengah mati. Sudah, cepat masuk sana."Rafa menyeka keringat dinginnya sebelum masuk ke dalam toilet. Namun, pemandangan tadi terus terbayang-bayang dalam pikirannya.Pukul delapan pagi. Akhirnya, sebuah mobil sedan yang tua dan usang datang menjemput mereka. Hansen naik ke kursi penumpang depan dengan wajah kesal dan menggerutu tidak jelas. Sementara itu, Rafa duduk di kursi belakang bersama Mega dan Marisa.Wajah Marisa masih merah padam dan tidak berani memandang Rafa. Semalam, pemuda ini telah melih

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 5

    Astaga, mau bunuh sekeluarganya?Tanpa ragu, Rafa langsung mengayunkan tangan dan menebas tengkuk Angga dengan satu pukulan tajam!Bruk!Angga langsung terjatuh di lantai dan tidak bergerak sama sekali. Rafa melirik sekeliling, memastikan tidak ada orang di sekitar. Lalu, dia mengeluarkan sebatang jarum perak. Jarum ini bisa menyelamatkan orang, tapi juga bisa membuat orang menderita.Syut syut syut!Dalam hitungan detik, Rafa sudah menusukkan 12 jarum ke berbagai titik di tubuh Angga. Dua belas jarum ini menutup sebagian besar meridian di dalam tubuh Angga. Dalam sepuluh hari ke depan, Angga akan merasakan penderitaan yang luar biasa.Melihat Angga terkapar tak berdaya, Rafa langsung berbalik dan pergi.Setibanya di rumah, Rafa langsung masuk ke kamarnya untuk meletakkan barang-barang yang dibelinya, lalu mengambil mainan dan bebek panggang sebelum menuju ke belakang rumah.Di sana, Miko sedang bermain dengan Alice dan membuat gadis kecil itu tertawa riang.Tok! Tok!"Kak!" Rafa mende

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 6

    "Makanan apa? Enak banget ya?" tanya Rafa dengan santai."Tentu saja enak. Nanti malam datang ke rumahku, kamu akan tahu sendiri," jawab Arumi sambil tersenyum.Meski Rafa agak bodoh, penampilannya cukup tampan dan membuat orang terpesona. Jika bukan karena mentalnya yang terbelakang, dengan penampilannya ini, pasti ada banyak wanita yang ingin menikahinya meski dia miskin."Baiklah. Kakak jangan bohongi aku ya." Rafa menghela napas, lalu mengambil tongkat bambu pemikul.Sial benar hari ini, baru keluar rumah sudah kena kerja rodi.Di jalan setapak yang sunyi, hanya terdengar suara tongkat bambu berderit pelan. Suaranya sangat berirama, seperti ....Wajah Arumi tiba-tiba memerah karena teringat sesuatu.Rafa menoleh sekilas dan bertanya dengan heran, "Kak Arumi, kenapa wajahmu merah sekali? Kamu nggak sakit, 'kan?""Aku nggak sakit, dasar bodoh."Arumi menjawab sambil tertawa, "Suara bambu ini ... mirip suara ranjang kayu di rumahku."Rafa mengernyit heran. "Ranjang kayu di rumahku jug

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 7

    "Kak, aku nggak ngomong sembarangan."Rafa menjelaskan, "Aku lagi melakukan pemeriksaan, Kak. Jangan malu, di rumah sakit besar juga ada dokter pria di bagian ginekologi. Siklus menstruasimu nggak teratur, dan setiap kali datang bulan, darahnya baru bersih setelah tujuh atau delapan hari. Ini adalah kondisi yang perlu ditangani."Miko terdiam sejenak. "Jadi, kamu benar-benar bisa mengobati orang?" Apa yang baru saja dikatakan Rafa, semuanya memang akurat."Tentu saja bisa."Rafa mengeluarkan jarum peraknya. "Kalau Kakak masih ragu, kita bisa coba sesuatu lagi. Aku cuma butuh dua jarum untuk membuat tanganmu nggak bisa diangkat."Miko berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kalau kamu benar-benar punya kemampuan seperti itu, aku pasti akan mendukungmu membuka klinik.""Baiklah," kata Rafa. "Tapi Kakak harus lepas jaket luarnya dulu.""Kenapa harus lepas baju?" Miko kembali tersipu, wajahnya memerah."Kalau lepas pakaian, aku lebih mudah nemukan titik akupunkturnya.""Hm, baiklah kalau begitu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 8

