Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Dua garis biru .... Dia benar-benar hamil ....Paula Ignasius menggenggam tespek sambil duduk di kloset dengan terbengong-bengong. Dia mengenakan gaun panjang untuk acara pertunangannya. Lantaran terkejut, dia sampai tidak tahu ujung gaunnya basah terkena air.Saat ini, wajahnya pucat pasi, kedua kakinya lemas sampai dia tidak bisa berdiri. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Richie Antoro!Akan tetapi, anak ini bukan darah daging Richie. Paula tidak berani membayangkan seperti apa konsekuensi yang akan diterimanya jika keluarganya dan Richie tahu dirinya hamil."Kak! Kak! Kamu lagi apa? Kak Richie sudah datang untuk menjemputmu!" Terdengar suara adiknya, Aurel Ignasius, dari luar.Suara ini seketika menyadarkan Paula kembali. Paula segera menyingkirkan ekspresi paniknya dan hendak menyembunyikan tespek, tetapi semua sudah terlambat.Aurel yang mengenakan gaun merah muda sudah menerobos masuk. Faktanya, Aurel tidak memiliki hubungan darah dengan Paula. Aurel adalah putri kandung
Paula menegakkan tubuhnya dan menolak. "Ayah dan Ibu nggak bakal setuju! Tanpa aku, Keluarga Ignasius nggak mungkin bisa seperti sekarang ini!"Aurel mendekatinya selangkah demi selangkah, lalu memeluknya erat-erat seolah-olah merasa tidak rela. Namun, ketika Richie tidak memperhatikan, dia tersenyum dingin sembari berbisik, "Kenapa nggak setuju? Masa kamu nggak sadar mereka belum muncul sampai sekarang? Terima realita ini! Mereka nggak menginginkanmu lagi sejak awal!""Setelah kamu keluar dari rumah ini, Ayah akan langsung mengumumkan bahwa kamu nggak punya hubungan dengan keluarga ini lagi!" Begitu mendengarnya, wajah Paula sontak memucat. Ketika dia masih larut dalam keterkejutan, Aurel sontak mendorongnya seperti orang yang telah membulatkan tekad."Bawa kakakku keluar!" perintah Aurel kepada para pelayan. Para pelayan segera menghampiri, lalu mendorong Paula sambil mengusir. "Keluar sana! Cepat!"Pada akhirnya, Paula diangkat dan dilempar ke luar. Saat berikutnya, semua barangnya
Nada bicaranya terdengar tidak acuh, tetapi suaranya terdengar sangat menggoda. Jadi, pria ini yang bersamanya malam itu?Meskipun malam itu seperti mimpi, Paula tidak bisa melupakan betapa gila dan nakalnya pria itu, bahkan terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup, jauh berbeda dari penampilan dinginnya ini.Rhea merasa dirinya telah mendapatkan persetujuan dari Darwin. Dia buru-buru membawa Paula ke lantai atas sambil berkata, "Terima kasih, Paman. Aku bawa Paula ke atas dulu."Ketika mereka berpapasan, langkah kaki Darwin sontak terhenti. Dia mengernyit, lalu menatap gaun Paula dan bertanya dengan dingin, "Kenapa bisa ada darah?"Rhea segera menjelaskan, "Paula nggak sengaja terjatuh, makanya terluka. Aku akan membantunya mengoleskan obat nanti."Setelah mengatakan itu, Rhea langsung membawa Paula pergi. Tangga agak sempit, jadi Paula bisa mencium aroma segar tubuh Darwin. Paula pun berusaha untuk menghindar, tetapi tubuhnya tetap bergesekan dengan jubah mandi Darwin. Tekstur y
Bahu lebar dan tubuh tegap menghalangi pintu kamar mandi. Darwin menatap Paula sembari merangkul pinggangnya, lalu menariknya ke pelukan untuk bertanya, "Mau kabur ke mana? Kamu wanita malam itu, 'kan?"Suara serak Darwin sungguh menggoda, sampai-sampai sekujur tubuh Paula menegang. Meskipun begitu, dia tetap berusaha tenang saat bertanya balik, "Paman, apa maksudmu? Aku nggak ngerti."Jari Darwin yang dingin mengangkat dagu Paula. Dia memicingkan matanya sambil membalas, "Apa aku perlu menjelaskannya secara rinci kepadamu? Aku meninggalkan nomor teleponku di nakas, kenapa nggak menghubungiku?"Darwin mengelus tahi lalat di ujung mata Paula. Malam itu, dia tergoda dengan pesona Paula dan memberi bantuan yang tidak seharusnya. Paula masih muda, dia pasti takut jika bertemu bahaya.Ketika wanita ini mendesah dan menjeratnya, pertahanan Darwin pun hancur. Dia awalnya berniat untuk menunggu Paula bangun dan bertanggung jawab, tetapi tiba-tiba ada urusan sehingga harus pergi. Dia meninggalk
Jantung Paula sontak berdetak kencang, tetapi ekspresinya tetap terlihat tenang saat berkata, "Nggak kok! Dia pamanmu, mana mungkin terjadi sesuatu di antara kami. Kamu begitu ingin aku menjadi bibimu ya?""Benar juga, generasi kalian berbeda." Rhea meneruskan dengan mata berbinar-binar, "Kalau pamanku nggak cocok denganmu, masih ada kakakku kok. Kamu pernah melihatnya, 'kan? Dia memang kalah sedikit dari pamanku, tapi jelas menang jauh dari Richie. Kamu jadi kakak iparku saja, kelak kita akan menjadi keluarga.""Nanti, kami akan mengadakan pernikahan termewah untuk kalian supaya seluruh dunia gempar, sekaligus membuat Richie dan Keluarga Ignasius menyesal!""Rhea, nggak perlu." Paula menghela napas dalam hatinya. Dia merasa sangat tersentuh dengan perhatian Rhea. Saat ini, seluruh kepedihannya seolah-olah digantikan oleh kehangatan.Paula memeluk Rhea erat-erat dan berucap, "Aku sudah memikirkan semuanya. Setelah mengambil ijazah, aku akan mencari orang tua kandungku dan kembali ke si