Wajah Vandra yang tadinya serius berubah menjadi masam ketika mengetahui apa yang diributkan dua orang wanita cantik tersebut.Pada akhirnya dokter berwajah tampan itu memilih diam dan menonton adegan romantis yang diperankan Arion, Zahira, Sebastian dan Zia."By, maaf ya Hira gak bisa rawat hubby." Zahira semakin menjauh dari Arion."Sweet heart, kamu tidak perlu takut." Arion menarik tangan Zahira dan kemudian memeluknya. "Hira sakit by." Zahira berkata dengan suara lirih. Kepalanya mendadak pusing memikirkan nasibnya. Bagaimana jika penyakit ini merupakan virus baru yang belum ada obatnya."Tadi malam aku mencium leher kamu, kamu sampai menjerit." Arion berbisik di telinga Zahira.Wajah Zahira memerah ketika Arion mengingatkan peristiwa panas semalam."Itu jejak percintaan kita semalam, Aku yang membuatnya." Arion tersenyum kecil ketika melihat wajah polos istrinya.Mata Zahira terbuka lebar mendengar perkataan suaminya. "Kenapa bibi juga ada?" Rasanya tidak mungkin mereka sama-sa
Sherina semakin kesal ketika melihat cara orang-orang memandangnya. "Seram sekali dia sungguh sangat menakutkan, wajahnya seperti hantu," ejek Cynthia dengan mimik wajah ketakutan. Selama ini Cynthia merasa tersaingi oleh Serina. Bagaimana mungkin dia tidak iri, Serina selalu menjadi idola para mahasiswa. Cantik, pintar dan terkenal original, alias belum tersentuh pria. Hal ini yang membuat Sherina menjadi idola para mahasiswa di kampus. Hal ini juga yang membuat para mahasiswi merasa benci terhadapnya."Kau bilang apa?" Sherina marah dan menghadiahkan satu tamparan di pipi Cynthia."Tolong-tolong aku, dia berniat bunuh aku." Cynthia berteriak histeris sambil memegang pipinya. Wajahnya benar-benar seperti orang yang sedang ketakutan. Jika seandainya Cynthia mengikuti testing akting untuk menjadi artis, sudah pasti gadis itu akan langsung mendapat peran utama.Sherina semakin emosi. Dipegangnya tangan Cintya dan memutarnya ke belakang.Rasa sakit yang luar biasa hebatnya membuat Cin
Kematian para korban pembunuhan berantai yang di lakukan Heru, sempat menghebohkan Indonesia. Namun kasus itu ditutup begitu saja karena tidak memiliki bukti ataupun petunjuk. Bisa dikatakan pihak kepolisian menghadapi jalan buntu.Kejahatan Heru begitu sangat besar. Kasus yang saat ini terjadi saja sudah pasti membuat Heru dan pihak keluarganya mendapatkan hukuman mati. Namun bukan hanya itu yang menjadi alasan mengapa Arion ingin kasus-kasus pembunuhan yang sudah dilakukan Heru dibuka kembali. Tujuannya hanya untuk memberikan keadilan kepada para korban kejahatan."Saat ini anggota saya sedang menjemput anak perempuannya yang ke 2. Kami akan melakukan interogasi terhadap Serina." Briptu Amri memberi tahu."Periksa dia dengan teliti, saya tidak ingin ada yang lolos." Arion berkata dengan nada datar. Rasa sayang yang selama ini dicurahkannya untuk Serina hilang dalam sekejap. Bahkan Arion sangat membenci Serina. Ia menyesal karena sudah menyayangi Sherina dengan sepenuh hati. Seharu
"Benar-benar keji dan kejam." Zahira tidak percaya, ada orang seperti Heru. Semut mati karena mengejar gula. Bahkan sangking serakahnya, semut rela masuk kedalam air gula dan pada akhirnya mati tenggelam. Kumbang mati demi mendapatkan madu,begitu juga dengan manusia, mati karena serakah dengan harta. Heru cerminan manusia serakah yang tidak pernah berhenti bersyukur. Karena keserakahannya, dia harus melihat kehancuran keluarganya sendiri. Serta menerima hukuman mati."Aku ingin mereka dihukum seberat-beratnya. Namun kejahatannya begitu sangat besar. Bahkan nyawanya sendiri tidak bisa membayar nyawa orang-orang yang sudah diregutnya." Arion berkata dengan penuh kemarahan.Entah berapa banyak yang yang sudah dilenyapkan Heru. Bahkan pihak kepolisian masih terus bekerja dan mencari tahu tentang orang yang sudah menjadi korban. Zahira menganggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan Arion."Jika harus dibayar nyawa, nyawa Heru berserta keluarganya, tidak akan mampu menebus
