Kemudian, Paula segera mematikan panggilan video. Rhea bertanya, "Paula, kenapa kamu mematikannya? Kita belum membicarakan masalah sebenarnya!""Dengan kejadian barusan, gimana aku bisa bicara?" jawab Paula yang wajahnya memerah. Dia menolak untuk menelepon lagi.Rhea tahu bahwa Paula punya sifat pemalu, jadi tidak memaksanya. Dia hanya bisa menghela napas pasrah. Bagaimana caranya mencari alasan yang tepat untuk pergi ke Kota Boram? Mungkin dia bisa membuat alasan karena ingin memeriksa proyek di Kota Boram?Namun, sekarang sudah terlalu terlambat untuk mempersiapkan semuanya. Waktu semalam tidak akan cukup bagi Rhea untuk mendapat persetujuan.Tiba-tiba ponsel berdering. Begitu mendengar suara panggilan video, Rhea langsung bangkit dengan semangat.Melihat Paula hendak menutup panggilan lagi, dia segera menahannya. Rhea memohon, "Paula, tolong bantu aku kali ini. Pamanku itu orang yang sangat kaku, dia pasti nggak melihat apa pun tadi."Paula tidak percaya. Tadi, dia jelas melihat
Paula yang tidak berdaya pun menatap Rhea. Di sisi lain, Rhea terus-menerus memohon padanya untuk merengek. Berhubung Rhea ingin pergi ke Kota Boram untuk membantunya, Paula merasa tidak tega menolaknya."Paman, tolonglah. Aku bakal menjaga Rhea dengan baik. Setelah kamu kembali, dia pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya. Tolong izinkan ya?" Suara Paula begitu lembut sampai dia sendiri merasa merinding.Namun, Darwin yang berada di ujung lain layar tidak bergerak sama sekali. Tatapannya yang dalam seolah sedang memikirkan sesuatu."Tolonglah, Paman," mohon Paula lagi atas desakan Rhea. Kemudian, panggilan video dimatikan."Menurutmu, apa jangan-jangan pamanku gay? Mungkinkah ada masalah dengan dia? Gadis cantik sepertimu sudah merengek, tapi dia malah langsung memutus panggilan. Sungguh nggak sopan!" keluh Rhea ke arah ponsel.Paula menarik lengan sahabatnya, lalu berucap, "Kasih aku kontak Martin. Aku akan mencarinya sendiri."Rhea berujar, "Nggak boleh. Martin itu orang yang aneh. D
Darwin mengingatkan, "Tapi, sekarang Keluarga Fonda nggak punya kekuatan untuk berhadapan langsung dengan mereka."Cahaya di mata Alif meredup, lalu tiba-tiba dia berujar, "Kita bisa bekerja sama. Keluarga Fonda dan Keluarga Sasongko seharusnya bekerja sama. Bukannya Kak Darwin dan adik kami punya perjanjian pernikahan? Pernikahan adalah cara terbaik untuk bekerja sama.""Setelah pernikahan, apa yang akan terjadi?" tanya Darwin seraya mengangkat alis."Setelah pernikahan, kita akan menjadi satu keluarga. Semua bisnis Keluarga Fonda bisa diserahkan padamu," jawab Alif tanpa ragu.Darwin tertawa sebelum bertanya, "Kalian punya rencana yang bagus. Tapi, apa kalian nggak takut aku akan merampas Keluarga Fonda?""Bagaimanapun, Keluarga Fonda sangat diperebutkan sekarang. Lebih baik memberikannya padamu daripada orang lain," ujar Alif dengan nada putus asa.Darwin menepuk bahunya, lalu berbicara dengan nada lebih serius, "Aku butuh kalian untuk bekerja sama."Darwin menjelaskan, "Pertama, be
Paula menatap Darwin yang matanya berbinar-binar di ujung telepon. Pria itu seolah-olah ingin dia mengulangi kata-kata yang membuatnya merinding tadi.Paula buru-buru berbicara sebelum Darwin bisa meminta lebih, "Aku sudah mengatakan semua yang kamu inginkan. Kamu harus izinkan cuti Rhea, ya?"Sejak Paula mulai merengek, senyum di wajah Darwin tidak pernah menghilang. Kini, tatapannya pada Paula penuh dengan kehangatan dan kasih sayang."Kalian mau lakukan apa besok?" tanya Darwin dengan suara yang dalam dan memikat. Nada bicaranya bisa membuat orang merasa sangat terpesona."Rhea mau menonton konser idolanya," jawab Paula. Dia menunduk agar Darwin tidak menyadari bahwa dia berbohong.Bagaimanapun, Paula sudah mencari tahu dan mengetahui bahwa idola yang disukai Rhea memang mengadakan konser besok.Darwin tidak merespons apa-apa. Paula buru-buru mengintip dan melihat dia tampak sibuk dengan sesuatu di ponselnya.Berhubung Darwin tidak mencurigai apa pun, dia segera menambahkan, "Kamu t
