Share

Bab 2

Author: Hangga
"Berengsek, jangan pukul kakak iparku. Pukul aku saja!"

Di saat Miko berusaha untuk melawan, Rafa kebetulan pulang. Tadi, dia sempat lari ke ujung desa dan bersembunyi. Setelah merenung sejenak, dia memutuskan untuk pulang dan mengaku pada kakak iparnya.

Namun, begitu sampai di rumah, pemandangan mengerikan itu langsung terpampang di depan matanya. Meskipun dianggap bodoh, Rafa tetap punya temperamen!

Dengan amarah yang memuncak, dia langsung menerjang Angga dan mulai menghujani pukulan padanya. Angga boleh saja memukulnya, tapi dia tidak boleh melukai kakak iparnya!

Sejak dulu, Rafa sangat menyayangi Miko dan tidak akan membiarkan siapa pun menganiayanya! Namun, tinju-tinjunya Rafa ternyata tidak cukup kuat. Berkali-kali dia memukul Angga, tetapi bagi pria itu, serangannya tidak berefek sama sekali.

Angga terkejut sejenak, lalu menghentikan gerakannya dan berbalik dengan wajah geram. Setelah membalikkan badan, dia mencengkeram leher Rafa dan mendorongnya dengan kasar!

"Berengsek, kamu akhirnya berani pulang juga? Akan kuhabisi kamu hari ini! Lihat saja apa kamu masih berani ganggu istriku lagi nggak!"

Bruk bruk ....

Rafa tersentak mundur dua langkah dan terduduk di lantai. Dia sama sekali bukan lawan pria ini!

Angga masih tidak puas. Dia menarik rambut Rafa dan lanjut menyerangnya. Sebagai empat penjahat besar di Desa Kenanga, Angga selalu percaya bahwa kekerasan dan keberanian nekat bisa menaklukkan segalanya!

Bahkan istrinya, Hana, juga direbutnya dengan kekerasan. Keluarga mertuanya hanya bisa diam tanpa berani membalas.

"Angga, kamu benaran mau bunuh orang ya? Akan kuhabisi kamu!" Melihat Rafa dipukuli, Miko yang lemah lembut merasa hatinya remuk. Dengan amarah membara, dia langsung mengambil gunting dan menerjang Angga.

Namun, Angga sama sekali tidak peduli. Dengan mudah, dia merebut gunting itu dan mendorong Miko hingga jatuh ke lantai. Sambil tersenyum jahat, tangannya sengaja mencubit tubuh Miko.

"Angga, kamu mukul kakak iparku lagi? Aku nggak akan memaafkanmu!"

Melihat Miko diperlakukan seperti itu, Rafa benar-benar kehilangan kendali. Tanpa berpikir panjang, dia meraih sebuah guci batu untuk menggiling obat, lalu melemparkannya ke arah Angga.

Guci batu itu adalah warisan turun-temurun dari almarhum ayahnya yang dulunya seorang tabib desa. Bobotnya sekitar empat kilogram.

Bam!

Angga buru-buru menghindar. Guci batu itu mengenai dinding dan langsung hancur berkeping-keping. Serpihan batu berhamburan ke segala arah, beberapa di antaranya melukai dahi Rafa.

Namun, pada saat yang sama, muncul kilatan cahaya aneh yang tiba-tiba memelesat masuk ke dadanya!

"Ah …!" Bak disambar petir, Rafa berteriak keras dan terpaku di tempat.

"Bajingan, akan kubunuh semua keluargamu hari ini!" Angga marah besar. Dia berbalik dan menerjang ke arah Rafa lagi. "Mati saja kau, berengsek!"

Di dalam tubuh Rafa, kekuatan dahsyat yang baru saja bangkit tiba-tiba meledak tanpa bisa dikendalikan. Saat menghadapi Angga, kedua tangannya refleks mendorong ke depan dengan kekuatan penuh!

Bruk!

"Pfft ...!"

Angga terpental lebih dari tiga meter, lalu terlempar keluar dari pintu dan jatuh dengan keras di lantai. Darah segar menyembur dari mulutnya.

Dengan darah yang mengalir di dahinya, Rafa melangkah maju perlahan-lahan. Sorot matanya dipenuhi amarah, dadanya bergemuruh dengan niat membunuh yang luar biasa! Dia ingin mencabik-cabik Angga!

"Rafa, hentikan! Jangan pukul lagi!" Miko bergegas menerjang ke arahnya dan memeluknya erat. "Hentikan! Kamu bisa membunuhnya!"