    Rafa awalnya mengira ini adalah pertanyaan serius, sehingga dia berkata dengan percaya diri, "Tentu saja bisa! Tapi aku harus lihat dulu, apakah itu wasir internal, eksternal, atau kombinasi."Arumi langsung tertawa keras, "Kak Vina, ayo tunjukkan wasirmu sama Rafa!""Sembuhkan saja dulu mulut busukmu itu!" maki Vina yang sama kejamnya."Tapi kalau Rafa benar-benar bisa menyembuhkannya, aku juga nggak akan keberatan. Dua puluh tahun yang lalu, waktu Rafa baru lahir, ibunya kekurangan ASI dan membawanya ke rumahku untuk minta susu! Jadi, dalam pandanganku, Rafa ini seperti anakku sendiri!"Rafa langsung cemberut dan memotong canda gurau beberapa orang itu, "Kalau mau berobat, lakukan saja. Jangan bahas masa lalu!""Aku cuma minum beberapa tetes susu waktu kecil. Nggak berarti aku harus jadi anakmu sekarang, 'kan? Nggak adil!""Wih, anak bodoh ini sudah tahu malu sekarang," ledek Vina sambil tertawa.Rafa sebenarnya ingin terus membahas soal wasir, siapa tahu bisa menarik pelanggan dan m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 9

    Arumi menarik Rafa lebih dalam ke ladang jagung. Dia menekan bahu Rafa, memaksanya berjongkok, lalu berbisik di telinganya, "Kalau si tua bangka itu lihat kita, pasti dia akan nuduh kita melakukan hal yang nggak-nggak.""Kamu tahu sendiri, 'kan? Si tua bangka ini berengsek sekali. Dia punya niat buruk padaku. Setiap hari dia selalu cari kesempatan untuk menjebakku!"Rafa tiba-tiba teringat sesuatu. Suami Arumi memang selalu bekerja di luar kota dan jarang pulang. Sementara itu, ayah mertuanya pernah punya niat jahat terhadapnya.Tahun lalu, Hendru bahkan pernah menyelinap di bawah ranjangnya saat dia mandi. Begitu Arumi keluar, pria tua itu langsung menerkamnya dan ingin melakukan hal tidak senonoh.Tapi siapa sangka, Arumi bukan tipe perempuan yang mudah ditindas. Dia berhasil melawan, melepaskan diri, lalu menghajarnya habis-habisan dengan sandal. Bahkan, dia sempat mengejar pria tua itu keliling desa sehingga membuat Hendru dipermalukan habis-habisan.Insiden ini menjadi bahan gosip

Bab terbaru

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 50

    Kanaya menghela napas. "Ayahku tadi sedang mengangkut kotoran ternak untuk menyuburkan jagung.""Benar-benar lebih memilih uang daripada nyawa." Rafa menggeleng. "Di cuaca sepanas ini, jalan tanpa beban saja sudah tersiksa, apalagi harus mengangkut kotoran!""Itu semua salahmu, Kak." Kanaya meliriknya dengan tatapan penuh keluhan. "Kamu memberikan lima kepala sapi kepada Kak Alzam, supaya dia menggembalakan sapi-sapimu. Karena itu, dia nggak sempat membantu Ayah di ladang, jadi Ayah harus bekerja lebih keras hingga akhirnya dehidrasi.""Uh ...." Wajah Rafa memanas. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga. Untung saja Rahman tidak sampai kehilangan nyawa. Kalau tidak, Rafa akan merasa berutang budi seumur hidup!Namun, Kanaya tiba-tiba tersenyum jahil dan berbisik, "Aku cuma bercanda. Kamu sendiri tahu, Kak Alzam pemalas. Sekalipun dia nggak menggembalakan sapimu, dia tetap nggak akan membantu Ayah di ladang.""Ya juga sih." Rafa merasa lega. Memang benar, Alzam terkenal malas. Di rumah

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 49

    Ternyata penyakit wanita, pantas saja wajahnya memerah!"Tentu saja aku bisa mengobatinya. Aku ini dokter umum, semua penyakit bisa kutangani," ujar Rafa sambil mengangguk.Kemudian, dia mengerutkan kening. "Siti, tadi aku sudah periksa denyut nadimu. Sepertinya kamu nggak mengalami masalah kesehatan wanita."Bukan hanya tadi, sebelumnya pun dia sudah memeriksa nadi Siti, tetapi tidak menemukan tanda-tanda penyakit."Oh, bukan aku ... tapi temanku ...." Wajah Siti semakin merah."Bukan kamu? Lalu, kenapa wajahmu jadi merah begitu?" Rafa tertawa kecil. "Penyakit apa yang diderita temanmu? Coba ceritakan. Kalau bisa, bawa saja dia ke sini. Kalau nggak bisa, aku bisa memberi saran.""Lebih baik ... lupakan saja." Siti terlihat panik dan berusaha menghindar. "Lain kali kita bicarakan lagi."Rafa mengernyit, tidak bisa memahami jalan pikiran Siti. Benar kata orang, hati wanita itu sulit ditebak!Saat hendak pergi, Siti tiba-tiba menoleh dan berbisik, "Oh ya, Rafa ... soal penyakit wanita ta

