Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Dua garis biru .... Dia benar-benar hamil ....Paula Ignasius menggenggam tespek sambil duduk di kloset dengan terbengong-bengong. Dia mengenakan gaun panjang untuk acara pertunangannya. Lantaran terkejut, dia sampai tidak tahu ujung gaunnya basah terkena air.Saat ini, wajahnya pucat pasi, kedua kakinya lemas sampai dia tidak bisa berdiri. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Richie Antoro!Akan tetapi, anak ini bukan darah daging Richie. Paula tidak berani membayangkan seperti apa konsekuensi yang akan diterimanya jika keluarganya dan Richie tahu dirinya hamil."Kak! Kak! Kamu lagi apa? Kak Richie sudah datang untuk menjemputmu!" Terdengar suara adiknya, Aurel Ignasius, dari luar.Suara ini seketika menyadarkan Paula kembali. Paula segera menyingkirkan ekspresi paniknya dan hendak menyembunyikan tespek, tetapi semua sudah terlambat.Aurel yang mengenakan gaun merah muda sudah menerobos masuk. Faktanya, Aurel tidak memiliki hubungan darah dengan Paula. Aurel adalah putri kandung
Paula menegakkan tubuhnya dan menolak. "Ayah dan Ibu nggak bakal setuju! Tanpa aku, Keluarga Ignasius nggak mungkin bisa seperti sekarang ini!"Aurel mendekatinya selangkah demi selangkah, lalu memeluknya erat-erat seolah-olah merasa tidak rela. Namun, ketika Richie tidak memperhatikan, dia tersenyum dingin sembari berbisik, "Kenapa nggak setuju? Masa kamu nggak sadar mereka belum muncul sampai sekarang? Terima realita ini! Mereka nggak menginginkanmu lagi sejak awal!""Setelah kamu keluar dari rumah ini, Ayah akan langsung mengumumkan bahwa kamu nggak punya hubungan dengan keluarga ini lagi!" Begitu mendengarnya, wajah Paula sontak memucat. Ketika dia masih larut dalam keterkejutan, Aurel sontak mendorongnya seperti orang yang telah membulatkan tekad."Bawa kakakku keluar!" perintah Aurel kepada para pelayan. Para pelayan segera menghampiri, lalu mendorong Paula sambil mengusir. "Keluar sana! Cepat!"Pada akhirnya, Paula diangkat dan dilempar ke luar. Saat berikutnya, semua barangnya
Nada bicaranya terdengar tidak acuh, tetapi suaranya terdengar sangat menggoda. Jadi, pria ini yang bersamanya malam itu?Meskipun malam itu seperti mimpi, Paula tidak bisa melupakan betapa gila dan nakalnya pria itu, bahkan terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup, jauh berbeda dari penampilan dinginnya ini.Rhea merasa dirinya telah mendapatkan persetujuan dari Darwin. Dia buru-buru membawa Paula ke lantai atas sambil berkata, "Terima kasih, Paman. Aku bawa Paula ke atas dulu."Ketika mereka berpapasan, langkah kaki Darwin sontak terhenti. Dia mengernyit, lalu menatap gaun Paula dan bertanya dengan dingin, "Kenapa bisa ada darah?"Rhea segera menjelaskan, "Paula nggak sengaja terjatuh, makanya terluka. Aku akan membantunya mengoleskan obat nanti."Setelah mengatakan itu, Rhea langsung membawa Paula pergi. Tangga agak sempit, jadi Paula bisa mencium aroma segar tubuh Darwin. Paula pun berusaha untuk menghindar, tetapi tubuhnya tetap bergesekan dengan jubah mandi Darwin. Tekstur y
