Share

Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa
Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa
Penulis: Hangga

Bab 1

Penulis: Hangga
"Rafa, tolong bantu Kakak. Nanti Kakak kasih makanan enak untukmu ...."

Di sebuah sore musim panas, salah satu dari empat wanita tercantik di Desa Kenanga, Hana Pangestu, bersandar di pintu rumahnya. Dia mengenakan piama yang memperlihatkan setengah bahunya yang telanjang. Dengan wajah memerah, dia mengulurkan tangan untuk memanggil Rafa Setiawan, seorang pemuda yang dikenal memiliki keterbelakangan mental di desa itu.

"Kak Hana, ada masalah apa?"

Rafa dulunya adalah mahasiswa pertama dari Desa Kenanga yang berhasil masuk universitas. Dia berkuliah di fakultas kedokteran di ibu kota provinsi. Namun, sebuah kecelakaan membuatnya mengalami gangguan mental, sehingga kini kecerdasannya setara dengan anak berusia tujuh atau delapan tahun.

"Ada semut yang masuk ke bajuku, gatal sekali."

Hana menggeliatkan pinggangnya sambil merangkul leher Rafa. "Sini ikutan, bantu aku keluarin semutnya ...."

"Semut? Digigit semut itu sakit sekali." Dengan perhatian, Rafa ikut masuk ke kamar bersama Hana.

Tahun ini, Hana berusia 20-an. Berat dan tinggi badannya proporsional, senyumannya juga sangat manis. Rafa juga sangat menyukainya. Jadi, sudah seharusnya dia membantu Hana!

Hana duduk di tepi ranjang, lalu berbalik. "Rafa, coba buka bajuku dan lihat, apakah semutnya ada di punggung ...."

"Oke, aku lihatkan." Rafa menyibak pakaian Hana, lalu mulai mencari dengan serius.

Kulit Hana benar-benar putih dan mulus bak tahu sutra. Selain itu, tubuhnya juga memancarkan wangi yang terasa hangat .... Akan tetapi, di kulit Hana yang putih bersih itu, tidak ada semut sama sekali.

"Kak Hana, nggak ada semut nih .... Tubuhmu bersih sekali, bahkan nggak ada tahi lalat satu pun," pungkas Rafa dengan terus terang.

"Coba cari lagi, pasti ketemu." Hana membalikkan badan dan membuka pakaiannya.

Kedua payudara yang montok dalam balutan pakaian dalamnya, didekatkan ke wajah Rafa. "Rafa, coba lihat .... Apa ada masuk ke dalam sini?"

Napas Hana yang hangat berembus ke wajah Rafa. Rafa tersipu dan tidak berani melihatnya, tetapi dia tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Eh, sepertinya memang ada semut hitam di dalamnya ...." Setelah melihatnya dengan saksama, Rafa akhirnya menemukan sesuatu.

"Benarkah? Cepat bantu aku tangkap semutnya. Aduh, aku digigit nih," seru Hana sambil memeluk kepala Rafa.

"Kak Hana, kepalaku sesak. Aku nggak ... kelihatan apa pun. Lepaskan tanganmu. Kalau nggak lepas ... aku terlalu dekat .... Napasku jadi sesak. Nggak kelihatan apa pun ...." Rafa terkejut bukan main dan tidak berani meronta.

Hana terkekeh-kekeh, lalu melepaskan tangannya perlahan-lahan.

Rafa menghela napas lega, lalu mulai bersiap hendak menangkap semut tersebut. Namun tak disangka, pakaian dalam Hana tiba-tiba terjatuh saat itu juga.

"Ah!" Rafa berteriak sambil buru-buru menutup matanya. "Kak Hana, malu sekali. Nggak boleh lihat, nggak boleh lihat ...."

"Dasar bodoh. Kalau kamu nggak lihat, mau gimana bantu aku nangkap semut?" tanya Hana dengan wajah merona.

Rafa masih tetap menutup matanya dengan polos dan menggelengkan kepala terus-menerus. Melihat hal itu, Hana mulai merasa cemas.

"Duh, ternyata semutnya ada di badanmu." Hana tiba-tiba mengulurkan tangan untuk membuka kaus singlet milik Rafa. "Cepat buka kaus singletmu. Kak Hana bantu tangkapin semutnya."