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 48

    Galih kemari dengan berkemudi. Dia sudah minum banyak arak dan dua botol bir sebelum akhirnya pamit dan pergi dengan mobilnya. Di desa tidak ada pemeriksaan, jadi Galih pun tidak khawatir.Setelah Galih pergi, Hansen masih bersemangat. Dia merangkul bahu Rafa dengan gembira. "Rafa, kamu pintar menjilat juga sampai bisa menjalin hubungan dengan Galih. Orang ini benar-benar licik. Dulu aku minta pinjaman darinya, dia sama sekali nggak mau setuju. Hari ini berkat namamu, aku langsung dapat 40 juta!"Tadi Hansen bilang Galih adalah orang terkaya, tetapi sekarang mengatainya licik."Aku nggak menjilatnya!" Rafa menepis tangan Hansen dan bertanya, "Paman, kamu nggak kekurangan uang. Kenapa perlu pinjaman?"Miko juga ikut bingung, menatap Hansen dengan dahi berkerut. Secara logika, keluarga Hansen adalah keluarga berkecukupan, jadi seharusnya tidak perlu pinjaman.Hansen terkekeh-kekeh. "Anak muda seperti kalian nggak paham. Uang itu bisa bertambah kalau diputar!"Rafa langsung menyadari sesu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 47

    Galih tersenyum tipis. "Pak Hansen, aku ini cuma rakyat biasa, tapi malah mengundang orang penting sepertimu untuk minum. Sepertinya sangat nggak pantas."Wajah Hansen langsung memerah. Sikapnya mendadak seperti pelayan yang melayani kaisar. "Pak Galih, jangan bercanda begini! Kamu ini orang terkaya di Kota Muara, mana bisa dibandingkan denganku!"Rafa dan Miko sangat terkejut. Ternyata Galih bukan orang sembarangan! Bahkan kepala desa pun harus merendahkan diri di hadapannya.Hansen menatap Rafa dan membentak, "Rafa, dasar berengsek! Sejak kapan kamu kenal Pak Galih? Kenapa nggak bilang padaku?""Paman, aku dan Kak Galih sebenarnya ....""Kami juga baru kenal." Galih memotong dengan santai, lalu tersenyum. "Karena Pak Hansen sudah datang, ayo kita minum."Rafa segera mempersilakan Hansen duduk dan mulai menuangkan minuman.Galih yang perhatian tiba-tiba berkata, "Oh ya, Rafa, kamu ambil beberapa lauk dulu untuk ibumu."Rafa mengangguk, memilih beberapa lauk terbaik untuk ibunya, lalu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 46

    Rafa tersenyum, lalu merobek kertas itu. "Nggak apa-apa, Kak Hana. Aku sangat beruntung, aku nggak bakal mati."Miko sangat khawatir dan berkata, "Kudengar Bilham itu penguasa di Kota Muara. Rafa, seharusnya kamu simpan kertas itu dan melapor ke polisi."Rafa hendak menenangkan kakak iparnya, tetapi tiba-tiba terdengar suara seseorang di depan pintu. "Permisi, apa Rafa ada di rumah?"Suaranya terdengar agak familier. Rafa mendongak dan melihat yang datang adalah Galih, pria paruh baya yang dirampok tasnya di kota dua hari lalu.Galih tampaknya datang dengan mobil. Sebuah mobil van baru terparkir di depan pintu."Kamu?" Rafa agak terkejut."Haha, Sobat, aku datang untuk minum bersamamu!" Galih tertawa, berbalik membuka pintu mobil. Dia mengeluarkan sebungkus rokok, dua botol arak, dan banyak lauk yang sudah dimasak. Dia juga menurunkan sekotak bir."Saat dalam perjalanan, aku khawatir kamu nggak ada di rumah. Ternyata kita berjodoh, aku nggak datang sia-sia."Rafa merasa orang ini terla