Angga yang sudah terluka parah dan merasakan kesakitan yang luar biasa di organ dalamnya, akhirnya merasa takut melihat wajah sangar Rafa. Dia buru-buru hendak melarikan diri.

"Bajingan! Aku nggak akan ... membiarkanmu lolos!"

Sementara itu, sorot mata Rafa menjadi kosong. Begitu Miko mendorongnya masuk ke dalam rumah, dia tiba-tiba mengeluarkan jeritan keras, lalu jatuh terlentang ke lantai.

Miko yang bajunya masih berantakan, langsung menangis dan menjerit panik sambil memeluknya erat. "Rafa! Kamu kenapa? Rafa, bangun! Tolong! Rafa mati dipukul!"

Bum!

Tepat pada saat itu, di dalam benak Rafa, terdengar ledakan dahsyat yang diikuti oleh cahaya berwarna-warni di pikirannya. Di dalam kilatan cahaya itu, muncul tulisan kuno yang langsung mengalir ke dalam otaknya dengan paksa!

"Kitab Medis Genius"!

"Kitab Akupunktur dan Moksibusi"!

"Lima Teknik Pemeliharaan Tubuh"!

Dalam sekejap, Rafa merasa kepalanya seakan-akan mau meledak. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hampir pingsan!

Entah berapa lama kemudian, rasa sakit itu mulai mereda perlahan-lahan dan kesadarannya semakin jernih. Di dalam pikirannya, kini tersimpan catatan medis kuno, teknik pengobatan tradisional, serta pengetahuan mendalam tentang tanaman obat!

"Kitab Medis Genius, Kitab Akupunktur dan Moksibusi, Lima Teknik Pemeliharaan Tubuh .... Bukannya ini tiga warisan medis legendaris yang sudah punah?"

"Jangan-jangan ... leluhurku telah menampakkan keajaibannya padaku?"

Rafa membelalakkan matanya dan masih bengong dalam pelukan Miko. Dalam sekejap, kecerdasannya pulih sepenuhnya dan semua ingatan masa lalunya telah kembali. Selain itu, dia kini menguasai seluruh ilmu warisan tabib legendaris!

Melihat ekspresi linglung dari adik iparnya, Miko semakin panik. Dia memeluk erat Rafa sambil berteriak cemas, "Rafa, kamu kenapa? Ngomong sama Kakak. Gimana kamu sekarang? Jangan buat Kakak takut ...."

"Kak Miko ...."

Akhirnya, Rafa membuka mulut. Dia mengangkat tangannya untuk menyeka air mata yang mengalir di wajah Miko, lalu merapikan pakaiannya yang berantakan.

"Kak Miko, tenang saja. Ke depannya ... aku nggak akan membiarkanmu menderita lagi."

Di rumah ini, masih ada ibunya yang lumpuh dan mengalami gangguan pendengaran parah. Juga ada putri Miko yang baru berusia satu setengah tahun. Selama dua tahun terakhir, ayah Rafa telah meninggal karena sakit.

Kakaknya, Hazif, pergi merantau untuk bekerja tetapi hilang tanpa kabar. Sementara itu, Rafa sendiri menjadi tidak waras akibat kecelakaan yang menimpanya. Hanya Miko seorang diri yang berjuang mati-matian untuk mempertahankan keluarga ini.

Bisa dibayangkan, seberapa besar penderitaan yang harus ditanggung oleh wanita muda berusia 23 tahun ini!

Kini, Rafa telah sadar kembali. Mengingat penderitaan Miko selama dua tahun ini, Rafa bersumpah dalam hati bahwa dia tidak akan lagi membiarkan kakak iparnya menderita!

"Rafa, kamu ...."

Miko tertegun sejenak, lalu menggenggam tangan Rafa dengan cemas. "Rafa, sekarang ... sebaiknya kamu jangan bicara dulu. Cepat bangun, biar aku periksa lukamu."

Saat ini, dia sama sekali tidak menyadari bahwa adik iparnya yang telah bodoh selama lebih dari satu tahun, sebenarnya sudah pulih sepenuhnya!

Rafa mengangguk pelan, lalu bangkit dan pergi mencuci muka. Di depan cermin, dia memperhatikan luka di dahinya. Tidak terlalu dalam, hanya sekitar dua sentimeter.

Begitu terkena air dingin, pendarahan pun berhenti.