Sebelum Rafa sempat bereaksi, kausnya telah dilepas dan dilemparkan ke samping.

"Semutnya lari ke celanamu, sini kubantu." Hana memeluk Rafa dengan kedua tangannya, lalu mendorongnya jatuh ke ranjang.

"Kak Hana, kamu ...." Rafa hanya merasa pikirannya menjadi kacau dan dia telah melupakan soal menangkap semut sebelumnya.

Meskipun pikirannya masih seperti anak tujuh atau delapan tahun yang polos, tubuhnya yang sudah berusia 20 tahun itu bereaksi dengan jujur.

Bam!

Tiba-tiba, pintu kamar didobrak dengan keras!

Rafa terkejut seketika. Saat berbalik, dia melihat suami Hana, Angga Prakoso.

Angga berusia 28 tahun dan pernah belajar tinju selama dua tahun saat masih muda. Dia dikenal sebagai preman desa yang suka menindas orang, melakukan berbagai kejahatan, dan bahkan sudah tiga kali masuk penjara.

Kali ini, dia baru saja dibebaskan kurang dari sebulan!

"Rafa sialan, berani-beraninya kamu memperkosa istriku!"

Angga tersenyum kejam, lalu menendang bokong Rafa dengan keras. "Bajingan! Sudah kuduga kamu mau menodai istriku. Sekarang sudah ketangkap basah, menurutmu mau gimana?"

Rafa berguling turun dari ranjang dan berkata, "Bukan begitu, Kak Angga. Kak Hana cuma nyuruh aku nangkap semut. Ya, kamu ... lagi nangkap semut!"

"Nangkap semut?" Angga langsung mencekik leher Rafa. "Ikut aku! Kita tanyakan sama kakak iparmu, mana ada orang yang nangkap semut dengan cara begini?"

Di sisi lain, Hana menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan menunduk sambil menangis. Semua ini adalah rencana yang disusun oleh Angga. Hana juga melakukannya karena terpaksa. Sebab, dia akan dipukuli jika tidak menuruti perintah Angga.

Angga bahkan mengancam akan membunuh keluarga Hana jika dia membangkang.

"Kamu lihat sendiri, istriku sampai menangis. Kamu masih berani bilang bukan mau menodai dia?!" Angga tertawa licik, lalu mendorong Rafa keluar pintu. "Ayo, kita cari kakak iparmu, Miko!"

"Bukan begitu, aku cuma nangkap semut ...." Rafa sangat ketakutan. Dia langsung berlari sekuat tenaga ke arah gunung.

"Dasar berengsek, kamu nggak akan bisa lolos!"

Angga tidak terburu-buru mengejarnya, melainkan berjalan kembali ke dalam rumah sambil terkekeh-kekeh untuk mengambil kaus singlet yang ditinggalkan Rafa. Selain itu, dia juga mengambil pakaian dalam Hana.

Ini adalah bukti "kejahatan" yang dilakukan Rafa. Dengan adanya benda-benda ini, Angga bisa melancarkan rencananya selanjutnya.

"Angga, lepaskanlah dia." Hana mengusap air matanya. "Kamu mau minta uang sama Kak Miko, tapi mereka sendiri juga nggak punya uang. Aku tahu, mereka masih ngutang puluhan juta sama kamu."

"Jalang sialan, memangnya kamu tahu apa?" Angga duduk dan memeluk Hana sambil tersenyum licik.

"Dua rumah gubuk kita sudah hampir roboh, kita nggak punya tempat tinggal lagi. Si bodoh itu punya empat rumah bata. Aku sengaja menjebaknya untuk cari alasan, lalu kita bisa pindah ke sana. Hehe ...."

Mendengar hal itu, Hana langsung mendorong Angga. "Angga, kamu mau pindah ke rumah Rafa, lalu nyari kesempatan untuk meniduri Kak Miko, 'kan? Kamu ini benar-benar biadab!"

Plak!

Angga menampar wajah Hana.

"Jalang, memangnya kamu berhak ikut campur urusan pria? Kalau berani macam-macam, akan kubunuh kamu dan keluargamu, lalu kujual adikmu untuk jadi pelacur!"

