Zahira terbangun ketika mendengar Arion mengigau. Dipandangnya wajah Arion yang memucat. "Hubby." Zahira memanggil Arion sambil meletakkan punggung tangannya di kening Arion. "Ya ampun, panas sekali." Zahira terkejut ketika merasakan suhu tubuh Arion yang sangat panas. Zahira beranjak dari duduknya dan berjalan untuk mengambil tas medis yang disimpan di dalam lemari. "Duh pedih sekali." Zahira berdiri beberapa saat untuk menetralkan rasa sakit di bagian intinya. Setelah rasa perih sedikit berkurang ia berjalan menuju ke lemari dan mengambil tas medisnya."Mi, aku rindu." Zahira mendengar Arion memanggil ibunya.Dengan cepat Zahira memeriksa suhu tubuh suaminya dengan termometer. "41,7." Zahira terkejut ketika melihat suhu tubuh Arion. "Mami, papi, aku rindu kalian." Arion tersenyum dengan mata tertutup rapat. Terlihat jelas bahwa pria itu sangat bahagia."Kalian sudah bisa tenang sekarang. Mereka akan membayar perbuatannya dengan hukuman yang setimpal. Aku mau mereka dihukum ma
Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan. Meskipun tubuhnya sangat lemah namun ia tetap berusaha berjalan. Ia tidak ingin dipenjara dan menerima hukuman mati. Jika seandainya anak yang dikandungnya masih hidup, Alina bisa bebas dari hukuman mati. Namun sayangnya janin itu lebih dulu pergi meninggalkannya.Alina memutar gagang pintu dan membuka pintu berwarna putih tersebut. Jantungnya seakan mau lepas ketika melihat 4 orang polisi ternyata sudah berada di luar ruangan."Nona Alina, anda sudah sadar?" Tanya petugas kepolisian itu sekedar basa-basi. "Silakan ikut kami ke kantor polisi," kata salah seorang pria berseragam coklat tersebut.Alina menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau." "Anda harus ikut bersama dengan kami." Salah seorang petugas kepolisian itu memegang tangannya. Namun Alina mencoba untuk menarik tangannya agar terlepas.Tenaga pria itu sangat kuat sehingga Alina tidak mampu melepaskan tangannya. Wajahnya semakin pucat ketika borgol melingkar di pergelangan tangannya.
"Bibi ini bagaimana?" Zahira panik ketika mendengar perkataan Zia. Dirampasnya ponsel dari tangan Zia, kemudian bercermin dengan menggunakan kamera ponsel. "Ada apa?" Tanya Lily yang baru saja datang ke dapur."Mbak Lily jangan dekat." Zahira langsung menjauh. Jangan sampai penyakit ini menular ke yang lainnya. Karena itu ia akan mengkarantina dirinya sendiri."Kenapa?" Tanya Lily yang menghentikan langkahnya. Padahal ia berencana untuk membuat coklat hangat. Karena di villa ini terasa sangat dingin."Kami terkenal penyakit menular." Zia berkata sambil menangis.Sebastian dan Arion yang baru saja turun ke bawah dan mencari istri-istri mereka langsung ke dapur ketika mendengar keributan."Ada apa?" Tanya Vandra."Kenapa ribut?" Tanya Alex.Keempat pria itu berdiri tidak jauh dari tempat Zahira, Zia dan Lily."Dokter Vandra, apa bisa periksa nona Zahira dan bibi Zia?" Lily berjalan mendekat ke arah Sebastian."Apa kalian sakit?" Tanya Vandra.Zia dan Zahira menganggukkan kepalanya."
