Kematian para korban pembunuhan berantai yang di lakukan Heru, sempat menghebohkan Indonesia. Namun kasus itu ditutup begitu saja karena tidak memiliki bukti ataupun petunjuk. Bisa dikatakan pihak kepolisian menghadapi jalan buntu.Kejahatan Heru begitu sangat besar. Kasus yang saat ini terjadi saja sudah pasti membuat Heru dan pihak keluarganya mendapatkan hukuman mati. Namun bukan hanya itu yang menjadi alasan mengapa Arion ingin kasus-kasus pembunuhan yang sudah dilakukan Heru dibuka kembali. Tujuannya hanya untuk memberikan keadilan kepada para korban kejahatan."Saat ini anggota saya sedang menjemput anak perempuannya yang ke 2. Kami akan melakukan interogasi terhadap Serina." Briptu Amri memberi tahu."Periksa dia dengan teliti, saya tidak ingin ada yang lolos." Arion berkata dengan nada datar. Rasa sayang yang selama ini dicurahkannya untuk Serina hilang dalam sekejap. Bahkan Arion sangat membenci Serina. Ia menyesal karena sudah menyayangi Sherina dengan sepenuh hati. Seharu
"Benar-benar keji dan kejam." Zahira tidak percaya, ada orang seperti Heru. Semut mati karena mengejar gula. Bahkan sangking serakahnya, semut rela masuk kedalam air gula dan pada akhirnya mati tenggelam. Kumbang mati demi mendapatkan madu,begitu juga dengan manusia, mati karena serakah dengan harta. Heru cerminan manusia serakah yang tidak pernah berhenti bersyukur. Karena keserakahannya, dia harus melihat kehancuran keluarganya sendiri. Serta menerima hukuman mati."Aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya. Namun kejahatannya begitu sangat besar. Bahkan nyawanya sendiri tidak bisa membayar nyawa orang-orang yang sudah diregutnya." Arion berkata dengan penuh kemarahan.Entah berapa banyak yang yang sudah dilenyapkan Heru. Bahkan pihak kepolisian masih terus bekerja dan mencari tahu tentang orang yang sudah menjadi korban. Zahira menganggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan Arion."Jika harus dibayar nyawa, nyawa Heru berserta keluarganya, tidak akan mampu menebus
Sherina sudah berada di kantor polisi. Petugas yang tadi membawanya, memerintahkan agar Serina masuk ke ruangan interogasi. Di sana sudah ada Briptu Amri beserta petugas yang resense kriminal yang akan mengintrogasi nya."Bang, mohon izinkan saya menghubungi keluarga." Serina berkata ketika ia sudah berdiri di depan pintu ruangan interogasi.Wajah sudah terlihat pucat, karena ketakutan."Silakan," jawab pria bertubuh tinggi tersebut.Sherina merasa lega ketika pria itu mengizinkannya. Jujur saja, Serina sangat takut jika berusaha dengan pihak kepolisian. Apalagi pernyataan yang di berikan Cintya sangat memberatkannya. Di sana juga banyak orang yang bisa di jadikan saksi. Sherina benar-benar pusing dengan apa yang terjadi. Tidak diduga perkelahiannya dengan Chintya akan berbuntut panjang seperti ini.Tangan Serina gemetar ketika mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Ia kemudian menghubungi nomor ponsel milik Heru, namun tidak aktif. Sherina menghubungi nomor ponsel milik Ema, ju
"Apa kamu benar-benar tidak tahu!" tanya Briptu Amri. Sherina menggelengkan kepalanya. Dia sangat yakin watak kedua orang tua beserta kakaknya. Mereka bukanlah keluarga jahat yang melakukan tindakan kriminal. Briptu Rahmat memandang Selina sedangkan kedua rekannya sedang sibuk mengetik setiap informasi yang keluar dari bibir gadis tersebut. "Yang kamu tahu,pak Heru seperti apa?" tanya Briptu Rahmat. "Papi sangat baik, tapi juga tidak pernah terlibat kasus apapun. Keluarga kami juga sering berbagi untuk orang-orang yang tidak mampu." Sherina menjelaskan seperti apa karakter serta kebaikan kedua orang tuanya. "Jika saya mengatakan ayah, Ibu beserta kakakmu terlibat dalam kasus pembunuhan sadis jam 3 dini hari ini, apa kamu percaya?" Briptu Amri berkata secara blak-blakan karena dia melihat Sherina yang tidak tahu apa-apa. Mendengar perkataan Briptu Amri, Sherina malah tertawa. Gadis berparas ayu itu bahkan sampai memegang bagian perutnya karena tertawa ngakak. Aneh mamang tadi Sh