Hana menyeka bekas darah yang menetes di sudut bibirnya dan tidak berani berbicara lebih jauh lagi. Dia tahu, Angga adalah pria berengsek yang sudah lama menargetkan adiknya!

Angga menyalakan sebatang rokok dengan bangga. "Si Miko cantik itu nggak akan bisa lolos dariku lagi kali ini ...."

Miko adalah kakak ipar Rafa, seorang wanita yang diakui cantik oleh seluruh desa. Wajahnya sangat mirip dengan putri di televisi, bahkan bisa dibilang lebih cantik!

Sayangnya, suaminya pergi merantau untuk bekerja dan sudah lebih dari setahun tidak ada kabar.

Miko harus mengurus rumah sendirian, merawat putrinya yang baru berusia satu setengah tahun, serta ibu mertuanya yang lumpuh separuh badan, juga adik iparnya yang kini menjadi orang bodoh.

Penduduk desa sering merasa iba terhadap nasib Miko yang sangat menderita. Namun, Angga si bajingan itu, malah tidak merasa kasihan pada Miko sama sekali.

Sebaliknya, begitu mengetahui bahwa suami Miko kehilangan kabar, dia langsung berniat buruk dan ingin mendapatkan Miko!

Setelah menghabiskan sebatang rokok, Angga membawa "bukti kejahatan" ini ke rumah Rafa. Saat itu, Miko sedang bekerja di halaman belakang. Mengira Rafa telah pulang, Miko langsung keluar untuk menyambutnya. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat yang datang itu adalah Angga.

Angga tertawa licik sambil mengangkat kaus Rafa. "Miko, kamu kenal kaus ini, 'kan?"

Miko mengangguk. "Itu baju Rafa, kenapa bisa ada di tanganmu?"

Angga tiba-tiba mendorong Miko ke kamar dan tertawa licik. "Si bodoh itu memperkosa istriku, menurutmu mau gimana? Kaus ini adalah bukti kejahatannya!"

Miko hanya seorang gadis lemah berusia 23 tahun. Mendengar hal ini, dia menggeleng dengan terkejut. "Nggak mungkin. Meski Rafa cacat mental, dia bukan orang jahat. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti itu ...."

"Buktinya sudah lengkap, jangan harap kamu bisa mengelak!"

Angga melempar baju itu ke ranjang, lalu berjalan selangkah demi selangkah ke hadapan Miko. "Miko, serahkan empat rumah milik si bodoh itu padaku, kita anggap urusan ini selesai. Atau ... kamu tidur denganku sepuluh kali, kita bisa anggap masalah ini impas."

"Dasar bajingan! Jangan harap!"

Miko terkejut dan ketakutan, lalu menunjuk ke arah pintu. "Keluar dari rumahku sekarang juga!"

"Nggak usah pura-pura suci. Aku tahu, suamimu sudah setahun nggak pulang. Kamu pasti juga sudah haus sama pria."

Angga menerjang ke arahnya dan memeluk Miko yang lemah lembut. Bibirnya mulai mencumbu dengan kasar sambil tertawa licik.

"Kamu pengen pria, aku pengen wanita. Bukannya itu pas sekali? Sini, bantu aku lampiaskan nafsuku, daripada kamu habis-habisin timun. Kujamin kamu akan puas langsung!"

"Bajingan, lepaskan aku!" Miko berusaha melawan, tetapi tidak sanggup melepaskan diri.

Pakaian Miko dirobek oleh Angga dan menampakkan kulitnya yang mulus ....
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 2

    "Berengsek, jangan pukul kakak iparku. Pukul aku saja!"Di saat Miko berusaha untuk melawan, Rafa kebetulan pulang. Tadi, dia sempat lari ke ujung desa dan bersembunyi. Setelah merenung sejenak, dia memutuskan untuk pulang dan mengaku pada kakak iparnya.Namun, begitu sampai di rumah, pemandangan mengerikan itu langsung terpampang di depan matanya. Meskipun dianggap bodoh, Rafa tetap punya temperamen!Dengan amarah yang memuncak, dia langsung menerjang Angga dan mulai menghujani pukulan padanya. Angga boleh saja memukulnya, tapi dia tidak boleh melukai kakak iparnya!Sejak dulu, Rafa sangat menyayangi Miko dan tidak akan membiarkan siapa pun menganiayanya! Namun, tinju-tinjunya Rafa ternyata tidak cukup kuat. Berkali-kali dia memukul Angga, tetapi bagi pria itu, serangannya tidak berefek sama sekali.Angga terkejut sejenak, lalu menghentikan gerakannya dan berbalik dengan wajah geram. Setelah membalikkan badan, dia mencengkeram leher Rafa dan mendorongnya dengan kasar!"Berengsek, kamu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 3