Sherina sudah berada di kantor polisi. Petugas yang tadi membawanya, memerintahkan agar Serina masuk ke ruangan interogasi. Di sana sudah ada Briptu Amri beserta petugas yang resense kriminal yang akan mengintrogasi nya."Bang, mohon izinkan saya menghubungi keluarga." Serina berkata ketika ia sudah berdiri di depan pintu ruangan interogasi.Wajah sudah terlihat pucat, karena ketakutan."Silakan," jawab pria bertubuh tinggi tersebut.Sherina merasa lega ketika pria itu mengizinkannya. Jujur saja, Serina sangat takut jika berusaha dengan pihak kepolisian. Apalagi pernyataan yang di berikan Cintya sangat memberatkannya. Di sana juga banyak orang yang bisa di jadikan saksi. Sherina benar-benar pusing dengan apa yang terjadi. Tidak diduga perkelahiannya dengan Chintya akan berbuntut panjang seperti ini.Tangan Serina gemetar ketika mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Ia kemudian menghubungi nomor ponsel milik Heru, namun tidak aktif. Sherina menghubungi nomor ponsel milik Ema, ju
"Apa kamu benar-benar tidak tahu!" tanya Briptu Amri. Sherina menggelengkan kepalanya. Dia sangat yakin watak kedua orang tua beserta kakaknya. Mereka bukanlah keluarga jahat yang melakukan tindakan kriminal. Briptu Rahmat memandang Selina sedangkan kedua rekannya sedang sibuk mengetik setiap informasi yang keluar dari bibir gadis tersebut. "Yang kamu tahu,pak Heru seperti apa?" tanya Briptu Rahmat. "Papi sangat baik, tapi juga tidak pernah terlibat kasus apapun. Keluarga kami juga sering berbagi untuk orang-orang yang tidak mampu." Sherina menjelaskan seperti apa karakter serta kebaikan kedua orang tuanya. "Jika saya mengatakan ayah, Ibu beserta kakakmu terlibat dalam kasus pembunuhan sadis jam 3 dini hari ini, apa kamu percaya?" Briptu Amri berkata secara blak-blakan karena dia melihat Sherina yang tidak tahu apa-apa. Mendengar perkataan Briptu Amri, Sherina malah tertawa. Gadis berparas ayu itu bahkan sampai memegang bagian perutnya karena tertawa ngakak. Aneh mamang tadi Sh
Aku sudah duduk di sini lebih dari 30 menit tapi sepertinya kamu tidak pernah menyadari itu. "Vandra berkata sambil memandang wajah Lily yang begitu sangat cantik dan menggemaskan di matanya. Meskipun sorot mata Lily tajam namun Gadis itu memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi matanya yang berwarna coklat membuat wajahnya terlihat semakin cantik. Lily tidak menanggapi perkataan Vandra, dia hanya diam. Tatapan matanya kembali fokus ke dalam danau. "Apa kamu masih memikirkan tentang Heru?" Pria tampan itu kembali bertanya sambil ikut memandang ke dasar danau. Lagi-lagi Lily tidak menjawab pertanyaannya. Terkadang dokter tampan itu seperti sedang berbicara dengan udara karena tidak ada tanggapan yang diberikan oleh gadis yang duduk di sampingnya. "Apa kamu benar-benar ingin menghajar Heru?" Vandra melirik ke arah Lily. Setelah mengetahui kekejaman yang dilakukan Heru, wajar rasanya jika Lily semarah ini. Bahkan gadis itu tidak merasa puas, meskipun Heru di beri hukuman mati sekali
"Sweet heart, kenapa kamu sepertinya menahan emosi?" Tanya Arion dengan wajah polos.Sikap Arion yang berpura-pura polos seperti ini, membuat Zahira semakin kesal. Padahal suaminya suhu, tapi sok lugu.Sebenarnya Zahira ingin berkata jujur. Namun dia bingung dan juga malu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kecemburuannya ini wajar? Bagaimana caranya Zahira mengatakan bahwa dia marah kepada Arion karena pria itu memuji seorang wanita didalam mimpinya."Sweet heart, aku mohon bicaralah, jangan buat aku tersiksa. Apa kamu tidak kasihan melihat suamimu ini. Lihatlah, Aku belum sembuh dengan baik. Kepalaku masih suka pusing tapi kamu malah bersikap penuh misteri seperti ini." Arion berkata dengan wajah memelas.Arion tidak berbohong, kepalanya benar-benar pusing hingga tangannya memijat pelipis keningnya sendiri. "Semalam sewaktu hubby sedang sakit, hobi mengigau." Zahira menjeda ucapannya. Dia masih bingung dan juga malu untuk bertanya tentang hal ini. Arion diam dan
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t