Bahu lebar dan tubuh tegap menghalangi pintu kamar mandi. Darwin menatap Paula sembari merangkul pinggangnya, lalu menariknya ke pelukan untuk bertanya, "Mau kabur ke mana? Kamu wanita malam itu, 'kan?"Suara serak Darwin sungguh menggoda, sampai-sampai sekujur tubuh Paula menegang. Meskipun begitu, dia tetap berusaha tenang saat bertanya balik, "Paman, apa maksudmu? Aku nggak ngerti."Jari Darwin yang dingin mengangkat dagu Paula. Dia memicingkan matanya sambil membalas, "Apa aku perlu menjelaskannya secara rinci kepadamu? Aku meninggalkan nomor teleponku di nakas, kenapa nggak menghubungiku?"Darwin mengelus tahi lalat di ujung mata Paula. Malam itu, dia tergoda dengan pesona Paula dan memberi bantuan yang tidak seharusnya. Paula masih muda, dia pasti takut jika bertemu bahaya.Ketika wanita ini mendesah dan menjeratnya, pertahanan Darwin pun hancur. Dia awalnya berniat untuk menunggu Paula bangun dan bertanggung jawab, tetapi tiba-tiba ada urusan sehingga harus pergi. Dia meninggalk
Jantung Paula sontak berdetak kencang, tetapi ekspresinya tetap terlihat tenang saat berkata, "Nggak kok! Dia pamanmu, mana mungkin terjadi sesuatu di antara kami. Kamu begitu ingin aku menjadi bibimu ya?""Benar juga, generasi kalian berbeda." Rhea meneruskan dengan mata berbinar-binar, "Kalau pamanku nggak cocok denganmu, masih ada kakakku kok. Kamu pernah melihatnya, 'kan? Dia memang kalah sedikit dari pamanku, tapi jelas menang jauh dari Richie. Kamu jadi kakak iparku saja, kelak kita akan menjadi keluarga.""Nanti, kami akan mengadakan pernikahan termewah untuk kalian supaya seluruh dunia gempar, sekaligus membuat Richie dan Keluarga Ignasius menyesal!""Rhea, nggak perlu." Paula menghela napas dalam hatinya. Dia merasa sangat tersentuh dengan perhatian Rhea. Saat ini, seluruh kepedihannya seolah-olah digantikan oleh kehangatan.Paula memeluk Rhea erat-erat dan berucap, "Aku sudah memikirkan semuanya. Setelah mengambil ijazah, aku akan mencari orang tua kandungku dan kembali ke si
Darwin bersandar di jendela dengan ekspresi dingin. Bahunya yang lebar menghalangi cahaya di luar jendela.Ketika melihat keduanya keluar dari ruang USG, Darwin bertanya dengan suara rendah, "Apa sudah beres?"Tatapannya tanpa sadar tertuju pada perut Paula yang rata. Sementara itu, ekspresi Willy tampak kebingungan. Dia mengambil hasil tes dari tangan Paula, lalu menyerahkannya kepada Darwin."Ya. Dari hasil USG, usia kehamilannya sudah sebulan lebih. Detak jantung janin sudah bisa dirasakan dan perkembangannya sangat baik. Hasil tes darah juga nggak masalah. HCG naik 2 kali lipat. Tapi, Paula kurang darah dan harus mengonsumsi makanan bergizi," lapor Willy.Darwin menerima hasil tes itu dengan ekspresi masam. Suasana seketika menjadi suram. Paula tidak berani melihat wajah Darwin sehingga bertanya pada Willy, "Dokter, kapan aku bisa menggugurkan kandunganku? Makin cepat makin bagus."Paula khawatir dirinya merasa makin enggan untuk menggugurkan kandungannya. Sebelum Willy menjawab, D
Perasaan Paula sungguh campur aduk. Dia mengerti maksud Darwin, pria ini hanya menginginkan anaknya. Setelah melahirkan, Paula bisa terlepas dari semuanya dan melewati kehidupan bahagia tanpa beban.Sementara itu, Darwin dan Rhea akan memperlakukan anak ini dengan baik. Anaknya pun akan mendapatkan sumber daya terbaik di dunia ini sehingga Paula tidak perlu mencemaskan apa pun. Namun, Paula tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan anaknya lagi.Paula merasa bingung. Bisa dibilang, dia sebatang kara dan hanya memiliki anak ini sebagai keluarga. Dia tidak tahu apakah dirinya bisa merelakan anak ini atau tidak nanti."Paman, apa aku boleh mempertimbangkannya dulu? Aku akan memberimu jawaban nanti," tanya Paula.Darwin mengangguk dengan murung sambil membalas, "Oke. Kalau begitu, biar kuantar pulang.""Jangan, Paman. Kamu turunkan aku di depan saja, aku takut Rhea melihat kita," tolak Paula. Hari ini, dia sebenarnya berniat mencari apartemen dan pekerjaan.Darwin merasa kesal mendengar