    "Mau nolong orang, dong, kenapa?"Rafa melirik Mega dengan sinis dan berkata, "Baju renang adikmu terlalu ketat, jadi menghambat proses resusitasi jantung dan paru. Ini dasar ilmu medis, kamu mengerti nggak?"Mega terdiam sesaat, lalu menangis semakin keras, "Kalau begitu cepat selamatkan dia! Aku mohon!"Rafa melihat ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan alat apa pun yang bisa digunakan. Tiba-tiba, dia mendapatkan ide. Dia memungut sebatang rumput liar yang keras dan mematahkannya, lalu menggunakan ujung runcingnya untuk menusuk beberapa titik di dada dan bawah ketiak Marisa.Menurut ilmu pengobatan kuno, dalam situasi seperti ini, akupunktur harus digunakan untuk merangsang aliran energi di jantung agar memungkinkan proses resusitasi berhasil. Berhubung Rafa tidak memiliki jarum perak, dia terpaksa menggunakan rumput liar sebagai pengganti.Ajaibnya, tangan dan kaki Marisa tiba-tiba bergerak sedikit!"Ada harapan! Rafa, lanjutkan! Cepat teruskan!" Mega begitu bersemangat hingga air m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 4

    Kesadaran Rafa baru saja pulih, tetapi masih ada sedikit gejala yang tersisa saat dia menjadi bodoh. Setelah beberapa detik terdiam, dia baru menyadari situasinya dan buru-buru berbalik keluar. Wajahnya terasa sangat panas.Sepertinya, dia melihat sesuatu ... yang tidak seharusnya dia lihat tadi.Mega buru-buru merapikan pakaiannya dan keluar, lalu berjalan melewati Rafa. Dengan wajah memerah, dia berkata dengan suara pelan, "Untung saja kamu ini bodoh .... Kalau nggak, aku pasti malu setengah mati. Sudah, cepat masuk sana."Rafa menyeka keringat dinginnya sebelum masuk ke dalam toilet. Namun, pemandangan tadi terus terbayang-bayang dalam pikirannya.Pukul delapan pagi. Akhirnya, sebuah mobil sedan yang tua dan usang datang menjemput mereka. Hansen naik ke kursi penumpang depan dengan wajah kesal dan menggerutu tidak jelas. Sementara itu, Rafa duduk di kursi belakang bersama Mega dan Marisa.Wajah Marisa masih merah padam dan tidak berani memandang Rafa. Semalam, pemuda ini telah melih

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 5

    Astaga, mau bunuh sekeluarganya?Tanpa ragu, Rafa langsung mengayunkan tangan dan menebas tengkuk Angga dengan satu pukulan tajam!Bruk!Angga langsung terjatuh di lantai dan tidak bergerak sama sekali. Rafa melirik sekeliling, memastikan tidak ada orang di sekitar. Lalu, dia mengeluarkan sebatang jarum perak. Jarum ini bisa menyelamatkan orang, tapi juga bisa membuat orang menderita.Syut syut syut!Dalam hitungan detik, Rafa sudah menusukkan 12 jarum ke berbagai titik di tubuh Angga. Dua belas jarum ini menutup sebagian besar meridian di dalam tubuh Angga. Dalam sepuluh hari ke depan, Angga akan merasakan penderitaan yang luar biasa.Melihat Angga terkapar tak berdaya, Rafa langsung berbalik dan pergi.Setibanya di rumah, Rafa langsung masuk ke kamarnya untuk meletakkan barang-barang yang dibelinya, lalu mengambil mainan dan bebek panggang sebelum menuju ke belakang rumah.Di sana, Miko sedang bermain dengan Alice dan membuat gadis kecil itu tertawa riang.Tok! Tok!"Kak!" Rafa mende