Melihat hal itu, Miko akhirnya merasa lega. Dia menyeka air matanya dan bertanya, "Rafa, kenapa kamu bisa sampai bertengkar sama Angga si bajingan itu?"

"Kak, soal itu ... aku sendiri yang akan mengurusnya."

Rafa terdiam sejenak, lalu berkata lagi, "Aku panas sekali sekarang, mau pergi ke sungai untuk mandi dulu."

Tadi saat guci obat itu pecah, ada seberkas cahaya misterius yang masuk ke dadanya. Sekarang, seluruh tubuhnya terasa panas membara, seakan-akan hendak meledak. Mungkin, air sungai yang dingin bisa meredakan rasa panas ini.

Tanpa menunggu jawaban Miko, Rafa berbalik dan berlari menuju sungai kecil di luar desa.

Ketika Miko sadar, Rafa sudah menghilang dari pandangannya!

"Haeh .... Ternyata dia memang masih tetap bodoh. Dalam keadaan begini, masih sempat-sempatnya dia pergi ke sungai untuk mandi ...."

Miko menghela napas dan menyeka air matanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk merawat ibu mertuanya dan putrinya.

Sementara itu di luar desa, terdapat sebuah sungai kecil yang sering menjadi tempat warga Desa Kenanga untuk mencari kesejukan di musim panas. Rafa berlari sekuat tenaga menuju sungai, lalu melompat ke dalam air!

Rasa dingin dari air sungai langsung menghilangkan panas membara di tubuhnya dan membuatnya merasa jauh lebih nyaman. Perlahan-lahan, pikirannya juga semakin jernih.

Rafa berendam selama beberapa jam di sana. Langit mulai gelap, tetapi dia masih menikmati sensasi segar itu sampai tiba-tiba ....

"Tolong! Tolong!"

Di arah timur, terdengar suara jeritan yang panik dan putus asa.

"Ada yang tenggelam! Tolong cepat selamatkan dia!"

Dari suara itu, Rafa langsung tahu bahwa orang itu adalah Mega Wijayanti, putri kedua kepala desa. Dia juga merupakan teman sekelas Rafa saat SMP dan SMA.

Kesadarannya langsung kembali sepenuhnya. Rafa melompat ke daratan dan berlari ke arah sumber suara.

"Mega, ada apa?" teriaknya.

Dengan air mata bercucuran, Mega yang sedang mengenakan pakaian renang, berusaha menarik seorang gadis muda dari air sambil berteriak histeris, "Adikku tenggelam!"

Tanpa berpikir panjang, Rafa langsung terjun ke air. Dia bergegas mengangkat tubuh gadis itu, lalu membawanya ke tepi sungai. Gadis itu ternyata adalah Marisa, anak bungsu kepala desa.

Marisa juga memakai pakaian renang, tetapi yang membuat Rafa terkejut adalah perutnya yang sangat membuncit. Dari kondisinya, jelas sekali dia telah menelan banyak air.

"Jangan teriak lagi. Tenanglah, biar kuselamatkan dia!"

Rafa segera meraba hidung dan memeriksa denyut nadi Marisa. Tidak ada pergerakan sama sekali. Dia sudah mati!

Mega yang baru saja naik ke daratan, menangis histeris dengan suara terbata-bata, "Kami berenang sama-sama. Tiba-tiba, perutku sakit, jadi aku naik sebentar ke daratan untuk buang air di semak-semak sana .... Tapi waktu aku kembali, aku lihat adikku sudah mengambang di sungai ...."

Rafa tetap tenang. Dia segera membaringkan Marisa dalam posisi terlentang, lalu mulai menekan dadanya dengan kedua tangan dan mencoba mengeluarkan air dari paru-parunya. Namun, cara itu tidak berhasil.

"Harus pakai pernapasan buatan." Tanpa ragu, Rafa segera mengganti teknik pertolongan pertama. Tetap tidak ada reaksi.

Mega yang sudah kehabisan akal, hanya bisa menatap dari samping sambil menangis dan mengentakkan kakinya.

Adiknya baru saja lulus ujian masuk universitas. Kalau dia meninggal begitu saja, ini akan menjadi tragedi yang tak terbayangkan!

"Nggak ada pilihan lagi. Aku harus pakai cara terakhir!" Setelah berpikir sejenak, Rafa tiba-tiba mengulurkan tangan dan menarik pakaian Marisa.

"Bodoh! Kamu mau ngapain?" Mega terkejut dan langsung mendorong Rafa menjauh.