Wajah Vandra yang tadinya serius berubah menjadi masam ketika mengetahui apa yang diributkan dua orang wanita cantik tersebut.Pada akhirnya dokter berwajah tampan itu memilih diam dan menonton adegan romantis yang diperankan Arion, Zahira, Sebastian dan Zia."By, maaf ya Hira gak bisa rawat hubby." Zahira semakin menjauh dari Arion."Sweet heart, kamu tidak perlu takut." Arion menarik tangan Zahira dan kemudian memeluknya. "Hira sakit by." Zahira berkata dengan suara lirih. Kepalanya mendadak pusing memikirkan nasibnya. Bagaimana jika penyakit ini merupakan virus baru yang belum ada obatnya."Tadi malam aku mencium leher kamu, kamu sampai menjerit." Arion berbisik di telinga Zahira.Wajah Zahira memerah ketika Arion mengingatkan peristiwa panas semalam."Itu jejak percintaan kita semalam, Aku yang membuatnya." Arion tersenyum kecil ketika melihat wajah polos istrinya.Mata Zahira terbuka lebar mendengar perkataan suaminya. "Kenapa bibi juga ada?" Rasanya tidak mungkin mereka sama-sa
Sherina semakin kesal ketika melihat cara orang-orang memandangnya. "Seram sekali dia sungguh sangat menakutkan, wajahnya seperti hantu," ejek Cynthia dengan mimik wajah ketakutan. Selama ini Cynthia merasa tersaingi oleh Serina. Bagaimana mungkin dia tidak iri, Serina selalu menjadi idola para mahasiswa. Cantik, pintar dan terkenal original, alias belum tersentuh pria. Hal ini yang membuat Sherina menjadi idola para mahasiswa di kampus. Hal ini juga yang membuat para mahasiswi merasa benci terhadapnya."Kau bilang apa?" Sherina marah dan menghadiahkan satu tamparan di pipi Cynthia."Tolong-tolong aku, dia berniat bunuh aku." Cynthia berteriak histeris sambil memegang pipinya. Wajahnya benar-benar seperti orang yang sedang ketakutan. Jika seandainya Cynthia mengikuti testing akting untuk menjadi artis, sudah pasti gadis itu akan langsung mendapat peran utama.Sherina semakin emosi. Dipegangnya tangan Cintya dan memutarnya ke belakang.Rasa sakit yang luar biasa hebatnya membuat Cin
Kematian para korban pembunuhan berantai yang di lakukan Heru, sempat menghebohkan Indonesia. Namun kasus itu ditutup begitu saja karena tidak memiliki bukti ataupun petunjuk. Bisa dikatakan pihak kepolisian menghadapi jalan buntu.Kejahatan Heru begitu sangat besar. Kasus yang saat ini terjadi saja sudah pasti membuat Heru dan pihak keluarganya mendapatkan hukuman mati. Namun bukan hanya itu yang menjadi alasan mengapa Arion ingin kasus-kasus pembunuhan yang sudah dilakukan Heru dibuka kembali. Tujuannya hanya untuk memberikan keadilan kepada para korban kejahatan."Saat ini anggota saya sedang menjemput anak perempuannya yang ke 2. Kami akan melakukan interogasi terhadap Serina." Briptu Amri memberi tahu."Periksa dia dengan teliti, saya tidak ingin ada yang lolos." Arion berkata dengan nada datar. Rasa sayang yang selama ini dicurahkannya untuk Serina hilang dalam sekejap. Bahkan Arion sangat membenci Serina. Ia menyesal karena sudah menyayangi Sherina dengan sepenuh hati. Seharu
"Benar-benar keji dan kejam." Zahira tidak percaya, ada orang seperti Heru. Semut mati karena mengejar gula. Bahkan sangking serakahnya, semut rela masuk kedalam air gula dan pada akhirnya mati tenggelam. Kumbang mati demi mendapatkan madu,begitu juga dengan manusia, mati karena serakah dengan harta. Heru cerminan manusia serakah yang tidak pernah berhenti bersyukur. Karena keserakahannya, dia harus melihat kehancuran keluarganya sendiri. Serta menerima hukuman mati."Aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya. Namun kejahatannya begitu sangat besar. Bahkan nyawanya sendiri tidak bisa membayar nyawa orang-orang yang sudah diregutnya." Arion berkata dengan penuh kemarahan.Entah berapa banyak yang yang sudah dilenyapkan Heru. Bahkan pihak kepolisian masih terus bekerja dan mencari tahu tentang orang yang sudah menjadi korban. Zahira menganggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan Arion."Jika harus dibayar nyawa, nyawa Heru berserta keluarganya, tidak akan mampu menebus
Sherina sudah berada di kantor polisi. Petugas yang tadi membawanya, memerintahkan agar Serina masuk ke ruangan interogasi. Di sana sudah ada Briptu Amri beserta petugas yang resense kriminal yang akan mengintrogasi nya."Bang, mohon izinkan saya menghubungi keluarga." Serina berkata ketika ia sudah berdiri di depan pintu ruangan interogasi.Wajah sudah terlihat pucat, karena ketakutan."Silakan," jawab pria bertubuh tinggi tersebut.Sherina merasa lega ketika pria itu mengizinkannya. Jujur saja, Serina sangat takut jika berusaha dengan pihak kepolisian. Apalagi pernyataan yang di berikan Cintya sangat memberatkannya. Di sana juga banyak orang yang bisa di jadikan saksi. Sherina benar-benar pusing dengan apa yang terjadi. Tidak diduga perkelahiannya dengan Chintya akan berbuntut panjang seperti ini.Tangan Serina gemetar ketika mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Ia kemudian menghubungi nomor ponsel milik Heru, namun tidak aktif. Sherina menghubungi nomor ponsel milik Ema, ju