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 6

    "Makanan apa? Enak banget ya?" tanya Rafa dengan santai."Tentu saja enak. Nanti malam datang ke rumahku, kamu akan tahu sendiri," jawab Arumi sambil tersenyum.Meski Rafa agak bodoh, penampilannya cukup tampan dan membuat orang terpesona. Jika bukan karena mentalnya yang terbelakang, dengan penampilannya ini, pasti ada banyak wanita yang ingin menikahinya meski dia miskin."Baiklah. Kakak jangan bohongi aku ya." Rafa menghela napas, lalu mengambil tongkat bambu pemikul.Sial benar hari ini, baru keluar rumah sudah kena kerja rodi.Di jalan setapak yang sunyi, hanya terdengar suara tongkat bambu berderit pelan. Suaranya sangat berirama, seperti ....Wajah Arumi tiba-tiba memerah karena teringat sesuatu.Rafa menoleh sekilas dan bertanya dengan heran, "Kak Arumi, kenapa wajahmu merah sekali? Kamu nggak sakit, 'kan?""Aku nggak sakit, dasar bodoh."Arumi menjawab sambil tertawa, "Suara bambu ini ... mirip suara ranjang kayu di rumahku."Rafa mengernyit heran. "Ranjang kayu di rumahku jug

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 7

    "Kak, aku nggak ngomong sembarangan."Rafa menjelaskan, "Aku lagi melakukan pemeriksaan, Kak. Jangan malu, di rumah sakit besar juga ada dokter pria di bagian ginekologi. Siklus menstruasimu nggak teratur, dan setiap kali datang bulan, darahnya baru bersih setelah tujuh atau delapan hari. Ini adalah kondisi yang perlu ditangani."Miko terdiam sejenak. "Jadi, kamu benar-benar bisa mengobati orang?" Apa yang baru saja dikatakan Rafa, semuanya memang akurat."Tentu saja bisa."Rafa mengeluarkan jarum peraknya. "Kalau Kakak masih ragu, kita bisa coba sesuatu lagi. Aku cuma butuh dua jarum untuk membuat tanganmu nggak bisa diangkat."Miko berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kalau kamu benar-benar punya kemampuan seperti itu, aku pasti akan mendukungmu membuka klinik.""Baiklah," kata Rafa. "Tapi Kakak harus lepas jaket luarnya dulu.""Kenapa harus lepas baju?" Miko kembali tersipu, wajahnya memerah."Kalau lepas pakaian, aku lebih mudah nemukan titik akupunkturnya.""Hm, baiklah kalau begitu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 8

    Rafa awalnya mengira ini adalah pertanyaan serius, sehingga dia berkata dengan percaya diri, "Tentu saja bisa! Tapi aku harus lihat dulu, apakah itu wasir internal, eksternal, atau kombinasi."Arumi langsung tertawa keras, "Kak Vina, ayo tunjukkan wasirmu sama Rafa!""Sembuhkan saja dulu mulut busukmu itu!" maki Vina yang sama kejamnya."Tapi kalau Rafa benar-benar bisa menyembuhkannya, aku juga nggak akan keberatan. Dua puluh tahun yang lalu, waktu Rafa baru lahir, ibunya kekurangan ASI dan membawanya ke rumahku untuk minta susu! Jadi, dalam pandanganku, Rafa ini seperti anakku sendiri!"Rafa langsung cemberut dan memotong canda gurau beberapa orang itu, "Kalau mau berobat, lakukan saja. Jangan bahas masa lalu!""Aku cuma minum beberapa tetes susu waktu kecil. Nggak berarti aku harus jadi anakmu sekarang, 'kan? Nggak adil!""Wih, anak bodoh ini sudah tahu malu sekarang," ledek Vina sambil tertawa.Rafa sebenarnya ingin terus membahas soal wasir, siapa tahu bisa menarik pelanggan dan m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 9