Pernapasan buatan tadi masih bisa dimengerti. Namun, kenapa Rafa malah melepas pakaian adiknya?

Mega benar-benar tidak bisa menerimanya. Dia mulai curiga, apakah si bodoh ini benar-benar ingin menyelamatkan adiknya atau hanya memanfaatkan situasi untuk melecehkan adiknya?

Related chapters

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 3

    "Mau nolong orang, dong, kenapa?"Rafa melirik Mega dengan sinis dan berkata, "Baju renang adikmu terlalu ketat, jadi menghambat proses resusitasi jantung dan paru. Ini dasar ilmu medis, kamu mengerti nggak?"Mega terdiam sesaat, lalu menangis semakin keras, "Kalau begitu cepat selamatkan dia! Aku mohon!"Rafa melihat ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan alat apa pun yang bisa digunakan. Tiba-tiba, dia mendapatkan ide. Dia memungut sebatang rumput liar yang keras dan mematahkannya, lalu menggunakan ujung runcingnya untuk menusuk beberapa titik di dada dan bawah ketiak Marisa.Menurut ilmu pengobatan kuno, dalam situasi seperti ini, akupunktur harus digunakan untuk merangsang aliran energi di jantung agar memungkinkan proses resusitasi berhasil. Berhubung Rafa tidak memiliki jarum perak, dia terpaksa menggunakan rumput liar sebagai pengganti.Ajaibnya, tangan dan kaki Marisa tiba-tiba bergerak sedikit!"Ada harapan! Rafa, lanjutkan! Cepat teruskan!" Mega begitu bersemangat hingga air m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 4

    Kesadaran Rafa baru saja pulih, tetapi masih ada sedikit gejala yang tersisa saat dia menjadi bodoh. Setelah beberapa detik terdiam, dia baru menyadari situasinya dan buru-buru berbalik keluar. Wajahnya terasa sangat panas.Sepertinya, dia melihat sesuatu ... yang tidak seharusnya dia lihat tadi.Mega buru-buru merapikan pakaiannya dan keluar, lalu berjalan melewati Rafa. Dengan wajah memerah, dia berkata dengan suara pelan, "Untung saja kamu ini bodoh .... Kalau nggak, aku pasti malu setengah mati. Sudah, cepat masuk sana."Rafa menyeka keringat dinginnya sebelum masuk ke dalam toilet. Namun, pemandangan tadi terus terbayang-bayang dalam pikirannya.Pukul delapan pagi. Akhirnya, sebuah mobil sedan yang tua dan usang datang menjemput mereka. Hansen naik ke kursi penumpang depan dengan wajah kesal dan menggerutu tidak jelas. Sementara itu, Rafa duduk di kursi belakang bersama Mega dan Marisa.Wajah Marisa masih merah padam dan tidak berani memandang Rafa. Semalam, pemuda ini telah melih

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 5

    Astaga, mau bunuh sekeluarganya?Tanpa ragu, Rafa langsung mengayunkan tangan dan menebas tengkuk Angga dengan satu pukulan tajam!Bruk!Angga langsung terjatuh di lantai dan tidak bergerak sama sekali. Rafa melirik sekeliling, memastikan tidak ada orang di sekitar. Lalu, dia mengeluarkan sebatang jarum perak. Jarum ini bisa menyelamatkan orang, tapi juga bisa membuat orang menderita.Syut syut syut!Dalam hitungan detik, Rafa sudah menusukkan 12 jarum ke berbagai titik di tubuh Angga. Dua belas jarum ini menutup sebagian besar meridian di dalam tubuh Angga. Dalam sepuluh hari ke depan, Angga akan merasakan penderitaan yang luar biasa.Melihat Angga terkapar tak berdaya, Rafa langsung berbalik dan pergi.Setibanya di rumah, Rafa langsung masuk ke kamarnya untuk meletakkan barang-barang yang dibelinya, lalu mengambil mainan dan bebek panggang sebelum menuju ke belakang rumah.Di sana, Miko sedang bermain dengan Alice dan membuat gadis kecil itu tertawa riang.Tok! Tok!"Kak!" Rafa mende