Darwin memang pria yang mengesankan. Paula berusaha menggunakan kesempatan saat Darwin sedang senang untuk meminta izin lagi. Kali ini, dia berbicara dengan nada lebih manis, "Kak, izinkan Rhea ya?"Jakun Darwin bergerak naik turun. Dia terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Boleh saja, tapi ada syaratnya.""Apa syaratnya?" tanya Paula yang matanya berbinar-binar."Kamu setuju dulu, nanti aku akan memikirkan syaratnya," jawab Darwin sembari tersenyum.Paula berpikir sebentar, lalu setuju dengan senang hati. Dia tahu, Darwin tidak akan memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya."Sudah malam, tidur ya," ujar Darwin. Tidak lama setelah itu, terdengar suara ketukan di pintu. Dia memberi tahu Paula untuk menunggu sebentar dan pergi membuka pintu, tanpa mematikan panggilan video.Kemudian, Paula mendengar suara Wilda dari luar. "Kak Darwin, aku tadi dengar Sheila lagi bicara di telepon. Sepertinya dia menyebut nama Rhea dan temannya. Dia bilang dia nggak suka melihat teman R
Saat akhirnya tiba di depan pintu kamar Sheila, Darwin merasakan keanehan. Malam itu, rumah Keluarga Fonda sangat tenang seolah-olah tidak ada satu pun pelayan yang terlihat. Sepertinya tempat itu sengaja dikosongkan."Sheila, kamu di dalam?" tanya Wilda yang mengetuk pintu.Kemudian, pintu terbuka secara otomatis. Saat Wilda melirik ke dalam, cahaya di dalam ruangan samar dan remang. Hal itu membuatnya sulit untuk melihat apa pun, tetapi ada kesan yang ambigu.Apakah Sheila berencana menggunakan cara ini untuk menggoda Darwin? Wilda tersenyum sinis. Dia merasa bahwa cara ini terlalu murahan.Darwin mengabaikan Wilda dan berjalan masuk ke dalam. Paula yang melihat kejadian ini melalui video, menyadari ekspresi Wilda yang tampaknya senang. Dia segera mengirim pesan kepada Darwin.[ Berhati-hatilah. ]Darwin tidak merespons. Sebab begitu dia memasuki kamar, pintu di belakangnya tertutup. Dia berbalik dan mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu malah sudah terkunci.Paula merasa cemas dan
Berhubung sangat khawatir, Paula akhirnya menelepon Wilson. Dia meminta Wilson untuk memeriksa keadaan Darwin.Setengah jam kemudian, Wilson memberi tahu Paula bahwa Darwin baik-baik saja. Dia sudah tidur dan tidak dapat membalas pesan karena ponselnya kehabisan baterai."Jangan khawatir, Nona Paula. Pak Darwin baik-baik saja. Kamu juga harus segera beristirahat," ucap Wilson dengan nada yang penuh makna. Seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.Namun sebelum Paula sempat bertanya lebih lanjut, Wilson langsung menutup telepon. Paula tidak punya pilihan lain selain menunggu sampai besok pagi. Begitu tiba di Kota Boram, dia akan bisa mengetahui kondisi Darwin.Setelah kembali ke kamarnya, Paula berbaring di samping Rhea. Namun setiap kali memejamkan mata, dia terus teringat dengan adegan aneh di kamar Sheila tadi.Alhasil, Paula tidak bisa tidur. Dia sama sekali tidak bisa tidur sebelum memastikan sendiri bahwa Darwin baik-baik saja.Paula pun melihat jam. Saat ini, sudah puku
"Kenapa kamu begitu keras kepala? Pamanku seperti bongkahan es. Kamu nggak bakal bahagia kalau bersamanya," ucap Rhea sambil menggeleng dengan pasrah. Dia benar-benar tidak setuju dengan hubungan ini.Paula menyunggingkan senyuman terharu dan bahagia. Dia berkata, "Rhea, kamu baik sekali.""Tsk, tsk. Jangan perlihatkan senyuman bodoh seperti itu kepadaku." Rhea mendorong wajah Paula.Tiba-tiba, ponsel Paula berdering. Dia mendapat pesan dari Richie. Belakangan ini, Richie sering mengirim pesan kepadanya dengan nomor yang berbeda-beda.Richie mengatakan ingin mengejar cinta Paula kembali. Paula terus memblokirnya, tetapi Richie tidak menyerah. Namun, pesan Richie kali ini membuat Paula terkejut.[ Suruh Darwin berhati-hati pada orang Keluarga Fonda. ]Ekspresi Paula sontak berubah melihatnya. Melihat ini, Rhea mendekat untuk mengintip isi pesan. Rhea bertanya, "Siapa yang mengirim pesan itu?""Richie," jawab Paula."Dia ingin menabur perselisihan ya?" Rhea tidak setuju. Dia memperingatk
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang