"Benar-benar keji dan kejam." Zahira tidak percaya, ada orang seperti Heru. Semut mati karena mengejar gula. Bahkan sangking serakahnya, semut rela masuk kedalam air gula dan pada akhirnya mati tenggelam. Kumbang mati demi mendapatkan madu,begitu juga dengan manusia, mati karena serakah dengan harta. Heru cerminan manusia serakah yang tidak pernah berhenti bersyukur. Karena keserakahannya, dia harus melihat kehancuran keluarganya sendiri. Serta menerima hukuman mati."Aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya. Namun kejahatannya begitu sangat besar. Bahkan nyawanya sendiri tidak bisa membayar nyawa orang-orang yang sudah diregutnya." Arion berkata dengan penuh kemarahan.Entah berapa banyak yang yang sudah dilenyapkan Heru. Bahkan pihak kepolisian masih terus bekerja dan mencari tahu tentang orang yang sudah menjadi korban. Zahira menganggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan Arion."Jika harus dibayar nyawa, nyawa Heru berserta keluarganya, tidak akan mampu menebus
Sherina sudah berada di kantor polisi. Petugas yang tadi membawanya, memerintahkan agar Serina masuk ke ruangan interogasi. Di sana sudah ada Briptu Amri beserta petugas yang resense kriminal yang akan mengintrogasi nya."Bang, mohon izinkan saya menghubungi keluarga." Serina berkata ketika ia sudah berdiri di depan pintu ruangan interogasi.Wajah sudah terlihat pucat, karena ketakutan."Silakan," jawab pria bertubuh tinggi tersebut.Sherina merasa lega ketika pria itu mengizinkannya. Jujur saja, Serina sangat takut jika berusaha dengan pihak kepolisian. Apalagi pernyataan yang di berikan Cintya sangat memberatkannya. Di sana juga banyak orang yang bisa di jadikan saksi. Sherina benar-benar pusing dengan apa yang terjadi. Tidak diduga perkelahiannya dengan Chintya akan berbuntut panjang seperti ini.Tangan Serina gemetar ketika mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Ia kemudian menghubungi nomor ponsel milik Heru, namun tidak aktif. Sherina menghubungi nomor ponsel milik Ema, ju
"Apa kamu benar-benar tidak tahu!" tanya Briptu Amri. Sherina menggelengkan kepalanya. Dia sangat yakin watak kedua orang tua beserta kakaknya. Mereka bukanlah keluarga jahat yang melakukan tindakan kriminal. Briptu Rahmat memandang Selina sedangkan kedua rekannya sedang sibuk mengetik setiap informasi yang keluar dari bibir gadis tersebut. "Yang kamu tahu,pak Heru seperti apa?" tanya Briptu Rahmat. "Papi sangat baik, tapi juga tidak pernah terlibat kasus apapun. Keluarga kami juga sering berbagi untuk orang-orang yang tidak mampu." Sherina menjelaskan seperti apa karakter serta kebaikan kedua orang tuanya. "Jika saya mengatakan ayah, Ibu beserta kakakmu terlibat dalam kasus pembunuhan sadis jam 3 dini hari ini, apa kamu percaya?" Briptu Amri berkata secara blak-blakan karena dia melihat Sherina yang tidak tahu apa-apa. Mendengar perkataan Briptu Amri, Sherina malah tertawa. Gadis berparas ayu itu bahkan sampai memegang bagian perutnya karena tertawa ngakak. Aneh mamang tadi Sh
Aku sudah duduk di sini lebih dari 30 menit tapi sepertinya kamu tidak pernah menyadari itu. "Vandra berkata sambil memandang wajah Lily yang begitu sangat cantik dan menggemaskan di matanya. Meskipun sorot mata Lily tajam namun Gadis itu memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi matanya yang berwarna coklat membuat wajahnya terlihat semakin cantik. Lily tidak menanggapi perkataan Vandra, dia hanya diam. Tatapan matanya kembali fokus ke dalam danau. "Apa kamu masih memikirkan tentang Heru?" Pria tampan itu kembali bertanya sambil ikut memandang ke dasar danau. Lagi-lagi Lily tidak menjawab pertanyaannya. Terkadang dokter tampan itu seperti sedang berbicara dengan udara karena tidak ada tanggapan yang diberikan oleh gadis yang duduk di sampingnya. "Apa kamu benar-benar ingin menghajar Heru?" Vandra melirik ke arah Lily. Setelah mengetahui kekejaman yang dilakukan Heru, wajar rasanya jika Lily semarah ini. Bahkan gadis itu tidak merasa puas, meskipun Heru di beri hukuman mati sekali