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 6

    "Makanan apa? Enak banget ya?" tanya Rafa dengan santai."Tentu saja enak. Nanti malam datang ke rumahku, kamu akan tahu sendiri," jawab Arumi sambil tersenyum.Meski Rafa agak bodoh, penampilannya cukup tampan dan membuat orang terpesona. Jika bukan karena mentalnya yang terbelakang, dengan penampilannya ini, pasti ada banyak wanita yang ingin menikahinya meski dia miskin."Baiklah. Kakak jangan bohongi aku ya." Rafa menghela napas, lalu mengambil tongkat bambu pemikul.Sial benar hari ini, baru keluar rumah sudah kena kerja rodi.Di jalan setapak yang sunyi, hanya terdengar suara tongkat bambu berderit pelan. Suaranya sangat berirama, seperti ....Wajah Arumi tiba-tiba memerah karena teringat sesuatu.Rafa menoleh sekilas dan bertanya dengan heran, "Kak Arumi, kenapa wajahmu merah sekali? Kamu nggak sakit, 'kan?""Aku nggak sakit, dasar bodoh."Arumi menjawab sambil tertawa, "Suara bambu ini ... mirip suara ranjang kayu di rumahku."Rafa mengernyit heran. "Ranjang kayu di rumahku jug

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 7

    "Kak, aku nggak ngomong sembarangan."Rafa menjelaskan, "Aku lagi melakukan pemeriksaan, Kak. Jangan malu, di rumah sakit besar juga ada dokter pria di bagian ginekologi. Siklus menstruasimu nggak teratur, dan setiap kali datang bulan, darahnya baru bersih setelah tujuh atau delapan hari. Ini adalah kondisi yang perlu ditangani."Miko terdiam sejenak. "Jadi, kamu benar-benar bisa mengobati orang?" Apa yang baru saja dikatakan Rafa, semuanya memang akurat."Tentu saja bisa."Rafa mengeluarkan jarum peraknya. "Kalau Kakak masih ragu, kita bisa coba sesuatu lagi. Aku cuma butuh dua jarum untuk membuat tanganmu nggak bisa diangkat."Miko berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kalau kamu benar-benar punya kemampuan seperti itu, aku pasti akan mendukungmu membuka klinik.""Baiklah," kata Rafa. "Tapi Kakak harus lepas jaket luarnya dulu.""Kenapa harus lepas baju?" Miko kembali tersipu, wajahnya memerah."Kalau lepas pakaian, aku lebih mudah nemukan titik akupunkturnya.""Hm, baiklah kalau begitu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 8

    Rafa awalnya mengira ini adalah pertanyaan serius, sehingga dia berkata dengan percaya diri, "Tentu saja bisa! Tapi aku harus lihat dulu, apakah itu wasir internal, eksternal, atau kombinasi."Arumi langsung tertawa keras, "Kak Vina, ayo tunjukkan wasirmu sama Rafa!""Sembuhkan saja dulu mulut busukmu itu!" maki Vina yang sama kejamnya."Tapi kalau Rafa benar-benar bisa menyembuhkannya, aku juga nggak akan keberatan. Dua puluh tahun yang lalu, waktu Rafa baru lahir, ibunya kekurangan ASI dan membawanya ke rumahku untuk minta susu! Jadi, dalam pandanganku, Rafa ini seperti anakku sendiri!"Rafa langsung cemberut dan memotong canda gurau beberapa orang itu, "Kalau mau berobat, lakukan saja. Jangan bahas masa lalu!""Aku cuma minum beberapa tetes susu waktu kecil. Nggak berarti aku harus jadi anakmu sekarang, 'kan? Nggak adil!""Wih, anak bodoh ini sudah tahu malu sekarang," ledek Vina sambil tertawa.Rafa sebenarnya ingin terus membahas soal wasir, siapa tahu bisa menarik pelanggan dan m

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 9

    Arumi menarik Rafa lebih dalam ke ladang jagung. Dia menekan bahu Rafa, memaksanya berjongkok, lalu berbisik di telinganya, "Kalau si tua bangka itu lihat kita, pasti dia akan nuduh kita melakukan hal yang nggak-nggak.""Kamu tahu sendiri, 'kan? Si tua bangka ini berengsek sekali. Dia punya niat buruk padaku. Setiap hari dia selalu cari kesempatan untuk menjebakku!"Rafa tiba-tiba teringat sesuatu. Suami Arumi memang selalu bekerja di luar kota dan jarang pulang. Sementara itu, ayah mertuanya pernah punya niat jahat terhadapnya.Tahun lalu, Hendru bahkan pernah menyelinap di bawah ranjangnya saat dia mandi. Begitu Arumi keluar, pria tua itu langsung menerkamnya dan ingin melakukan hal tidak senonoh.Tapi siapa sangka, Arumi bukan tipe perempuan yang mudah ditindas. Dia berhasil melawan, melepaskan diri, lalu menghajarnya habis-habisan dengan sandal. Bahkan, dia sempat mengejar pria tua itu keliling desa sehingga membuat Hendru dipermalukan habis-habisan.Insiden ini menjadi bahan gosip