Aku sudah duduk di sini lebih dari 30 menit tapi sepertinya kamu tidak pernah menyadari itu. "Vandra berkata sambil memandang wajah Lily yang begitu sangat cantik dan menggemaskan di matanya. Meskipun sorot mata Lily tajam namun Gadis itu memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi matanya yang berwarna coklat membuat wajahnya terlihat semakin cantik. Lily tidak menanggapi perkataan Vandra, dia hanya diam. Tatapan matanya kembali fokus ke dalam danau. "Apa kamu masih memikirkan tentang Heru?" Pria tampan itu kembali bertanya sambil ikut memandang ke dasar danau. Lagi-lagi Lily tidak menjawab pertanyaannya. Terkadang dokter tampan itu seperti sedang berbicara dengan udara karena tidak ada tanggapan yang diberikan oleh gadis yang duduk di sampingnya. "Apa kamu benar-benar ingin menghajar Heru?" Vandra melirik ke arah Lily. Setelah mengetahui kekejaman yang dilakukan Heru, wajar rasanya jika Lily semarah ini. Bahkan gadis itu tidak merasa puas, meskipun Heru di beri hukuman mati sekali
"Sweet heart, kenapa kamu sepertinya menahan emosi?" Tanya Arion dengan wajah polos.Sikap Arion yang berpura-pura polos seperti ini, membuat Zahira semakin kesal. Padahal suaminya suhu, tapi sok lugu.Sebenarnya Zahira ingin berkata jujur. Namun dia bingung dan juga malu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kecemburuannya ini wajar? Bagaimana caranya Zahira mengatakan bahwa dia marah kepada Arion karena pria itu memuji seorang wanita didalam mimpinya."Sweet heart, aku mohon bicaralah, jangan buat aku tersiksa. Apa kamu tidak kasihan melihat suamimu ini. Lihatlah, Aku belum sembuh dengan baik. Kepalaku masih suka pusing tapi kamu malah bersikap penuh misteri seperti ini." Arion berkata dengan wajah memelas.Arion tidak berbohong, kepalanya benar-benar pusing hingga tangannya memijat pelipis keningnya sendiri. "Semalam sewaktu hubby sedang sakit, hobi mengigau." Zahira menjeda ucapannya. Dia masih bingung dan juga malu untuk bertanya tentang hal ini. Arion diam dan
"Kok cemberut?" Sebastian bertanya dengan wajah tidak berdosa.Zia memandang Sebastian sekilas kemudian melengos dengan wajah kesal."Sayang, kenapa gak dijawab." Sebastian tersenyum kecil ketika melihat istrinya yang sedang marah. "Zia kesal sama mas," jawab Zia tanpa memandang wajah tampan suaminya."Kok gitu?" Lagi-lagi Sebastian menunjukkan ekspresi tidak bersalahnya."Mas, lihat rambut Zia, gak kering-kering. Baru aja kering, keramas lagi. Gitu terus-terusan." Zia dengan kesal melilitkan handuk di rambutnya. Mana suhu udara di puncak sangat dingin, dan dia justru keramas setiap saat.Sebastian hanya diam sambil memandang ke rambut istrinya yang sudah dililit handuk."Minum obat aja satu hari 3X, sedang Zia harus keramas 1 hari 5 kali. Ini sudah over dosis namanya." Zia mengomeli suaminya. Bukan hanya lelah keramas saja, tubuhnya juga terasa remuk dan lelah. Bahkan tidurnya juga sering terganggu karena ulah Sebastian."Sayang, usia ku sudah tidak muda lagi karena itu aku harus t
"Sweet heart, apa kamu tidak kasihan dengan suamimu ini? Arion menunjukkan wajah sedihnya. "Kasihan kenapa?" Zahira menekan kedua pipi Arion hingga mulutnya terbuka. Setelah mulut itu terbuka dia pun memasukkan obat ke dalamnya. Arion tidak bisa menolak dan terpaksa menelan obat itu sambil meneguk air mineral yang sudah di siapkan Zahira."Aku sudah sehat." Arion menghentikan ucapannya ketika Zahira kembali memasukkan obat ke dalam mulutnya. Dia pun dengan terpaksa menelan obat itu sambil meminum air. "Antibiotik tetap harus diminum hingga 3 hari. Jadi obat tidak tidak boleh dihentikan, begitu juga obat radang," jelas Zahira.Permasalahan sederhana seperti ini sering diabaikan oleh pasien. Mereka menganggap tubuhnya sudah sehat dan tidak membutuhkan obat lagi. Sehingga antibiotik serta obat radang tidak dihabiskan. Inilah pemikiran yang salah. "Tapi nanti boleh ya." Arion mencoba mencari kesempatan. Istrinya sungguh sangat kejam dan tega. Zahira tidak memberikan toleransi sedikit
"Mas, aku gugup." Fatimah berkata sambil terus menggenggam tangan Alex. Hari ini adalah hari yang sangat ia nantikan. Dimana perban wajah dan perban mata akan dibuka. Namun entah mengapa Fatimah merasa takut dan juga gugup. Bagaimana jika operasi wajahnya gagal. Bisa saja wajahnya akan tampak menyeramkan. Atau mata yang tidak bisa melihat. "Jangan takut, operasi kamu pasti berjalan dengan sangat baik. Setelah ini kamu akan menjadi wanita tercantik." Alex paham dengan apa yang dirasakan calon istrinya. Karena itu dia menghibur calon istrinya tersebut. "Setelah buka perban, ternyata hasilnya di luar harapan. Apakah Mas masih mau dengan aku?" Fatimah berkata dengan nada sedih. Rasa cintanya sudah sangat besar untuk Alex, ia tidak akan sanggup jika kehilangan pria tersebut."Di luar harapan seperti apa maksudnya?" Alex tersenyum dan kemudian mencium punggung tangan Fatimah. "Banyak kan hasil operasi yang gagal. Misalnya saja setelah operasi wajahnya jadi aneh, atau mungkin menyeramkan
Meskipun diminta untuk beristirahat, namun Alex tidak menuruti perintah Vandra. Dengan setia ia menunggu Fatima di depan ruangan observasi. "Tuan Alex, nona Fatimah sudah sadar." Dokter yang memantau kondisi Fatimah langsung memberi tahu Alex. Mereka sangat kagum melihat cinta Alex yang begitu tulus untuk Fatimah. Didunia ini sangat langka bisa di temukan pria seperti Alex. Pria yang mencintai tanpa memandang fisik. "Benarkah? Apakah saya bisa langsung melihatnya?" Alex yang sudah tampak kelelahan, langsung bersemangat ketika mendengar kabar tentang calon istrinya."Silahkan." Dokter berkaca mata itu membersihkan Alex untuk masuk. "Jika nanti nona Fatimah meminta minum, anda berikan saja minum sedikit. Di sana sudah ada gelas minum serta takarannya. Nona Fatimah boleh minum persatu jam." Dokter berkaca mata itu menjelaskan.Dengan cepat Alex menganggukkan kepalanya. Ia langsung masuk ke ruangan operasi. Hal pertama yang dirasakannya, rasa sakit dan perih. Ia tidak bisa membayangkan
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p
"Paman, sudah 1 bulan aku disini. Aku bosan mencium aroma obat dan juga aroma desinfektan. Aku rindu aroma kamar. Aku rindu dengan tempat tidur yang empuk seperti di dalam kamar ku. Paman, Aku ingin pulang. Apa Paman bisa meminta izin dengan dokter?" Tanya Shelina. Alex diam beberapa saat. "Ya Paman, aku sudah tidak mau lagi merasakan seperti ini. aku ingin pulang saja. Aku sudah lelah merasakan jarum suntik yang selalu menusuk kulit ku. Aku juga sudah bosan minum obat, hingga lidah ku terasa pahit. Aku ingin menikmati hidup, makan yang banyak tanpa larangan. Minum-minum yang manis dan segar. Aku juga ingin makan bakso dengan cabe rawit." Shelina sudah seperti orang yang pasrah dan putus asa. Ia tidak ingin menghabiskan sisa umurnya di atas tempat tidur pasien. "Kamu jangan bicara seperti itu. Dokter sedang mengatur jadwal operasi kamu. Ada orang yang bersedia mendonorkan mata serta ginjalnya." Alex memberi tahu Shelina. Setelah mendengar ini, ia berharap Shelina akan bersemang
Mendengar perkataan Arion, Zahira pun menganggukkan kepalanya. Dia kembali mengejan. Satu kali, dua kali hingga 3 kali, akhirnya terdengar suara bayi memenuhi ruangan. Suaranya benar-benar ngebas dan melengking. "Bisa dipastikan bakal jadi rocker." Dokter yang membantunya berkata dengan tertawa. Bayi perempuan itu benar-benar sangat cantik dengan hidung yang mancung seperti Daddy nya. Sedangkan bibir kecil seperti mommy nya. "Ini tidak mirip dengan dokter Zahira." Dokter itu langsung memberikan penilaian sambil mengamati wajah cantik bayi tersebut."Iya, mirip dengan Daddy nya," kata suster yang satunya. "Ini mirip dokter Zahira." Suster yang sedang membersihkan bayi cantik itu ikut berbicara. "Mirip sekali dengan dokter Zahira," kata dokter anak yang sedang memeriksa detak jantung bayi. Arion dan Zahira tampak kebingungan ketika melihat tim medis yang ribut memperdebatkan masalah anak yang mirip ibu atau mirip ayahnya. "Sebaiknya kalian jangan berkelahi. Kami membuat dan saling
Didalam mobil Sebastian duduk di posisi tengah. Sedangkan Zahira di sebelah kiri dan Zia disebelah kanan. Pria itu tampak kewalahan ketika menghadapi istri, serta istri dari keponakannya. Rambutnya ditarik dari sebelah kanan dan kiri. Hingga dia harus merasakan sakit di kulit kepalanya. Mengapa kedua wanita ini begitu sangat kejam hingga menyiksanya seperti ini. Sebenarnya yang salah siapa, apakah calon anak dan juga calon keponakannya? Sebastian hanya bisa pasrah ketika rambutnya di tarik dari segala arah. Bukan hanya rambut saja yang ditarik Zahira dan Zia, tangan kiri kanan juga menjadi sasaran kesakitan kedua wanita tersebut.Selama perjalanan ke rumah sakit, Sebastian merasakan penderitaan yang luar biasa. Kedua wanita itu yang akan melahirkan, namun dia juga merasakan kesakitan yang tidak kalah hebatnya. Belum lagi Zia yang mengomel karena menganggap ini semua karena ulah Sebastian.Namun rasa kesal di hatinya mendadak hilang ketika melihat wajah Zia yang begitu sangat kesaki
Mpok Siti berlari ke rumah Sebastian tanpa memutuskan sambungan telepon dengan Arion. "Tuan Sebastian!" Empok Siti langsung memanggil Sebastian. "Ada apa mpok." Sebastian tampak sedang panik. Pria itu baru saja keluar dari kamar sambil memapah istrinya."Tuhan Sebastian, Nyonya Zahira sedang kesakitan. Sedangkan Tuan Arion sekarang di rumah sakit. Jika menunggu tuan Arion pulang, takutnya Nyonya Zahira kelamaan menahan sakitnya. Apakah tuan bisa membawa Nyonya Zahira ke rumah sakit." Mpok Siti berkata dengan tergesa-gesa. Tampak jelas bahwa wanita paruh baya itu benar-benar panik dan mencemaskan kondisi majikannya. "Zia juga sedang kesakitan mau melahirkan. Saya juga mau ke rumah sakit. Baiklah sekalian saja saya akan membawa mereka langsung ke rumah sakit," kata Sebastian "Nyonya Zia juga akan melahirkan?" Mpok Siti terkejut ketika mendengar perkataan dari Sebastian. "Iya, Mpok tolong bawakan tas ke mobil." Sebastian menunjuk tas yang sudah disiapkannya."Baik Tuan." Mpok Siti
"Paman, segera temukan orang yang menyiram Sherina dengan air keras. Aku yakin pelakunya sama dengan orang yang menikam Shelina." Arion berkata dengan wajah marah.Meskipun Heru begitu kejam terhadapnya namun ia tidak sepenuhnya membenci Shelina. Rasa sayang terhadap Shelina tidak akan pernah hilang begitu saja.Melihat Shelina sakit hingga tubuhnya kurus seperti ini saja sudah membuat dia sedih. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada yang mau mendonorkan ginjal untuk gadis malang tersebut."Baik," jawab Alex. Tanpa di perintahkan Arion, ia akan mencari orang itu sampai dapat. "Berikan perawatan terbaik untuk Sherina. Aku ingin dia ditangani oleh dokter kulit terbaik. Begitu juga dengan matanya. Jika perlu kamu boleh mendatangkan dokter dari luar negeri. "Arion berkata sambil memandang Dokter Vandra yang duduk di depannya. "Baiklah, aku memiliki teman yang merupakan dokter terbaik di dunia. Aku akan mengundangnya datang ke sini. Aku yakin dia pasti bersedia untuk memb