    Arumi menarik Rafa lebih dalam ke ladang jagung. Dia menekan bahu Rafa, memaksanya berjongkok, lalu berbisik di telinganya, "Kalau si tua bangka itu lihat kita, pasti dia akan nuduh kita melakukan hal yang nggak-nggak.""Kamu tahu sendiri, 'kan? Si tua bangka ini berengsek sekali. Dia punya niat buruk padaku. Setiap hari dia selalu cari kesempatan untuk menjebakku!"Rafa tiba-tiba teringat sesuatu. Suami Arumi memang selalu bekerja di luar kota dan jarang pulang. Sementara itu, ayah mertuanya pernah punya niat jahat terhadapnya.Tahun lalu, Hendru bahkan pernah menyelinap di bawah ranjangnya saat dia mandi. Begitu Arumi keluar, pria tua itu langsung menerkamnya dan ingin melakukan hal tidak senonoh.Tapi siapa sangka, Arumi bukan tipe perempuan yang mudah ditindas. Dia berhasil melawan, melepaskan diri, lalu menghajarnya habis-habisan dengan sandal. Bahkan, dia sempat mengejar pria tua itu keliling desa sehingga membuat Hendru dipermalukan habis-habisan.Insiden ini menjadi bahan gosip

Bab terbaru

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 100

    Wanita itu mengira Rafa tidak puas, jadi berkata dengan nada menyesal, "Aku tahu kamu mungkin kurang puas, tapi aku cuma bisa kasih segitu. Tapi, aku bisa menambahkan 20 juta sebagai tanda terima kasih karena sudah membantuku tadi.""Nggak, nggak ... aku sangat puas." Rafa berbicara jujur. Dia tersenyum dan meneruskan, "Dalam bisnis, memang harus begitu, harus adil. Soal uang terima kasih, aku nggak bisa terima. Aku bantu bukan karena uang.""Jarang sekali ada orang baik sepertimu." Wanita itu tersenyum. "Baiklah, aku antar kamu ke pasar, biar aku langsung kasih uangnya."Mobil pun melaju menuju pasar obat tradisional."Namaku Karina. Kamu bisa panggil aku Kak Karina." Sambil menyetir, wanita itu bertanya, "Siapa namamu? Dari mana asalmu?""Aku Rafa, dari Desa Kenanga.""Oh, oh ...." Karina mengambil sebuah kartu nama dan tersenyum. "Kalau nanti kamu datang ke kota ini lagi, hubungi saja aku kalau butuh bantuan. Mau jual atau beli obat, aku bisa bantu. Aku jamin kamu bisa jual dengan h

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 99

    Perampok yang satunya marah besar! Dia mengayunkan kunci inggrisnya ke arah kepala Rafa!"Matilah!" Rafa dengan sigap mengayunkan ranselnya, memukul kunci inggris itu hingga terlempar. Kemudian, dia menyusul dengan satu tendangan tepat ke perut perampok itu!"Aaaarrgh ... ughhh ...." Perampok kedua langsung jatuh berlutut, wajahnya pucat pasi, keringat bercucuran."Berani-beraninya kalian menindas wanita!" Rafa masih dipenuhi amarah. Dia kembali melayangkan tendangan bertubi-tubi, membuat wajah kedua perampok itu penuh luka lebam.Wanita yang memakai rok pendek itu ketakutan. Dia bergegas bangkit dan berteriak cemas, "Dik, cukup! Kalau terus dipukul, mereka bisa mati!"Rafa baru menghentikan aksinya. Dua perampok itu merangkak ke mobil mereka dengan tubuh penuh darah. Dengan sempoyongan, mereka masuk ke mobil, menyalakan mesin, lalu kabur."Fiuh ...." Wanita itu menghela napas lega. Dia merapikan rambut dan pakaiannya, lalu mengangguk ke arah Rafa. "Terima kasih banyak ya.""Sama-sama.

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 98

    "Ke pemandian ... bisa lihat apa?" Rafa bingung."Lihat apa? Lihat burung! Di pemandian banyak burung, silakan lihat sepuasnya!" sahut pria tua itu dengan ketus."Buset! Begini caramu berdagang?" Rafa murka, menatap tajam pria itu. "Ya sudah! Aku nggak akan pergi ke pemandian hari ini. Aku akan tetap di sini, melihat burung tuamu!"Tiga pegawai wanita di toko itu saling melirik dan menahan tawa. Mereka memberi isyarat agar Rafa segera pergi."Sial, pagi-pagi sudah bertemu iblis. Sial sekali!" Rafa memelototi pria tua itu, menggerutu sambil berjalan pergi.Awalnya, Rafa masih merasa ada kedekatan dengan tanah leluhurnya. Namun, hari ini dia bukan hanya diincar pencuri, tetapi juga bertemu dengan kakek menyebalkan ini. Perasaan hangat itu lenyap seketika.Dia bahkan mulai berpikir, mungkin nenek moyangnya yang pindah ke Desa Kenanga dulu telah mengambil keputusan yang tepat! Tempat ini benar-benar buruk!Rafa masuk ke toko di seberang. Karena telah belajar dari pengalaman, kali ini dia l

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 97

    Mata Rafa juga sedikit panas, tetapi dia menahan air matanya. Dia menghapus air mata Miko dan berucap, "Kak, tenang saja. Aku tahu tanggung jawabku, aku nggak akan mengecewakanmu."Miko mengangguk, lalu perlahan melepaskan pelukannya. Dia melihat Rafa pergi semakin jauh.Di timur, langit mulai memancarkan sinar fajar. Rafa berjalan cepat melewati jalan setapak menuju Kota Muara. Sesampainya di sana, dia menyewa sebuah mobil van dan langsung menuju stasiun kereta api kota kabupaten.Lima jam perjalanan dengan kereta api. Akhirnya sebelum tengah hari, Rafa tiba di Kota Obat, pusat perdagangan herbal terbesar!Di kota kecil biasa, paling-paling hanya ada satu atau dua toko obat. Di kota besar, mungkin hanya ada satu pasar obat. Namun di sini, bukan sekadar pasar, melainkan kota khusus untuk obat!Dari namanya saja, sudah terasa perbedaan skala yang luar biasa. Sebagai keturunan langsung dari tabib legendaris, Rafa merasa bersemangat.Dia berjalan sambil mengamati suasana hingga akhirnya t

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 96

    Rafa sungguh kehabisan kata-kata. Dia mengayunkan tangannya, lalu jarum peraknya langsung menusuk punggung tangan Arumi."Aaaahhh ...!" Arumi menjerit kesakitan.Sebelum Arumi pergi, beberapa warga desa mulai berdatangan. Sorenya, semakin banyak yang datang berobat. Ini karena makan daging kerbau, lalu mengalami panas dalam.Rafa akhirnya menjual habis semua ramuan herbalnya untuk meredakan panas dalam, juga semua persediaan pil.Inilah yang disebut efek domino. Kerbau tua milik Rahman mati, membuat seluruh desa menderita panas dalam, tetapi justru memberi Rafa keuntungan kecil.Satu pasien bisa menghasilkan 20 ribu, jadi totalnya dia berhasil mendapatkan 400 ribu. Uang receh tetap uang!Saat makan malam, Rafa berdiskusi dengan Miko. "Kak, besok aku harus pergi jauh. Aku mau ke Kota Obat, kampung halamanku, untuk beli beberapa bahan obat."Dia harus menjual batu empedu kerbau itu, menukarnya dengan uang, lalu membeli obat untuk menyembuhkan Diah."Kampung halaman?" Miko tidak mengerti,

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 95

    "Kak, ini klinik. Kita ... bicarakan soal pengobatan." Rafa mulai berkeringat. Matanya menghindar, tidak berani menatap wajah Hana. "Sebenarnya ... apa yang sakit?"Baru saat itu, Hana melepaskan tangannya dari pipi dan mendekatkan wajahnya. "Gigiku sakit."Rafa mengangguk, mengambil senter untuk memeriksa mulut Hana, lalu meraba nadinya. "Nggak apa-apa, Kak. Kamu cuma kepanasan ....""Kepanasan?" Hana tersenyum. "Ya, aku memang kepanasan. Bisa nggak kamu bantu meredakan?""Ten ... tentu bisa ...." Rafa langsung gugup dan terbata-bata. "Kak, kamu makan apa dua hari ini?""Apa lagi? Ya daging kerbau yang kamu kasih 1,5 kilo kemarin, karena kamu kasihan padaku," sahut Hana dengan nada penuh keluhan."Daging kerbau?" Rafa langsung paham.Di cuaca panas seperti ini, makan daging kerbau berlebihan memang bisa menyebabkan panas dalam. Niat baiknya justru membawa masalah untuk diri sendiri."Nggak apa-apa. Aku akan bantu kamu redain panasnya .... Eh, maksudku, aku akan racik obat untukmu." Ka