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 10

    Mega menjadi tidak sabar dan mulai memberi isyarat dengan tangan di dadanya."Itu lho, yang terbuat dari plastik, ada corong yang ditempelkan ke dada, lalu ada bola kecil di belakangnya. Kalau dipencet, udara di dalamnya keluar, menciptakan tekanan udara untuk menyedot ASI ...."Rafa akhirnya mengerti. "Oh, maksudmu pompa ASI? Kenapa nggak bilang dari tadi?""Iya, itu dia!"Mega terkekeh. "Ternyata otakmu nggak terlalu bodoh juga, Rafa.""Kamu juga nggak mau menikah sama aku, terus kenapa peduli aku bodoh atau nggak?"Rafa bergumam sambil menggendong Alice dan masuk ke kamar kakak iparnya. "Sepertinya kakak iparku pernah pakai benda itu. Aku coba cari dulu."Mega mengikutinya masuk, lalu meninju lengan Rafa pelan. "Kalau kamu nggak bodoh, aku pasti mau nikah sama kamu!"Serius, nih?Rafa langsung berbalik, menatap mata Mega dengan serius. "Mega, kamu serius?""Tentu saja! Aku selalu menepati janji."Mega membusungkan dadanya dengan percaya diri, lalu menyeringai. "Tapi masalahnya, kamu

Latest chapter

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 50

    Kanaya menghela napas. "Ayahku tadi sedang mengangkut kotoran ternak untuk menyuburkan jagung.""Benar-benar lebih memilih uang daripada nyawa." Rafa menggeleng. "Di cuaca sepanas ini, jalan tanpa beban saja sudah tersiksa, apalagi harus mengangkut kotoran!""Itu semua salahmu, Kak." Kanaya meliriknya dengan tatapan penuh keluhan. "Kamu memberikan lima kepala sapi kepada Kak Alzam, supaya dia menggembalakan sapi-sapimu. Karena itu, dia nggak sempat membantu Ayah di ladang, jadi Ayah harus bekerja lebih keras hingga akhirnya dehidrasi.""Uh ...." Wajah Rafa memanas. Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga. Untung saja Rahman tidak sampai kehilangan nyawa. Kalau tidak, Rafa akan merasa berutang budi seumur hidup!Namun, Kanaya tiba-tiba tersenyum jahil dan berbisik, "Aku cuma bercanda. Kamu sendiri tahu, Kak Alzam pemalas. Sekalipun dia nggak menggembalakan sapimu, dia tetap nggak akan membantu Ayah di ladang.""Ya juga sih." Rafa merasa lega. Memang benar, Alzam terkenal malas. Di rumah

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 49

    Ternyata penyakit wanita, pantas saja wajahnya memerah!"Tentu saja aku bisa mengobatinya. Aku ini dokter umum, semua penyakit bisa kutangani," ujar Rafa sambil mengangguk.Kemudian, dia mengerutkan kening. "Siti, tadi aku sudah periksa denyut nadimu. Sepertinya kamu nggak mengalami masalah kesehatan wanita."Bukan hanya tadi, sebelumnya pun dia sudah memeriksa nadi Siti, tetapi tidak menemukan tanda-tanda penyakit."Oh, bukan aku ... tapi temanku ...." Wajah Siti semakin merah."Bukan kamu? Lalu, kenapa wajahmu jadi merah begitu?" Rafa tertawa kecil. "Penyakit apa yang diderita temanmu? Coba ceritakan. Kalau bisa, bawa saja dia ke sini. Kalau nggak bisa, aku bisa memberi saran.""Lebih baik ... lupakan saja." Siti terlihat panik dan berusaha menghindar. "Lain kali kita bicarakan lagi."Rafa mengernyit, tidak bisa memahami jalan pikiran Siti. Benar kata orang, hati wanita itu sulit ditebak!Saat hendak pergi, Siti tiba-tiba menoleh dan berbisik, "Oh ya, Rafa ... soal penyakit wanita ta