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 45

    "Kak, hati-hati ...!" Rafa buru-buru mengulurkan tangan untuk menahan. Karena panik, dia justru menyentuh bagian yang tak seharusnya."Rafa, apa yang kamu lakukan?" Miko terkejut dan langsung mendorongnya."Maaf, Kak. Aku cuma ingin memeriksa denyut nadimu tadi." Rafa buru-buru melepaskan tangannya dan menjelaskan, "Aku khawatir penyakitmu belum sembuh total. Dengan memeriksa nadi, aku bisa lebih memahami kondisi tubuhmu.""Oh, oh .... Kalau begitu ... besok saja ya!" Miko masih gugup, lalu buru-buru masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Entah kenapa, pikirannya mendadak kacau. Dia bahkan tidak berani menatap Rafa.Memang benar ipar perempuan itu seperti ibu, tetapi Miko hanya tiga tahun lebih tua dari Rafa. Kini, Rafa sudah dewasa sehingga Miko merasa mereka harus menjaga jarak.Namun, bagaimana bisa menjaga jarak jika mereka hidup di bawah atap yang sama? Apa dia harus pindah rumah? Tidak! Miko tidak akan tega meninggalkan Rafa sendirian!Pikirannya berkecamuk hingga larut malam. Sete

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 44

    Rafa masih enggan berpisah, tetapi tetap harus mengantar Mega keluar. Setelah melihat Mega pergi semakin jauh, barulah Rafa kembali ke dalam rumah.Miko tiba-tiba muncul dari balik pintu, menjewer telinga Rafa dengan dua jari rampingnya. "Dasar bocah nakal, kali ini ketahuan juga, 'kan?""Kak, lepaskan ...!" Rafa meringis kesakitan, mencoba mengelak. "Apa maksudmu? Mega datang ... cuma untuk pinjam buku!""Pinjam buku? Sampai ke atas ranjang?" Miko menutup mulutnya sambil tertawa. "Kalian berdua berbuat hal nggak baik di dalam kamar, aku mendengar semuanya dari luar."Rafa mengusap telinganya. "Jangan asal bicara. Kami nggak melakukan apa-apa!""Dasar tukang bohong!" Wajah Miko merah. Dia meneruskan, "Tempat tidur kayumu itu berderit lama sekali, kamu pikir aku nggak dengar?""Ya sudah, jangan dibahas lagi. Aku mengaku." Wajah Rafa panas. Dia pun tergagap. "Aku dan Mega memang pacaran, tapi dia bilang ... untuk sementara jangan sampai orang lain tahu.""Nggak perlu malu, aku ngerti." M

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 43

    Hansen terkekeh-kekeh, lalu melambaikan tangan dan berpamitan, "Fokus saja bertani, jangan pikir yang aneh-aneh!"Rafa merasa kesal dan langsung membanting pintu.Miko yang mendengar suara itu, keluar dari halaman belakang dan bertanya, "Rafa, tadi aku sedang mandiin Ibu. Kudengar kamu mau ajuin pinjaman? Kenapa mau pinjam uang? Pak Hansen ada benarnya, kalau kita pinjam, gimana cara membayarnya?"Rafa menghela napas. "Itu saran dari Mega. Dia bilang aku bisa pinjam 10 juta untuk memperbaiki rumah kecil di timur, lalu menjadikannya ruang praktik medis.""Mega yang bilang begitu?" Miko berpikir sejenak, lalu tiba-tiba wajahnya berseri-seri. "Rafa, jangan-jangan Mega bersedia menikah denganmu dan ingin kamu menyiapkan kamar pengantin?"Rafa tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Kak, kamu ini berpikir terlalu jauh.""Nggak kok!" Miko malah semakin bersemangat. "Rafa, kasih tahu Mega, kalau dia bersedia menikah denganmu, aku rela memberikan rumah besar ini untuk kalian. Aku dan Alice bi

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 42

    Semua orang yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak. Terutama Mina, dia sampai tertawa terpingkal-pingkal dan tubuhnya ikut berguncang.Sebenarnya, Mina baru menikah tahun lalu, masih tergolong pengantin baru. Awalnya, dia cukup pemalu dan pendiam. Namun, setelah sering berteman dengan Arumi dan para ibu-ibu, dia mulai lebih terbuka.Arumi menegur, "Rafa dan Mina, kalian ini pasangan aneh! Kompak sekali mengerjaiku ya?"Mina langsung tersipu dan menahan diri untuk tidak bercanda lagi. Dia sadar dirinya bukan tandingan Arumi.Rafa baru sadar bahwa dirinya dijebak. Dia hanya bisa tersenyum kaku. "Kak, aku cuma bicara jujur. Aku ini orangnya polos ... nggak ada maksud apa-apa."Vina yang juga sedang bermain kartu ikut menimpali, "Rafa, kamu tahu nggak? Arumi memang suka pria polos sepertimu!"Rafa tetap berpura-pura lugu dan mengangguk cepat. "Tahu, tahu!"Semua orang kembali tertawa keras.Arumi melirik Vina dengan wajah sebal. "Vina, hati-hati kamu ya! Kalau kamu menyinggung

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status