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 94

    Setelah mendengar analisis Rafa yang begitu logis dan masuk akal, Miko akhirnya merasa tenang. Namun, dia masih bertanya, "Rafa, apa Pak Dika ... benar-benar akan mati?""Kak, coba ingat-ingat. Aku sudah menangani pasien selama setengah bulan ini, apa pernah aku salah mendiagnosis?" tanya Rafa balik."Memang benar yang kamu katakan ...." Miko mengangguk, lalu menghela napas. "Sayangnya, Pak Dika nggak mau mendengarkanmu. Satu nyawa hilang begitu saja."Rafa hanya mengangkat bahunya. Kalau orang memang ingin mati, apa yang bisa dia lakukan?Setelah kembali ke kamar, Rafa mengambil batu empedu yang didapatkannya. Di mana dia bisa menjual barang berharga ini?Di kota kecil? Tidak mungkin. Tempat kecil seperti itu tidak akan ada orang yang bisa menilai harganya. Selain itu, jika kabar ini bocor dan Rahman tahu, pasti akan muncul masalah lagi.Ke Kota Obat saja! Tanah kelahiran leluhur mereka, sang tabib legendaris, pusat perdagangan obat tradisional terbesar di negara ini!Namun, bukan sek

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 93

    "Baik, baik." Dika mengangguk dan melambaikan tangan ke sekeliling. "Hari ini, dengan kesaksian warga desa, Pak Galih, serta Pak Hansen, aku bertaruh dengan Rafa. Hari ini aku biarkan dia lolos, tapi 3 hari kemudian, aku akan datang lagi. Jangan sampai ada yang bilang aku menindasnya!"Galih, Hansen, dan warga desa terdiam menatap Rafa. Taruhan ini terlalu besar!Rafa juga melambaikan tangan dan berseru dengan lantang, "Hari ini aku bertaruh dengan Pak Dika! Tiga hari kemudian, kalau beliau masih bisa muncul dengan sehat di depan rumahku, aku sendiri yang akan membakar klinikku dan menyerahkannya kepadanya!"Kerumunan mulai berbisik-bisik.Rafa menatap Dika dan berkata, "Pak Dika, aku sarankan kamu jangan mempertaruhkan nyawa dalam taruhan ini. Aku akan memberimu resep. Pergilah ke rumah sakit di ibu kota provinsi, jalani operasi. Gunakan ramuan herbal coptis chinensis dan houpoea officinalis, seduh dengan teh, dan minum setiap hari. Itu bisa menyelamatkan nyawamu.""Terima kasih! Tiga

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 92

    "Aku beli untuk dimakan sendiri, boleh 'kan? Badanku kurang sehat, jadi aku memang suka makan obat."Rafa tersenyum, lalu meneruskan, "Kamu menuduhku membuka klinik, mengobati pasien, mencari uang secara ilegal. Silakan tunjukkan buktinya. Siapa yang kuobati? Aku menerima uang dari siapa? Tolong tunjukkan bukti itu."Kemudian, Rafa menoleh ke arah warga desa yang berkumpul di depan pintu dan melambaikan tangan. "Saudara-saudara sekalian, apa ada di antara kalian yang pernah sakit dan mencariku untuk berobat?"Orang-orang tertawa serempak. "Semua penduduk Desa Kenanga sehat walafiat!""Kamu ...!" Dika terdiam, tidak bisa membalas. Dia menoleh ke Hansen dan membentak, "Pak Hansen! Kemari dan bersaksi! Ini urusan desa kalian!"Hansen menggaruk kepalanya dan mendekat. "Bersaksi gimana?""Bersaksi kalau Rafa menghasilkan uang dengan mengobati orang!""Oh, oh ...." Hansen berpikir sejenak, lalu menghela napas. "Kalau soal mengobati orang, memang ada. Ayahnya dulu seorang tabib, jadi meningga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status