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 48

    Galih kemari dengan berkemudi. Dia sudah minum banyak arak dan dua botol bir sebelum akhirnya pamit dan pergi dengan mobilnya. Di desa tidak ada pemeriksaan, jadi Galih pun tidak khawatir.Setelah Galih pergi, Hansen masih bersemangat. Dia merangkul bahu Rafa dengan gembira. "Rafa, kamu pintar menjilat juga sampai bisa menjalin hubungan dengan Galih. Orang ini benar-benar licik. Dulu aku minta pinjaman darinya, dia sama sekali nggak mau setuju. Hari ini berkat namamu, aku langsung dapat 40 juta!"Tadi Hansen bilang Galih adalah orang terkaya, tetapi sekarang mengatainya licik."Aku nggak menjilatnya!" Rafa menepis tangan Hansen dan bertanya, "Paman, kamu nggak kekurangan uang. Kenapa perlu pinjaman?"Miko juga ikut bingung, menatap Hansen dengan dahi berkerut. Secara logika, keluarga Hansen adalah keluarga berkecukupan, jadi seharusnya tidak perlu pinjaman.Hansen terkekeh-kekeh. "Anak muda seperti kalian nggak paham. Uang itu bisa bertambah kalau diputar!"Rafa langsung menyadari sesu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 47

    Galih tersenyum tipis. "Pak Hansen, aku ini cuma rakyat biasa, tapi malah mengundang orang penting sepertimu untuk minum. Sepertinya sangat nggak pantas."Wajah Hansen langsung memerah. Sikapnya mendadak seperti pelayan yang melayani kaisar. "Pak Galih, jangan bercanda begini! Kamu ini orang terkaya di Kota Muara, mana bisa dibandingkan denganku!"Rafa dan Miko sangat terkejut. Ternyata Galih bukan orang sembarangan! Bahkan kepala desa pun harus merendahkan diri di hadapannya.Hansen menatap Rafa dan membentak, "Rafa, dasar berengsek! Sejak kapan kamu kenal Pak Galih? Kenapa nggak bilang padaku?""Paman, aku dan Kak Galih sebenarnya ....""Kami juga baru kenal." Galih memotong dengan santai, lalu tersenyum. "Karena Pak Hansen sudah datang, ayo kita minum."Rafa segera mempersilakan Hansen duduk dan mulai menuangkan minuman.Galih yang perhatian tiba-tiba berkata, "Oh ya, Rafa, kamu ambil beberapa lauk dulu untuk ibumu."Rafa mengangguk, memilih beberapa lauk terbaik untuk ibunya, lalu

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 46

    Rafa tersenyum, lalu merobek kertas itu. "Nggak apa-apa, Kak Hana. Aku sangat beruntung, aku nggak bakal mati."Miko sangat khawatir dan berkata, "Kudengar Bilham itu penguasa di Kota Muara. Rafa, seharusnya kamu simpan kertas itu dan melapor ke polisi."Rafa hendak menenangkan kakak iparnya, tetapi tiba-tiba terdengar suara seseorang di depan pintu. "Permisi, apa Rafa ada di rumah?"Suaranya terdengar agak familier. Rafa mendongak dan melihat yang datang adalah Galih, pria paruh baya yang dirampok tasnya di kota dua hari lalu.Galih tampaknya datang dengan mobil. Sebuah mobil van baru terparkir di depan pintu."Kamu?" Rafa agak terkejut."Haha, Sobat, aku datang untuk minum bersamamu!" Galih tertawa, berbalik membuka pintu mobil. Dia mengeluarkan sebungkus rokok, dua botol arak, dan banyak lauk yang sudah dimasak. Dia juga menurunkan sekotak bir."Saat dalam perjalanan, aku khawatir kamu nggak ada di rumah. Ternyata kita berjodoh, aku nggak datang sia-sia."Rafa merasa orang ini terla

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 45

    "Kak, hati-hati ...!" Rafa buru-buru mengulurkan tangan untuk menahan. Karena panik, dia justru menyentuh bagian yang tak seharusnya."Rafa, apa yang kamu lakukan?" Miko terkejut dan langsung mendorongnya."Maaf, Kak. Aku cuma ingin memeriksa denyut nadimu tadi." Rafa buru-buru melepaskan tangannya dan menjelaskan, "Aku khawatir penyakitmu belum sembuh total. Dengan memeriksa nadi, aku bisa lebih memahami kondisi tubuhmu.""Oh, oh .... Kalau begitu ... besok saja ya!" Miko masih gugup, lalu buru-buru masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Entah kenapa, pikirannya mendadak kacau. Dia bahkan tidak berani menatap Rafa.Memang benar ipar perempuan itu seperti ibu, tetapi Miko hanya tiga tahun lebih tua dari Rafa. Kini, Rafa sudah dewasa sehingga Miko merasa mereka harus menjaga jarak.Namun, bagaimana bisa menjaga jarak jika mereka hidup di bawah atap yang sama? Apa dia harus pindah rumah? Tidak! Miko tidak akan tega meninggalkan Rafa sendirian!Pikirannya berkecamuk hingga larut malam. Sete