"Sweet heart, kenapa kamu sepertinya menahan emosi?" Tanya Arion dengan wajah polos.Sikap Arion yang berpura-pura polos seperti ini, membuat Zahira semakin kesal. Padahal suaminya suhu, tapi sok lugu.Sebenarnya Zahira ingin berkata jujur. Namun dia bingung dan juga malu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kecemburuannya ini wajar? Bagaimana caranya Zahira mengatakan bahwa dia marah kepada Arion karena pria itu memuji seorang wanita didalam mimpinya."Sweet heart, aku mohon bicaralah, jangan buat aku tersiksa. Apa kamu tidak kasihan melihat suamimu ini. Lihatlah, Aku belum sembuh dengan baik. Kepalaku masih suka pusing tapi kamu malah bersikap penuh misteri seperti ini." Arion berkata dengan wajah memelas.Arion tidak berbohong, kepalanya benar-benar pusing hingga tangannya memijat pelipis keningnya sendiri. "Semalam sewaktu hubby sedang sakit, hobi mengigau." Zahira menjeda ucapannya. Dia masih bingung dan juga malu untuk bertanya tentang hal ini. Arion diam dan
"Kok cemberut?" Sebastian bertanya dengan wajah tidak berdosa.Zia memandang Sebastian sekilas kemudian melengos dengan wajah kesal."Sayang, kenapa gak dijawab." Sebastian tersenyum kecil ketika melihat istrinya yang sedang marah. "Zia kesal sama mas," jawab Zia tanpa memandang wajah tampan suaminya."Kok gitu?" Lagi-lagi Sebastian menunjukkan ekspresi tidak bersalahnya."Mas, lihat rambut Zia, gak kering-kering. Baru aja kering, keramas lagi. Gitu terus-terusan." Zia dengan kesal melilitkan handuk di rambutnya. Mana suhu udara di puncak sangat dingin, dan dia justru keramas setiap saat.Sebastian hanya diam sambil memandang ke rambut istrinya yang sudah dililit handuk."Minum obat aja satu hari 3X, sedang Zia harus keramas 1 hari 5 kali. Ini sudah over dosis namanya." Zia mengomeli suaminya. Bukan hanya lelah keramas saja, tubuhnya juga terasa remuk dan lelah. Bahkan tidurnya juga sering terganggu karena ulah Sebastian."Sayang, usia ku sudah tidak muda lagi karena itu aku harus t
"Sweet heart, apa kamu tidak kasihan dengan suamimu ini? Arion menunjukkan wajah sedihnya. "Kasihan kenapa?" Zahira menekan kedua pipi Arion hingga mulutnya terbuka. Setelah mulut itu terbuka dia pun memasukkan obat ke dalamnya. Arion tidak bisa menolak dan terpaksa menelan obat itu sambil meneguk air mineral yang sudah di siapkan Zahira."Aku sudah sehat." Arion menghentikan ucapannya ketika Zahira kembali memasukkan obat ke dalam mulutnya. Dia pun dengan terpaksa menelan obat itu sambil meminum air. "Antibiotik tetap harus diminum hingga 3 hari. Jadi obat tidak tidak boleh dihentikan, begitu juga obat radang," jelas Zahira.Permasalahan sederhana seperti ini sering diabaikan oleh pasien. Mereka menganggap tubuhnya sudah sehat dan tidak membutuhkan obat lagi. Sehingga antibiotik serta obat radang tidak dihabiskan. Inilah pemikiran yang salah. "Tapi nanti boleh ya." Arion mencoba mencari kesempatan. Istrinya sungguh sangat kejam dan tega. Zahira tidak memberikan toleransi sedikit
"Tadi Kamu dijemput di kampus oleh anggota saya, Karena itu saya akan mengantarkan kamu pulang." Briptu Amri kembali menjelaskan niat baiknya. Ia tidak ingin Selina menyala artikan kenaikannya. Apa yang dilakukannya saat ini murni rasa kemanusiaan."Tapi bagaimana caranya agar bisa keluar dari sini pak? Di depan sangat ramai orang." Selina kembali mengusap air matanya. Entah mengapa saat ini dia begitu sangat cengeng. Sehingga air mata itu terus saja mengalir tanpa bisa dihentikannya. "Kita akan keluar lewat pintu belakang. Ayo ikut saya." Briptu Amri memberikan jaket yang saat ini dipegangnya kepada Selina. Selina memandang jaket kulit berwarna hitam yang diberikan oleh Briptu Amri. Ia kemudian berangsur duduk. "Cepat pakai!" Pria berwajah manis itu sengaja memberikan jaket kulitnya untuk Serina, karena mengingat saat ini hujan turun dengan derasnya."Baik pak," jawab Selina yang kemudian memakai jaket tersebut. Dia tahu malam ini hujan turun dengan derasnya. Mungkin karena itu B