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 44

    Rafa masih enggan berpisah, tetapi tetap harus mengantar Mega keluar. Setelah melihat Mega pergi semakin jauh, barulah Rafa kembali ke dalam rumah.Miko tiba-tiba muncul dari balik pintu, menjewer telinga Rafa dengan dua jari rampingnya. "Dasar bocah nakal, kali ini ketahuan juga, 'kan?""Kak, lepaskan ...!" Rafa meringis kesakitan, mencoba mengelak. "Apa maksudmu? Mega datang ... cuma untuk pinjam buku!""Pinjam buku? Sampai ke atas ranjang?" Miko menutup mulutnya sambil tertawa. "Kalian berdua berbuat hal nggak baik di dalam kamar, aku mendengar semuanya dari luar."Rafa mengusap telinganya. "Jangan asal bicara. Kami nggak melakukan apa-apa!""Dasar tukang bohong!" Wajah Miko merah. Dia meneruskan, "Tempat tidur kayumu itu berderit lama sekali, kamu pikir aku nggak dengar?""Ya sudah, jangan dibahas lagi. Aku mengaku." Wajah Rafa panas. Dia pun tergagap. "Aku dan Mega memang pacaran, tapi dia bilang ... untuk sementara jangan sampai orang lain tahu.""Nggak perlu malu, aku ngerti." M

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 43

    Hansen terkekeh-kekeh, lalu melambaikan tangan dan berpamitan, "Fokus saja bertani, jangan pikir yang aneh-aneh!"Rafa merasa kesal dan langsung membanting pintu.Miko yang mendengar suara itu, keluar dari halaman belakang dan bertanya, "Rafa, tadi aku sedang mandiin Ibu. Kudengar kamu mau ajuin pinjaman? Kenapa mau pinjam uang? Pak Hansen ada benarnya, kalau kita pinjam, gimana cara membayarnya?"Rafa menghela napas. "Itu saran dari Mega. Dia bilang aku bisa pinjam 10 juta untuk memperbaiki rumah kecil di timur, lalu menjadikannya ruang praktik medis.""Mega yang bilang begitu?" Miko berpikir sejenak, lalu tiba-tiba wajahnya berseri-seri. "Rafa, jangan-jangan Mega bersedia menikah denganmu dan ingin kamu menyiapkan kamar pengantin?"Rafa tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Kak, kamu ini berpikir terlalu jauh.""Nggak kok!" Miko malah semakin bersemangat. "Rafa, kasih tahu Mega, kalau dia bersedia menikah denganmu, aku rela memberikan rumah besar ini untuk kalian. Aku dan Alice bi

  • Dokter Sakti Rebutan Gadis Desa   Bab 42

    Semua orang yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak. Terutama Mina, dia sampai tertawa terpingkal-pingkal dan tubuhnya ikut berguncang.Sebenarnya, Mina baru menikah tahun lalu, masih tergolong pengantin baru. Awalnya, dia cukup pemalu dan pendiam. Namun, setelah sering berteman dengan Arumi dan para ibu-ibu, dia mulai lebih terbuka.Arumi menegur, "Rafa dan Mina, kalian ini pasangan aneh! Kompak sekali mengerjaiku ya?"Mina langsung tersipu dan menahan diri untuk tidak bercanda lagi. Dia sadar dirinya bukan tandingan Arumi.Rafa baru sadar bahwa dirinya dijebak. Dia hanya bisa tersenyum kaku. "Kak, aku cuma bicara jujur. Aku ini orangnya polos ... nggak ada maksud apa-apa."Vina yang juga sedang bermain kartu ikut menimpali, "Rafa, kamu tahu nggak? Arumi memang suka pria polos sepertimu!"Rafa tetap berpura-pura lugu dan mengangguk cepat. "Tahu, tahu!"Semua orang kembali tertawa keras.Arumi melirik Vina dengan wajah sebal. "Vina, hati-hati kamu ya! Kalau kamu menyinggung

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status